Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Polri: Jaringan Jamaah Islamiyah Punya 6 Ribu Anggota Aktif

Tersangka terorisme Upi Lawanga di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang (IDN Times/Maya Aulia)

Jakarta, IDN Times - Mabes Polri mengungkap bahwa ada ribuan orang yang tergabung dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI). Hal ini diketahui usai 23 terduga teroris JI ditangkap dan diterbangkan dari sejumlah kota di Sumatra ke Jakarta.

“Dari penjelasan beberapa tersangka, sekitar 6.000 jaringan JI masih aktif, ini menjadi perhatian kita. Pendanaan mereka dari kotak amal, dari menyisihkan pendapatannya, juga dari Yayasan One Care,” kata Kadiv Humas Irjen Argo Yuwono di Mabes Polri, Jumat (18/12/2020).

1. Upik Lawanga dan Zulkarnaen ditangkap setelah buron 18 tahun

Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Argo Yuwono (Dok. Humas Polri)

Argo mengatakan bahwa 23 tersangka yang dikirim dari Lampung ke Jakarta untuk mempermudah pemeriksaan yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88.

"Memudahkan untuk dimintai keterangan," kata dia.

Polisi berhasil menangkap Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dan Zulkarnaen alias Arif Sunarso. Mereka termasuk dalam rombongan yang ditangkap dan diterbangkan ke Jakarta. Dua orang ini sudah buron selama 18 tahun.

Zulkarnaen sendiri ditangkap pada 10 Desember 2020 dan Upik Lawangan ditangkap pada 23 November 2020 di Lampung.

2. Ada delapan titik penangkapan teroris jaringan JI

Ilustrasi Densus 88 menggerebek terduga teroris. ANTARA FOTO/Novrian Arbi

Argo juga mengatakan bahwa ada delapan titik penangkapan 23 terduga teroris JI ini, yakni Lampung Selatan, Lampung Tengah, Bandar Lampung, Pringsewu, Metro, Jambi, Riau, dan Palembang. Penangkapan berlangsung sejak November-Desember 2020.

"Kalau kita lihat dari hasil penyelidikan dan penyidikan dari tersangka ini, terutama yang 21 tersangka rata-rata adalah yang memiliki senjata rakitan," ujarnya.

Senjata itu kata Argo didapat dari Taufik Bulaga alias Upik Lawanga yang merupakan buronan BOM Bali I.

3. Polisi berhasil tangkap Upik Lawanga dan Zulkarnaen

Ilustrasi KKB (IDN Times/Sukma Shakti)

Untuk diketahui, Zulkarnaen adalah otak peledakan gereja serentak di malam Natal dan Tahun baru 2000 dan 2001 serta Bom Bali I 2002, kasus Bom JW Marriot I pada 2003, kasus bom Kedubes Australia 2004, dan kasus bom Bali II 2005. 

Zulkarnaen juga diduga menyembunyikan Upik Lawanga yang merupakan aset kelompok JI, karena dia disebut sebagai penerus Dr Azahari karena punya kemampuan membuat bom berdaya ledak tinggi atau high explosive.

Penyidik dari Densus 88 menjadikan informasi dari terduga teroris yang telah ditangkap sebelumnya sebagai informan untuk mengembangkan operasi penanggulangan teror dan penangkapan teroris lainnya.

“Upik ini julukannya ‘profesor’ karena ahli membuat bom dan senjata rakitan manual maupun otomatis. Beberapa tersangka lain, menyembunyikan tersangka (Upik) dari daftar pencarian orang,”  ujar Argo.

4. Upik buat senjata menyerupai termos, sesuai karakter wilayah

Tersangka terorisme Zulkarnaen tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang (IDN Times/ Maya Aulia)

Argo menjelaskan bahwa pada Agustus 2020, Upik mendapat pesanan senjata rakitan dari jaringannya, dan ketika digerebek dan digeledah, polisi menemukan senjata rakitan di dalam bungker miliknya.

Argo mengatakan bahwa saat berada di Lampung, Upik kerap berjualan bebek dan bisa membeli rumah. Tak hanya itu, Upik juga disebut bisa mempelajari karakteristik wilayah yang ditautkannya dengan persenjataan.

"Misalnya, di Poso banyak orang menggunakan senter kalau malam untuk cahaya penerangan. Jadi yang bersangkutan (Upik) membuat bom seperti senter. Supaya orang-orang tidak curiga, kalau dia membawa bom berupa senter. Termos juga ada,” kata Argo.

5. Zulkarnaen merupakan Panglima Askari JI

Tersangka terorisme Zulkarnaen tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang (IDN Times/ Maya Aulia)

Sedangkan, Zulkarnaen adalah Panglima Askari Markaziyah JI, yang punya struktur organisasi seperti bidang pendidikan, sumber daya manusia, ekonomi, dan lainnya. Dia adalah pelatih akademi militer di Afganistan selama 7 tahun. Dia juga menguasai tiga Mantiqi (wilayah dan kelompok regional JI).

Zulkarnaen juga mendapat julukan sebagai ‘arsitek’ teror bom. Saat menjadi buron, dia kerap berpindah di 25 daerah mulai dari Jawa, Sulawesi, Lampung, hingga Palembang. Dia dibantu oleh jaringan daerah setempat dan JI Pusat untuk melarikan diri.

“Zulkarnaen adalah alumni pelatihan militer di Afghanistan angkatan pertama, itu tahun 1988. Tinggal di Afghanistan selama tujuh tahun. Belajar membuat bom, menjadi perencana,” kata Argo.

Tim khusus yang dipimpin Zulkarnaen berisikan Amrozi, Dulmatin, Ali Imron, hingga Imam Samudra. Dia juga otak dari perencanaan bom di Hotel JW Marriot.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Dwifantya Aquina
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us