Siswa SMP Korban Bully di Malang Kemungkinan akan Jalani Amputasi Jari

Jakarta, IDN Times - Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) asal Malang, Jawa Timur, mengalami perundungan berujung kekerasan fisik.
Korban mengalami perundungan oleh tujuh temannya. Beberapa bagian tubuh korban mengalami luka memar seperti di tangan, kaki, punggung, dan beberapa bagian tubuh lainnya.
Menanggapi hal tersebut, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia(KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan bahwa korban perundungan tersebut kemungkinan akan menjalani amputasi di salah satu jarinya. Kini korban sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Malang.
1. Ada pertumbuhan aliran darah yang tidak maksimal di jari korban

Retno menjelaskan bahwa menurut paman korban, dokter sedang melakukan observasi pada pertumbuhan jaringan tangan yang mengalami luka.
Dokter menjelaskan bahwa memang ada pertumbuhan aliran darah yang tidak maksimal dan jika terus dibiarkan, khawatirnya jari korban akan membusuk.
"Untuk mengantisipasi akan diamputasi 1 ruas jari manis (jari manis manusia terdiri dari 3 ruas)," kata Retno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (4/2).
2. Keputusan amputasi belum final karena korban masih anak-anak

Namun, keputusan ini belum sepenuhnya final, karena mengingat korban merupakan anak-anak dan masih dalam pertumbuhan. Dikhawatirkan, keputusan ini akan memengaruhi aliran darah dan pertumbuhan bagian tubuh si korban.
"Oleh karena itu, pihak keluarga masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter yang menangani korban," kata dia.
3. Tidak sepenuhnya akibat kekerasan yang dialami
Terkait jari yang akan diamputasi, Retno menjelaskan bahwa KPAI telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang untuk memastikan apakah jari yang akan diamputasi merupakan akibat dari kekerasan yang dialami korban, dan ternyata bukan sepenuhnya akibat dari perundungan tersebut.
"Pihak Disdik Malang mengaku sudah menjenguk ke Rumah Sakit (RS) dan mendapatkan juga penjelasan dari salah satu keluarga korban bahwa terkait amputasi, dokter yang merawat masih terus melakukan observasi," ujarnya.