Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sunah-Sunah Nabi Jelang dan Sesudah Salat Idul Fitri

ilustrasi Idul Adha (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi Idul Adha (pexels.com/RDNE Stock project)

Jakarta, IDN Times - Menjelang salat Idul Fitri 1445 Hijriah pada 10 April 2024, ada beberapa sunah yang dapat diamalkan umat muslim. Kegiatan ini biasa dilakukan Nabi Muhammad SAW. 

Sunah merupakan kegiatan yang saat diamalkan mendapatkan pahala, tetapi tiada hukuman bagi yang tidak mengerjakannya. 

Sunah boleh saja ditinggalkan bagi umat muslim, tetapi jangan sampai menganggap remeh amalan tersebut. Mengutip ceramah Ustaz Khalid Basalamah dalam akun Instagramnya, ada sejumlah sunah sebelum salat Idul Fitri.

1. Mandi jelang salat Ied

ilustrasi seseorang sedang mandi (Freepik.com/jcomp)
ilustrasi seseorang sedang mandi (Freepik.com/jcomp)

Umat muslim kerap melupakan sunah ini. Sahabat Nabi, Ali Bin Abi Thalib, meriwayatkan Rasulullah selalu mandi menjelang salat Jumat, hari ‘Arafah, Idul Adha, dan Idul Fitri. 

Hal itu disampaikan dalam hadis riwayat Al-Baihaqi, 3: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan sanad hadis ini shahih. Lihat Al-Irwa 1:177.

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

Dari Nabi berkata bahwa Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat pada pagi hari ke tanah lapangan (HR. Malik dalam Al-Muwatho’ 426.) Imam Nawawi menyatakan hadis ini shahih. 

Imam Nawawi rahimahullah menyampaikan bahwa ulama-ulama sepakat menyunahkan mandi untuk salat Eid. Mandi juga dianjurkan karena pada saat itu banyak orang berkumpul seperti saat salat Jum’at.

2. Menggunakan busana terbaik

ilustrasi sholat (pexels.com/mohammad ramezani)
ilustrasi sholat (pexels.com/mohammad ramezani)

Setelah mandi, menghias diri menggunakan busana terbaik juga merupakan sunah sebelum salat Idul Fitri.

Riwayatnya berasal dalam Bulughul Maram nomor 533 oleh Imam Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, yang menyatakan Nabi Muhammad mempunyai busana khusus untuk hari Jumat sekaligus untuk menyambut tamu. 

Selain itu, ada riwayat dari Abdullah bin Umar radhiyallahu‘anhuma yang bercerita pernah mengambil jubah bahan sutera hasil membeli di pasar. 

Saat mengambilnya,  Rasulullah SAW datang dan Umar pun berkata “Wahai Rasulullah, belilah pakaian seperti ini lantas kenakanlah agar engkau bisa berpenampilan bagus saat Eid dan menyambut tamu.”

Rasulullah SAW pun menjawab:

إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ

“Pakaian seperti ini membuat seseorang tidak mendapatkan bagian di akhirat.” (HR. Bukhari, no. 948) Rasulullah SAW tidak mempermasalahkan penampilan bagus di Idul Fitri. Menjadi masalah saat berbahan sutera seperti yang dibeli Umar. 

Adapun, riwayat dari Jabir radhiyallahu ‘anhu yakni:

كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُبَّةٌ يَلْبَسُهَا لِلْعِيْدَيْنِ وَيَوْمِ الجُمُعَةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fitri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya, 1765).

Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih juga menyatakan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma biasa memakai pakaian terbaik di hari raya Eid.

Aturan itu lebih condong berlaku untuk para pria, bagi wanita lebih dianjurkan untuk tidak menampilkan kecantikan di hadapan laki-laki lain, kecuali hanya untuk suami.

3. Makan dan minum

ilustrasi makan bersama (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi makan bersama (pexels.com/August de Richelieu)

Setelah berpuasa selama sebulan, kaum muslim pun disunahkan segera makan dan minum, untuk menandakan puasa Ramadan sudah usai.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Rasulullah SAW biasa berangkat salat ‘Eid pada hari Idul Fitri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari salat ‘Eid baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hadis ini shahih).

Untuk salat Idul Fitri disunahkan makan sebelum keluar dari rumah, dan tidak diperbolehkan berpuasa pada hari itu. 

Adapun, Ibnu Hajar rahimahullah dalam Al-Fath (2: 446) menyampaikan perintah makan sebelum salat Eid, supaya tidak dianggap masih berpuasa dan sebagai upaya langsung melakukan perintah Allah SWT. 

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menyampaikan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ .. وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

“Rasulullah SAW tidaklah keluar pada hari Idul Fitri (ke tempat shalat, pen.) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari, no. 953).

4. Takbir dari rumah saat menuju tempat salat Ied

Ilustrasi nabi (freepik.com/rawpixel.com)
Ilustrasi nabi (freepik.com/rawpixel.com)

Takbir setelah bulan Ramadan merupakan bentuk syukur. Allah SWT berfirman; 

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ المصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ

“Nabi SAW biasa keluar hendak salat pada hari raya Idul Fitri sambil bertakbir sampai di lapangan, dan sampai salat hendak dilaksanakan. Ketika salat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” 

Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 2/1/2 menyebut hadis ini bersumber dari Az-Zuhri, tetapi memiliki penguat yang sanadnya bersambung. Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah, no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan riwayat ini shahih.

Ibu Syihab Az-Zuhri menyampaikan kaum muslim saat keluar rumah dapat sambil bertakbir hingga kehadiran imam untuk salat Eid. 

Namun, Surat Al-Baqarah ayat 185 memerintahkan takbir dilakukan sejak Ramadan  berakhir. Berdasarkan ayat tersebut, takbir dimulai pada malam Idul Fitri hingga imam datang untuk melaksanakan salat Eid. 

Takbir sesuai anjuran Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah bahwasanya Ibnu Mas’ud bertakbir.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.”

Berarti "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya".

5. Mengucapkan tahniah atau selamat

ilustrasi salat Ied (unsplash.com/Abdullah Mukadam)
ilustrasi salat Ied (unsplash.com/Abdullah Mukadam)

Selain itu, kaum muslim juga dapat mengucapkan selamat atau At-Tahniah pada hari Idul Fitri.

“Selamat” itu sebaiknya berbentuk doa dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” berarti “Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian”. Ucapan seperti itu sudah dikenal di masa salaf dahulu.

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

Jubair bin Nufair menyampaikan para sahabat Rasalullah SAW yang berjumpa pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, masing-masing mengucapkan “Taqabbalallahu minna wa minka” berarti “Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian.” Al Hafizh Ibnu Hajar menyampaikan bahwa sanad hadis ini Hasan pada (Fath Al-Bari, 2: 446)

Adapun, Iman Ahmad rahimahullah menyampaikan:

وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

“Boleh-boleh saja satu sama lain di hari raya ‘Eid mengucapkan: “Taqobbalallahu minna wa minka.” (Al-Mughni, 2: 250)

Namun, ucapan selamat tidak terlalu ketat di dalam syari’at. Selama tidak keliru dapat disebutkan dengan cara lain seperti “Eid mubarak, semoga menjadi ‘Eid yang penuh berkah”, “Minal ‘aidin wal faizin, semoga kembali dan meraih kemenangan”, “Kullu ‘aamin wa antum bi khair, semoga di sepanjang tahun terus berada dalam kebaikan,” “Selamat Idul Fitri 1445 H,” atau bahkan dalam bahasa Jawa yakni Sugeng Riyadi 1445 H.

Semua ucapan itu dapat diucapkan sebelum dan sesudah salat Eid.

6. Melewati jalan yang berbeda usai salat Eid

ilustrasi jalan kaki (unsplash.com/Youcef Chenzer)
ilustrasi jalan kaki (unsplash.com/Youcef Chenzer)

Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi SAW ketika berada di hari Eid (ingin pergi ke tempat salat, beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR. Bukhari, no. 986)

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Rasulullah SAW bersabda, membedakan jalan pergi dan pulang salat Ied supaya banyak saksi di berbagai bumi, yang akan dipertanyakan kelak pada hari penghitungan.

Pendapat lain dari para ulama, Nabi memilih jalan berbeda agar dapat menyapa sebanyak mungkin tetangga. Wallahu a'lam bishawab. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Irsan Rufai Hamdalah
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us