Kisah Pohon Sukun, Saksi Lahirnya Pancasila di Ende

Hari Lahir Pancasila diperingati setiap 1 Juni

Jakarta, IDN Times - Staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) Nosen W. Doi memiliki sebuah kisah tentang pohon sukun yang berdiri tegap di sebuah taman. Pohon Sukun itu menghadap ke pantai yang jernih, dan menyimpan sebuah bukti sejarah yang amat sangat penting bagi bangsa Indonesia.

Pohon Sukun itu bukanlah pohon sukun biasa. Terdapat sebuah prasasti, yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Budiono, menyatakan bahwa di bawah pohon sukun itulah, Sukarno menemukan butir-butir falsafah negara, yang sekarang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai Pancasila.

Baca Juga: Romo Benny Kenang Pesan-pesan Terakhir Buya Syafii soal Pancasila 

1. Pohon sukun yang sekarang berdiri bukan pohon yang asli

Kisah Pohon Sukun, Saksi Lahirnya Pancasila di EndePohon sukun tempat lahirnya butir-butir Pancasila di Ende, NTT (BPIP)

Nosen menyatakan, pohon sukun yang sekarang berdiri, bukanlah pohon sukun asli dimana Sukarno duduk untuk merenung di masa pembuangannya di Ende oleh pemerintah kolonial Belanda.

"Pohon sukun yang asli mati pada tahun 1979. Pemerintah daerah waktu itu menanam kembali, namun mati, sehingga bupati Ende saat itu meminta kepada para sahabat Bung Karno yang masih hidup waktu itu, untuk menanam pohon ini pada tanggal 17 Agustus 1980. Dan inilah pohon sukun yang ditanam itu, masih subur dan bertumbuh sampai saat ini," ujarnya seperti dilansir Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Rabu (1/6/2022).

Nosen menjelaskan, sayangnya, semua sahabat Sukarno saat dibuang ke Ende sudah meninggal dunia. Nosen adalah saksi cerita dan kisah dari pada sahabat Sukarno, tentang hidup Sang Proklamator tersebut semasa dibuang di Ende.

2. Pesan Sukarno untuk pohon sukun tersebut

Kisah Pohon Sukun, Saksi Lahirnya Pancasila di EndeSukarno dan Mohammad Hatta saat pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, disaksikan oleh tokoh-tokoh nasionalis lain dari berbagai daerah, bertempat di kediaman pribadi Soekarno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat (kini Tugu Proklamasi). (Repro. "Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia" (Jakarta: Gunung Agung, 1966))

Nosen pun menceritakan kisah Sukarno yang kembali berkunjung ke Ende sehabis Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

"Sukarno kembali ke Ende tahun 1950, dan berpidato di depan ribuan masyarakat Ende. Dia menunjuk pohon sukun dan menyatakan, 'di tempat itulah aku merenungi, dan aku menemukan butir-butir mutiara yang menjadi falsafah bangsa, Pancasila'," katanya.

Sukarno pun, ujar Nosen, meminta kepada masyarakat Ende untuk merawat pohon sukun tersebut.

"Pesan Bung Karno saat itu: jikalau pohon sukun itu mati karena usia, harus ditanam lagi. Oleh karena itu, kami tanam kembali, dan ini adalah pohon sukun yang kami tanam kembali, sebagai kami menjalankan amanah dari Bung Karno," tuturnya.

3. Kelima sila Pancasila terlambang di pohon ini

Kisah Pohon Sukun, Saksi Lahirnya Pancasila di EndeIDN Times/Abraham Herdyanto

Dia pun menunjukkan keunikan pohon sukun yang berdiri tegap tersebut. "Lihat, ini bukan kebetulan untuk kami. Kami tanam satu pohon, keluar lima cabang. Kami percaya ini adalah lambang negara yang terpatri dalam lima cabang tersebut. Lima sila Pancasila ada di pohon sukun ini," ujarnya.

Nosen tegas menyatakan bahwa Ende adalah saksi sejarah penting bangsa Indonesia.

"Ende adalah rahim pengandung lima butir Pancasila, dan Jakarta adalah tempat kelahirannya. Pancasila adalah benar-benar tergali di Ende dan menjadi milik semua orang Indonesia," kata Nosen.

Baca Juga: 1 Juni Hari Lahir Pancasila: Pengertian, Sejarah, dan Kronologi

4. Pesan Nosen untuk Indonesia

Kisah Pohon Sukun, Saksi Lahirnya Pancasila di EndeStaf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Nosen W. Doi. (dok BPIP)

Sang penjaga pohon sukun tersebut pun memberikan sebuah pesan singkat bagi bangsa Indonesia.

"Pesan saya, untuk rekonstruksi sejarah pengasingan Sukarno itu sulit, tetapi apa yang menjadi sejarah di Ende semestinya menjadi catatan dalam lembar sejarah nasional. Pancasila yang dikandung di Ende harus menjadi bagian penting dalam sejarah bangsa ini, dikenal dan diingat oleh semua masyarakat,"  ujarnya.

Dalam sebuah catatan sejarah, pohon sukun tersebut menjadi saksi bagaimana cita-cita bangsa Indonesia tertuang dalam Pancasila.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya