Konflik Aleppo Meletus Saat Delegasi Tinggi Turki Kunjungi Damaskus

- Saling tuding dan perintah gencatan senjata SDF dan pasukan pemerintah Suriah.
- Kunjungan pejabat Turki dan sorotan integrasi SDF ke dalam tentara baru Suriah.
- Perjanjian integrasi SDF dan sikap keras Turki menolak opsi SDF bergabung sebagai satu kesatuan.
Jakarta, IDN Times – Bentrokan bersenjata terjadi di Aleppo, Suriah bagian utara, pada Senin (22/12/2025). Bentrokan itu melibatkan pasukan keamanan Suriah dan pejuang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi.
Tembakan dalam insiden itu menewaskan dua warga sipil serta melukai delapan orang lainnya. Dampaknya, puluhan keluarga meninggalkan kawasan Sheikh Maqsoud dan Achrafieh yang selama ini kerap dilanda kekerasan.
Hingga kini, pemicu bentrokan tersebut belum diketahui secara pasti. Badan Pertahanan Sipil Suriah melaporkan dua anggotanya terluka setelah kendaraan tanggap darurat mereka ditembaki pejuang SDF.
1. Saling tuding dan perintah gencatan senjata

SDF menuduh pasukan pemerintah Suriah sebagai pihak yang lebih dulu menembaki pos pemeriksaan mereka. Sebaliknya, otoritas Suriah menyalahkan SDF dan menyebut kelompok itu memulai serangan.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Suriah dan SDF masing-masing menginstruksikan pasukannya untuk segera menghentikan aksi permusuhan.
2. Kunjungan pejabat Turki dan sorotan integrasi SDF

Peristiwa bentrokan itu berlangsung bertepatan dengan kunjungan delegasi pejabat tinggi Turki ke Damaskus. Rombongan tersebut dipimpin Menteri Luar Negeri Hakan Fidan, Menteri Pertahanan Yasar Guler, serta kepala badan intelijen Ibrahim Kalin, menjelang tenggat integrasi SDF ke dalam tentara baru Suriah.
Fidan menjelaskan bahwa pembicaraan mereka menitikberatkan pada penggabungan SDF ke struktur militer Suriah, situasi akibat serbuan Israel di Suriah selatan, serta upaya memerangi kelompok ISIS.
“Stabilitas Suriah berarti stabilitas Turki. Ini sangat penting bagi kami,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Fidan juga meminta SDF agar berhenti menjadi penghambat bagi tercapainya stabilitas, persatuan, dan kemakmuran Suriah. Fidan tampil bersama Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa serta Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani.
“Kami belum melihat inisiatif atau kemauan serius dari Pasukan Demokratik Suriah untuk melaksanakan perjanjian ini. Ada penundaan yang sistematis,” katanya, dikutip dari NBC News.
3. Perjanjian integrasi SDF dan sikap keras Turki

Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah al-Sharaa dan SDF, pasukan pimpinan Kurdi itu semestinya dilebur ke dalam tentara baru Suriah. Namun, detail perjanjian tersebut masih belum jelas dan pelaksanaannya berjalan lambat. Isu utama berkisar pada apakah SDF akan tetap berdiri sebagai satu kesatuan atau dibubarkan lalu personelnya diserap secara individual.
Turki secara tegas menolak opsi SDF bergabung sebagai satu kesatuan karena Ankara memandang kelompok tersebut sebagai organisasi teroris yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK). PKK telah lama terlibat pemberontakan bersenjata di wilayah Turki. Dari pihak Kurdi, disebutkan sudah ada kesepakatan awal agar tiga divisi yang berafiliasi dengan SDF dapat masuk sebagai satu kesatuan. Meski begitu, jarak kesepakatan final kedua pihak masih belum jelas.
Batas waktu integrasi sejatinya ditetapkan hingga akhir tahun. Kekhawatiran muncul akan pecahnya konflik militer bila tidak ada kemajuan berarti. Dalam perkembangan lain, Turki bersama Arab Saudi dan Qatar ikut meyakinkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, agar mencabut sanksi lama terhadap Suriah. Selain itu, militer Turki telah memberikan pelatihan kepada tentara baru Suriah, termasuk bagi para kadet dan perwira, dilansir dari DW.

















