Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taliban: Mujahidin yang Sakiti Rakyat Afghanistan Bukan Barisan Kami!

Pasukan Taliban berjaga sehari setelah penarikan pasukan Amerika Serikat dari Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afganistan, Selasa (31/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan baru Afghanistan, Mullah Mohammad Yaqoob, mengecam pasukan Taliban yang tidak bersikap toleran terhadap masyarakat. Pernyataan itu disampaikan menyusul laporan tindak kekerasan dan eksekusi sepihak yang dilakukan pejuang Taliban di berbagai wilayah.

Yaqoob, putra dari pendiri Taliban Mullah Omar, menggarisbawahi masalah yang kadang dihadapi penguasa baru dalam mengendalikan stabilitas. Selama 20 tahun Taliban eksis sebagai gerilyawan yang ingin menumbangkan rezim. Kini, Taliban harus mengubah orientasi dan pendekatan perjuangannya karena mereka adalah penguasa de facto Afghanistan.

"Kami mengarahkan Anda (pasukan Taliban) untuk menjauhkan mereka (pasukan yang masih kejam dan brutal) dari barisan Anda. Jika tidak, tindakan tegas akan diambil terhadap Anda," kata Yaqoob, dikutip dari Reuters.

"Kami tidak ingin orang-orang seperti itu ada di barisan kami," tambah dia.

1. Taliban telah memberikan amnesti kepada seluruh rakyat

Anggota Taliban mengarahkan senjatanya ke arah pengunjuk rasa, saat warga berdemo dan menyerukan slogan selama protes anti-Pakistan, dekat kedutaan Pakistan di Kabul, Afghanistan, Selasa (7/9/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Beberapa warga Kabul mengeluhkan perlakuan kasar personel Taliban yang berpatroli di jalan-jalan ibu kota. Ada juga laporan pembalasan terhadap mantan pemerintah dan anggota militer, padahal Taliban telah menjanjikan amnesti kepada seluruh masyarakat.

Yaqoob juga menyinggung soal eksekusi yang tidak sah. Seolah meyakinkan masyarakat, Yaqoob menegaskan bahwa tindakan seperti itu tidak dapat ditoleransi.

"Seperti yang Anda semua ketahui, di bawah amnesti umum yang diumumkan di Afghanistan, tidak ada mujahid yang berhak membalas dendam kepada siapa pun," ujarnya.

Tidak jelas insiden apa yang dia maksud atau apa yang mendorong pesan itu, yang dipublikasikan di akun Twitter Taliban dan dibagikan secara luas di media sosial.

2. Taliban minta pasukannya tidak bersikap sok

Pasukan Taliban berpatroli di jalan raya sehari setelah penarikan pasukan AS dari Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Selasa (31/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC.

Ada pula laporan ketegangan internal Taliban, antara komandan perang berpaham garis keras dengan para pemimpin politik yang memilih berkompromi dengan pemerintahan asing.

Pada saat yang sama, Yaqoob mengatakan bahwa patroli akan dibatasi sesuai tugas yang telah diberikan. Kebijakan itu datang setelah Yaqoob mengkritik perilaku personel Taliban yang memasuki kantor-kantor pemerintah hanya untuk berfoto narsis, padahal mereka tidak memiliki urusan di sana.

"Ini sangat tidak pantas, semua orang mengambil ponsel dan mengambil foto di kementerian penting tanpa alasan apa pun. Bergaul dan mengambil foto dan video seperti itu tidak akan membantu Anda di dunia ini, dan juga di akhirat,” papar Yaqoob.

3. Taliban janji akan terapkan kembali hukuman eksekusi dan potong tangan

Pasukan Taliban berpatroli di sebuah landasan sehari setelah penarikan pasukan Amerika Serikat dari Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afganistan, Selasa (31/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Sementara itu, salah satu pendiri Taliban, Mullah Nooruddin Turabi, berjanji akan menerapkan kembali eksekusi dan amputasi tangan sebagai hukuman bagi warga Afghanistan yang melanggar syariat Islam, sebuah pernyataan yang bertentangan dengan spirit moderasi Yaqoob.

Dikutip dari Al Jazeera, Turabi menepis segala kritik dan kemarahan komunitas internasional terkait hukuman yang dinilai melanggar hak asasi manusia (HAM). Pernyataan itu merujuk pada praktik lawas Taliban, seperti eksekusi atau hukuman cambuk yang dilakukan di depan umum. 

Turabi juga memperingatkan dunia agar tidak ikut campur dengan penguasa baru Afghanistan.

“Semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apa pun tentang hukum mereka dan hukuman mereka,” kata Turabi, sosok yang bertanggung jawab atas penegakan hukum saat Taliban berkuasa pada 1990-an.

“Tidak ada yang akan memberi tahu kami seperti apa hukum kami seharusnya. Kami akan mengikuti Islam dan kami akan membuat hukum kami berdasarkan Alquran. Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” ujarnya, menegaskan bahwa hukuman seperti itu bisa menimbulkan efek jera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us