Taman 24 Jam Tuai Pro Kontra, Pramono: Tidak Setuju, Tak Usah Datang
- Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengakui kontroversi pembukaan taman 24 jam di Jakarta, tetapi tidak masalah bagi dirinya.
- Pembukaan taman 24 jam di Lapangan Banteng, Taman Literasi, dan Menteng mendapat respons positif dari masyarakat.
Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengakui, kebijakan pembukaan taman 24 jam di Jakarta menuai kontroversi di masyarakat. Namun, bagi Pramono pro kontra tersebut tidak masalah.
"Untuk pembukaan taman yang 24 jam, namanya juga orang kita ini kan pro-kontra, nggak apa-apa. Yang nggak setuju ya nggak usah datang, yang setuju, nikmati," ujar Pramono saat meninjau Kali Ciliwung, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).
1. Pembukaan Lapangan Banteng dapat sambutan luar biasa
Meski demikian, Pramono mengungkapkan, pembukaan taman 24 jam di Lapangan Banteng, Taman Literasi, dan Menteng mendapat respons positif.
"Yang saya dapatkan selama saya membuka Lapangan Banteng, Literasi, kemudian Menteng, Ayodya, yang sudah saya lihat semuanya mendapatkan respons publik yang luar biasa, terutama Lapangan Banteng," ucapnya.
2. Pembukaan taman 24 jam keputusan tepat
Pramono merasa keputusan untuk membuka lima taman di Jakarta selama 24 jam merupakan keputusan yang tepat.
"Saat malam hari di Lapangan Banteng, pasti terkejut karena lapangannya bagus banget, lighting-nya bagus banget, dan di situlah saya merasa bahwa apa yang saya putuskan itu baik," katanya.
3. Blok M tambah ramai setelah direvitalisasi
Selain keputusan soal taman 24 jam, juga keputusan merevitalisasi Blok M Hub. Menurut Pramono, saat ini Blok M jadi kawasan yang ramai dikunjungi untuk itu dia akan membuka lagi trayek Transjabodetabek.
"Sekarang kalau lihat di Blok M, ramai banget. Bahkan trayek yang kita buka, mudah-mudahan minggu ini ada dua trayek lagi kita buka. Saya yakin akan pasti sambutannya luar biasa," katanya
Adapun kebijakan pembukaan lima taman di Jakarta selama 24 jam menuai berbagai kritik dari sejumlah anggota DPRD. Anggota Fraksi Gerindra, Ali Lubis, menilai kebijakan ini berisiko tinggi bagi kelompok rentan dan berpotensi menjadi tempat terjadinya tindakan kriminal, seperti pacaran bebas hingga prostitusi terselubung.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth juga memperingatkan potensi penyalahgunaan taman untuk transaksi narkoba dan aktivitas negatif lainnya jika tidak disertai dengan pengawasan ketat serta fasilitas keamanan yang memadai.
