Tangis Siswa Sekolah Rakyat yang Sedang Makan saat Dikunjungi Mensos

- Empati dan motivasi kunci utama guru sekolah rakyat
- Wali asrama masih kurang lima orang
.Bogor, IDN Times - Anak-anak di sekolah rakyat Bogor mendadak menangis ketika Menteri Sosial (Mensos), Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) datang ke sekolah mereka, Kamis (24/7/2025). Tangisan itu menyeruak kala mereka tengah makan.
"Jadi banyak anak-anak ini ketika makan, banyak yang menangis, karena ingat orangtuanya. Tadi sudah dengar sendiri kenapa mereka menangis, karena selama ini di rumah mereka belum tentu sehari makan dua kali. Kadang cuma sekali," kata Gus Ipul, Kamis malam.
Gus Ipul mengatakan, di sekolah rakyat para siswa kini bisa makan tiga kali sehari, lengkap dengan dua kali snack. Kondisi ini membuat mereka sangat terharu dan merasa lebih nyaman.
1. Empati dan motivasi jadi kunci utama guru sekolah rakyat

Gus Ipul juga menyoroti semangat para guru dan kepala sekolah dalam mendidik anak-anak yang sebagian besar berasal dari keluarga prasejahtera.
"Empati sangat dituntut di sini. Semua tenaga pendidik di Sekolah Rakyat ini harus bisa jadi motivator dan contoh bahwa masa depan itu bisa diraih," ujarnya.
Dengan suasana penuh kepedulian, para pengajar lebih sabar dan memiliki empati tinggi. Hal ini membuat proses belajar jadi lebih menyentuh dan bermakna.
2. Wali asrama masih kurang lima

Meskipun program sekolah rakyat masih berstatus rintisan, Gus Ipul mengatakan, secara umum sudah berjalan baik. Namun, ia juga tidak menutup mata terhadap berbagai kekurangan yang ada, termasuk masih kurangnya wali asrama lima orang.
"Masih banyak perintilan yang harus kita lengkapi. Misalnya, kebutuhan wali asrama ada 12 tapi baru tersedia 7. Tapi semua bisa dilengkapi seiring waktu, solusi selalu ada," kata dia.
Menurut dia, kekurangan adalah hal wajar, tapi semangat dari para guru dan kepala sekolah menjadi kekuatan utama untuk mengatasi tantangan.
3. Beda dengan di Bogor, siswa di Temanggung pilih pulang

Di tengah semangat yang tinggi, Gus Ipul juga mengakui adanya dinamika di lapangan. Salah satunya adalah beberapa siswa yang memilih pulang karena tidak kerasan jauh dari orangtua.
"Sekarang misalnya ada beberapa siswa di Temanggung yang pulang ke rumah karena tidak terbiasa jauh dari orang tua. Dari lima yang meninggalkan sekolah, dua sudah kembali," kata dia.
Meski begitu, proses penerimaan siswa sudah dilakukan dengan dialog dan persetujuan orangtua. Gus Ipul mengatakan, tidak akan memaksa anak-anak yang ingin berhenti karena masih banyak calon siswa lain yang ingin masuk.
"Jika orangtua dan anak sepakat tidak melanjutkan, kami tidak bisa memaksa. Tapi di belakang itu, masih banyak yang antre," ucap dia.