TKA Matematika dan Bahasa Inggris Jeblok, Komisi X DPR Singgung Kapasitas Guru

- Dorong Kemendikdasmen perbaiki kualitas guru
- Bahasa Inggris jadi bahasa kedua di Indonesia belum mendesak
Jakarta, IDN Times - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menilai, rendahnya Tes Kemampuan Akademik (TKA) di sekolah menanadakan adanya persoalan struktural dalam sistem pembelajaran di sekolah. Menurut dia, hal itu bukan semata karena kelemahan siswa, tetapi juga kapasitas guru.
Hal ini disampaikan Hetifah Sjaifudian menyikapi jebloknya nilai TKA Matematika dan Bahasa Inggris yang dirilis Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)
Menurut dia, fenomena ini efek dari kualitas dan pemerataan guru, metode pembelajaran yang masih kurang sesuai konteks, serta minimnya paparan Bahasa Inggris dalam keseharian belajar. Hetifah mengatakan, TKA diperlukan sebagai alat yang mampu memeriksa kebijakan untuk memperbaiki proses belajar, bukan sekadar instrumen evaluasi hasil belajar saja.
"Rendahnya nilai TKA Bahasa Inggris dan Matematika, menurut saya perlu dilihat sebagai peringatan bahwa ada persoalan struktural dalam pembelajaran, bukan semata kelemahan siswa," kata dia, kepada jurnalis, Jumat (26/12/2025).
1. Dorong Kemendikdasmen perbaiki kualitas guru

Hetifah mengatakan, Komisi X DPR RI mendorong Kemendikdasmen agar kebijakan pendidikan mengarah pada penguatan kapasitas guru hingga perbaikan kurikulum.
Dia menekankan, perbaikan-perbaikan ini berbasis pada peningkatan kualitas pembelajaran, bukan penambahan beban asesmen bagi siswa.
"Mendorong Kemendikdasmen agar kebijakan pendidikan diarahkan pada penguatan kapasitas guru, perbaikan kurikulum dan materi ajar," kata dia.
2. Bahasa Inggris jadi bahasa kedua di Indonesia belum mendesak

Selain itu, Hetifah menilai, menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua seperti di Filipina belum terlalu mendesak diterapkan di Indonesia. Namun, hal itu bukan alasan untuk mengabaikan pentingnya literasi bahasa asing.
Menurut dia, fokus utama saat ini seharusnya menjadikan bahasa Inggris sebagai keterampilan global yang fungsional bagi generasi muda dengan tidak mengesampingkan bahasa Indonesia dan daerah.
"Terkait Bahasa Inggris, menjadikannya bahasa kedua seperti di Filipina, belum tentu realistis untuk Indonesia saat ini," kata Hetifah.
3. Nilai TKA Matematika dan Bahasa Inggris jeblok

Kemendikdasmen resmi mengumumkan hasil Tes Kemampuan Akademik (TKA) SMA, SMK, MA, dan Paket C Tahun 2025. Berdasarkan data capaian nasional, rerata nilai bahasa Inggris wajib hanya mencapai 24,93 dari 3.509.688 siswa. Sementara itu, rerata nilai Matematika wajib sebesar 36,10 dari 3.489.148 siswa dan rerata nilai bahasa Indonesia sebesar 55,38 dari 3.477.893 siswa.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Toni Toharudin menegaskan pengelolaan hasil TKA dilaksanakan secara tertib, transparan, dan bertanggung jawab.
“Pengumuman hasil TKA dilakukan melalui mekanisme resmi dan berjenjang untuk memastikan keakuratan data serta melindungi hak murid. Satuan pendidikan memiliki peran penting dalam mengakses DKHTKA dan menyampaikan informasi hasil TKA kepada murid secara tepat,” ujar dia.
Pengumuman hasil TKA dilakukan melalui mekanisme berjenjang guna menjamin ketepatan data, akuntabilitas, dan ketertiban administrasi dalam penyampaian informasi kepada satuan pendidikan dan murid.

















