Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wamenaker Terjaring OTT KPK, Pertanda Pengaruh Jokowi Melemah?

Bifitri Susanti
Pakar Hukum Tata Negara Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera, Bivitri Susanti dalam program ‘Ngobrol Seru’ by IDN Times bersama pemimpin redaksi IDN Times, Uni Zulfiani Lubis.
Intinya sih...
  • Pengaruh Jokowi di kabinet Prabowo sempat dinilai sangat kuat
  • “Orang-orang Jokowi” dibiarkan
  • KPK tak seperti biasanya, memunculkan “barang bukti” secara demonstratif
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer atau Noel terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terkait kasus dugaan pemerasan perusahaan dalam proses pengurusan K3.

Pakar Hukum Tata Negara Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera, Bivitri Susanti, menilai terjaringnya Noel merupakan tanda pengaruh Joko “Jokowi” Widodo di kepemerintahan Presiden Prabowo Subianto kini mulai melemah.

Hal itu ia sampaikan dalam program Ngobrol Seru by IDN Times bersama Jurnalis Senior, Budiman Tanuredjo, dengan host pemimpin redaksi IDN Times, Uni Zulfiani Lubis, Kamis (21/8/2025) malam.

Awalnya, Uni Lubis bertanya kepada Bivitri, apakah ia kaget atau tidak dengan OTT terhadap Noel. Bivitri mengaku antara kaget dan tidak.

“Gak kagetnya karena sebenarnya perilaku di kementerian itu, banyak sekali praktik-praktik seperti itu, penyuapan dan lain sebagainya, itu sudah lama didengar, karena saya juga sering bareng-bareng sama kawan-kawan Serikat Buruh yang ngasih pelatihan, jadi mereka sering cerita, dan itu sudah lama terjadi sebenarnya, terutama sejak kabinet yang ini,” kata Bivitri.

1. Pengaruh Jokowi di kabinet Prabowo sempat dinilai sangat kuat

Wamenaker, Immanuel Ebenizer saat diwawancara usai mediasi dengan UD Sentosa Seal. IDN Times/Ardiansyah Fajar.
Wamenaker, Immanuel Ebenizer saat diwawancara usai mediasi dengan UD Sentosa Seal. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Namun di sisi lain, Bivitri juga kaget karena selama ini ia berpikir pengaruh Jokowi di Kabinet Merah Putih sangat kuat dengan adanya menteri, Kapolri, dan Jaksa Agung yang masih menjabat.

“Ini ada beberapa menteri yang memang, dalam tanda kutip, orangnya Jokowi, yang masih bertahan di situ, dan kita bertanya-tanya, kenapa masih dipertahankan? Jangan-jangan, jadi tadi saya merasa, wah masih kuat nih kayaknya Jokowi. Cukup banyak menterinya, bahkan Kapolri, Jaksa Agung, itu juga dari masanya Jokowi,” kata dia.

“Tapi tadinya saya kira masih cukup kuat cengkeraman itu, tapi jangan-jangan ketika Noel sudah kena hari ini, itu bisa menjadi pertanda bahwa mungkin jadi tidak kuat lagi,” lanjut Bivitri.

2. Orang-orang Jokowi dibiarkan

Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer (tengah)
Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Jakarta, Senin (19/5/2025). (IDN Times/Trio Hamdani)

Uni Lubis kemudian menanyakan dengan penangkapan Noel apakah ini sebuah tanda 'orang-orang Jokowi' yang bermasalah disingkirkan, atau memang sengaja dibiarkan untuk menjalani proses hukum atas kasus yang menimpanya.

“Jadi mungkin kalimat keduanya Mbak Uni yang lebih pas, dibiarkan. Karena ini bukan kriminalisasi seperti halnya Tom Lembong. Tapi kalau ini bukan, Ini memang ada salahnya. Jadi didiamkan itu betul. Saya sendiri baru melihat ini gejala awal,” ujarnya.

“Karena buat saya kunci untuk melihat gejala-gejala Jokowi mulai berpisah dengan Prabowo itu sebenarnya ada di lembaga penegak hukum. Kapolri sama Jaksa Agung,” lanjut Bivitri.

Bivitri mengingat kembali ketika dalam suatu kesempatan, Noel memperlihatkan diri mulai menyerah jadi Jokowi Mania, dengan melontarkan pernyataan bahwa ia sekarang setia kepada Prabowo.

“Itu kan sebenarnya cara dia untuk bilang, ‘Sekarang kesetiaan saya udah pindah, jadi tolong saya jangan diapa-apain nih’. Nah tapi ternyata tetap kena. Jadi pembiaran ini menurut saya itulah yang tengah terjadi. Dan yang mesti dibaca juga adalah yang menangani itu KPK. Ini juga menarik menurut saya,” kata dia.

“Karena kan kita tahu KPK, kepolisian, jaksa agung, kalau urusannya adalah tindak pendana korupsi, itu sebenarnya ada faksi-faksinya lagi. Yang kemudian bisa kita kaitkan lagi dengan Jokowi, dengan Prabowo, dengan Prabowo dan orang-orang dekatnya, begitu ya,” lanjut Bivitri.

3. KPK tak seperti biasanya, memunculkan 'barang bukti' secara demonstratif

Budiman Tanuredjo
Jurnalis Senior, Budiman Tanuredjo di program ‘Ngobrol Seru’ by IDN Times bersama pemimpin redaksi IDN Times, Uni Zulfiani Lubis.

Sementara, Budiman Tanuredjo mengaku tidak kaget dengan OTT Noel. Sebab ia melihat pernyataan-pernyataan Noel yang mengandung nuansa hiperbola dengan semangat antikorupsi.

Hal ini sama dengan mantan Ketua MK Akil Mochtar yang juga sempat melontarkan kata-kata semangat antikorupsi, namun akhirnya terjerumus juga.

“Noel kalau kita lihat jejak digitalnya juga luar biasa sebetulnya. Dia mendukung hukuman mati. Kalau OTT itu diminta diberitahukan, gak mungkin. Dan kemudian dia terjerbak ke sana (korupsi),” ujar dia.

Hal yang membuat Budiman kaget justru ketika KPK memamerkan 22 kendaraan usai OTT Noel.

“Yang mengagetkan adalah ketika KPK memunculkan secara 'demonstratif' barang bukti. Karena itu apakah itu barang bukti atau belum, kita gak tahu. Tapi dengan motor gede, dengan Ducati, itu menunjukkan sesuatu yang luar biasa,” kata dia.

4. Istana buka suara soal OTT Wamenaker

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, sampaikan keprihatinan terkait Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer (Noel) dalam operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (OTT KPK) (IDN Times/Ilman Nafian)

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, mengatakan akan mengingatkan lebih keras kepada anggota Kabinet Merah Putih untuk menjauhi korupsi. Hal ini berkaitan dengan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer alias Noel terjaring operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (OTT KPK).

"Tentu justru dengan kejadian ini akan, barangkali akan semakin keras kita memberikan dan mengingatkan kepada seluruh jajaran, tidak hanya kepada kabinet, ini kan sekali lagi membuktikan bahwa memang korupsi ini sudah sedemikian masuk kategori kalau penyakit ini stadium 4 stadium lanjut gitu," ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Prasetyo mengatakan, Presiden Prabowo Subianto juga tidak akan mengumpulkan jajarannya terkait dengan ditangkapnya Immanuel.

"Tidak, tidak. Masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Bahwa ada satu kejadian itu menjadi warning untuk kita semua, iya. Tapi bukan berarti setelah itu langsung akan ada semua dipanggil," kata dia.

Juru bicara Presiden itu mengatakan, Prabowo juga mempersilakan KPK untuk melanjutkan proses hukum terhadap Immanuel Ebenezer.

"Bapak Presiden sudah dapat laporan, beliau menyamaikan bahwa itu ranah hukum, beliau hormati proses di KPK dan dipersilakan untuk proses hukum dijalankan sebagaimana mestinya," imbuhnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us