Ketua Dema UIN Jakarta: Banyak Partai Politik Masih Minim Gagasan

Partai politik harus kaya gagasan untuk menarik pemilih muda

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Abid Al Akbar, menilai jelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 banyak partai politik (parpol) masih minim gagasan.

Padahal, Abid menilai, gagasan tersebut jadi salah satu faktor yang menentukan pemilih muda untuk menentukan pilihannya terhadap parpol atau kandidat.

"Menurut ku, hal yang masih jadi abstrak di lingkungan partai politik itu gagasan ya," kata dia saat menghadiri talkshow GenZMemilih bertajuk Jurus Jubir dan Politisi Muda Partai Gaet Gen Z di kantor IDN Times, Jakarta Selatan, Rabu (22/2/2023).

Baca Juga: Gen Z, Kenali Beda Kampanye Negatif dan Black Campaign dalam Pemilu

1. Banyak parpol yang masih minim gagasan

Ketua Dema UIN Jakarta: Banyak Partai Politik Masih Minim GagasanIlustrasi partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Abid menilai, sejauh ini parpol yang memiliki gagasan jelas dan terarah ialah Partai Ummat dan PKS. Namun, parpol lainnya belum menawarkan gagasan yang tepat dan dinilai masih mengambang. Sebagai contoh, PKB dan PPP dengan gagasannya sebagai partai Islam belum secara rinci menunjukkan ideologi gagasannya.

Hal serupa juga ditemui pada parpol dengan gagasan ideologi nasional seperti PSI, PDI Perjuangan, dan parpol lainnya. Partai tersebut belum menunjukkan gagasan yang jelas.

"Partai-partai lain kan sebenarnya masih ngambang, misalnya PKB kan ideloginya Islam, ok Islam tapi apa bedanya gagasan Islam PKB dengan PPP, saya kira masih abstrak. Kemudian, PSI dengan PDIP dan partai nasionalis lain, saya kira masih dalam tatanan belum konkret juga," ucap dia.

Baca Juga: Cak Imin: Tak Logis bila MK Putuskan Sistem Pemilu 2024 Tertutup

2. Parpol harus bisa menawarkan banyak gagasan kepada pemilih muda

Ketua Dema UIN Jakarta: Banyak Partai Politik Masih Minim Gagasanilustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Seharusnya, kata Abid, parpol bisa menawarkan gagasan yang jelas kepada para pemilih. Sehingga setiap parpol memiliki identitas gagasan yang menarik bagi pemilih muda. Di sisi lain, pemilih muda jika diperkaya dengan berbagai gagasan dari parpol soal permasalahan bangsa.

"Itu yang saya kira, satukan dulu gagasan setiap partai apa saja. Itu bisa membentuk pola pikir, dialetika antar parpol, sehingga anak muda tidak cenderung masuk dalam hal yang sifatnya praktis dan transaksional," ujar Abid.

Baca Juga: Gen Z Wajib Tahu, Ini 7 Fakta Mengenai Pemilu 2024

3. Riset IDN Times soal Gen Z jelang Pemilu 2024

Ketua Dema UIN Jakarta: Banyak Partai Politik Masih Minim GagasanIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya, hasil riset IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix menunjukkan, calon pemimpin menurut Gen Z Indonesia adalah mereka yang memiliki visi yang jelas untuk negara dan berintegritas, sehingga mereka tidak akan korupsi, serta memiliki pengalaman politik.

Meskipun 61 persen Gen Z mengatakan mereka memilih pemimpin politik yang memiliki agama yang sama dengan mereka, ketika agama dikaitkan dengan faktor-faktor lain.

Hal ini menunjukkan, pada akhirnya kemampuan seorang kandidat lebih signifikan dalam menggaet suara calon pemilih, dibandingkan latar belakang agama, popularitas, etnis, dan bahkan partai politiknya.

Hasil survei ini juga menunjukkan, sebanyak 41 persen Gen Z menyatakan siap menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014, sebanyak 30 persen menyatakan netral, dan 29 persen menyatakan tidak peduli.

Riset berjudul Indonesia Gen Z Report 2022 ini dirilis berbararengan dengan agenda tahunan Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) by IDN Media, yang dihelat pada 29-30 September 2022.

Riset ini dilatarbelakangi kelangkaan penelitian di ranah Gen Z, yang menimbulkan mitos dan stereotipe pada generasi ini. Selain menggali pemahaman mendalam tentang Gen Z di Indonesia, riset ini juga bertujuan untuk mengetahui pandangan politik generasi ini di Tanah Air. Termasuk, pilihan mereka terhadap sosok calon pemimpin mendatang, dan minat mereka untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024.

Survei ini digelar pada 27 Januari hingga 7 Maret 2022 dengan melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi di Indonesia, dengan metode survei multistage random sampling. Sementara, margin of error survei ini kurang dari 5 persen.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya