Publik Masih Debat Agama di Medsos, Polarisasi di 2024 Bakal Tinggi

TSRC gelar survei perilaku pemilih di media sosial

Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif, The Strategic Research and Consulting (TSRC), Yayan Hidayat, memprediksi polarisasi pada pemilihan umum (Pemilu) 2024 nanti masih akan tinggi.

Analisis tersebut didapat berdasarkan hasil survei TSRC mengenai perilaku pemilih atau pendukung sejumlah bakal calon presiden (capres) di media sosial (medsos). Hasilnya, pemilih bakal capres tertentu masih sensitif membahas isu agama.

Baca Juga: Zulhas Sindir Prabowo Elektabilitas Naik Gegara Sering Diajak Jokowi

1. Penetrasi internet dan sentimen isu agama tinggi memicu polarisasi

Publik Masih Debat Agama di Medsos, Polarisasi di 2024 Bakal TinggiIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Yayan mengatakan, potensi polarisasi dan konflik identitas di medsos masih akan tinggi seperti Pemilu 2019. Masalah itu muncul seiring meningkatnya penetrasi publik terhadap penggunaan internet.

"Survei ini memprediksi potensi polarisasi dukungan dan konflik identitas di media sosial sepanjang penyelenggaraan Pemilu 2024 masih akan tinggi, seiring dengan peningkatan penetrasi internet dan media sosial," kata dia saat dihubungi IDN Times, Selasa (4/4/2023).

Di samping itu, Yayan menjelaskan, sensitivitas dan sentimen publik dalam melihat isu agama di media sosial cukup beragam. Namun penggunaan internet yang tinggi dan cara berpikir yang intoleran bisa memicu konflik.

"Survei ini menunjukkan bahwa sentiment pemilih masing-masing pendukung bakal calon presiden di media sosial berbeda-beda dalam merespon isu agama," kata dia.

"Artinya, penetrasi internet yang tinggi, kontestasi yang kompleks ditambah dengan sentiment pemilih yang besar dalam merespon isu agama akan rentan sekali memicu konflik di berbagai ruang politik," sambung Yayan.

Baca Juga: AHY Sebut Anies Tak Dihendaki Rezim Penguasa 

2. Pemilih Anies dan Prabowo sensitif soal agama

Publik Masih Debat Agama di Medsos, Polarisasi di 2024 Bakal TinggiANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Lebih lanjut, Yayan menjelaskan, hasil dari survei tersebut, pemilih Anies Baswedan dan Prabowo Subianto lebih sensitif ketika membahas agama di jejaring medsos.

Yayan menjelaskan, pemilih Anies dan Prabowo dominan marah jika melihat agama dijelekkan di media sosial. Sebaliknya, pemilih Ganjar Pranowo, lebih memilih ekspresi biasa saja ketika melihat agama dijelekkan di media sosial.

"Temuan TSRC memperlihatkan pemilih Anies Baswedan dan Prabowo lebih intoleran ketika melihat perdebatan terkait agama di media sosial. Pemilih Ganjar Pranowo lebih toleran ketika melihat perdebatan agama di media sosial," jelas dia.

Baca Juga: Pesan Jokowi ke Ganjar dan Koster: Jangan Campur Aduk Politik dan Bola

3. Pemilih Ganjar Pranowo cenderung abaikan perdebatan di media sosial soal agama

Publik Masih Debat Agama di Medsos, Polarisasi di 2024 Bakal TinggiGubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wasesa)

Yayan mengatakan, temuan itu didapat dari pertanyaan yang diberikan kepada responden masing-masing pemilih terkait sikap ketika melihat perdebatan terkait agama di media sosial, apakah ikut mengomentari dengan membela agama tertentu atau sebaliknya mengabaikannya. 

"Terlihat bahwa pemilih Anies Baswedan 24 persen dan Prabowo 27 persen dominan memilih tindakan ikut mengomentari jika melihat perdebatan terkait agama di media sosial, sebaliknya pemilih Ganjar Pranowo 27 persen lebih memilih tindakan mengabaikan, jika melihat perdebatan terkait agama di media sosial," tutur dia.

Oleh sebab itu, Yayan menyimpulkan, karakteristik pemilih Anies dan Prabowo lebih menggambarkan pandangan yang fundamentalis jika melihat perdebatan terkait agama di media sosial. 

Sementara itu, pemilih Ganjar lebih menggambarkan pandangan yang sekuler jika melihat perdebatan terkait agama di media sosial. 

"Artinya, perilaku pemilih Anies dan Prabowo di media sosial cenderung sama yakni berpandangan fundamentalisme, berbeda dengan pemilih Ganjar Pranowo yang memiliki pandangan sekuler," imbuh Yayan.

Survei dilakukan pada 17 Februari sampai 27 Maret 2023 menggunakan rancangan non-probability sampling yang disebarkan secara berantai (snowball). Jumlah keseluruhan sampel yang diwawancarai adalah 1.200 responden dengan margin error 2,9 persen. 

"Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor, dengan menelpon kembali dan memvalidasi atau mengulang pertanyaan," imbuh dia.

 

Penasaran dengan isu-isu pemilu dan gonjang ganjing capres cawapres, baca selengkapnya di sini

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya