Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Drone Serang Salah Satu Perahu Misi Kemanusiaan Global Sumud Flotilla

global sumud flotilla.jpg
Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. (commons.wikimedia.org/Alpha bakemono)
Intinya sih...
  • Serangan drone terjadi tengah malam, menyebabkan kerusakan di kapal tanpa korban jiwa.
  • Pelapor Khusus PBB memastikan serangan drone bukan kecelakaan, melainkan agresi terhadap Tunisia dan kedaulatannya.
  • Global Sumud Flotilla adalah misi kemanusiaan dunia yang bertujuan mematahkan blokade Israel terhadap Gaza dan mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perahu yang ikut dalam 'Global Sumud Flotilla' ditabrak oleh sebuah pesawat nirawak (drone) di pelabuhan Tunisia. Hal ini terekam dalam video yang diunggah di media sosial Global Sumud Flotilla. Beruntung awak kapal tidak ada yang terluka.

Kapal berbendera Portugis yang dikenal sebagai 'Perahu Keluarga', membawa bantuan dan aktivis, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg. Konvoi tersebut, yang bertujuan menembus blokade Israel di Gaz yang dilanda kelaparan telah tiba di pelabuhan Sidi Bou Said di Tunisia pada Minggu (7/9/2025).

Pihak berwenang Tunisia membantah klaim sebuah pesawat nirawak menabrak kapal tersebut, dan mengatakan bkebakaran terjadi di kapal itu sendiri, menurut beberapa kantor berita. Namun, video yang diunggah di akun media sosial GSF menunjukkan sebuah benda terbang bercahaya menabrak kapal dari atas.

1. Serangan terjadi tengah malam

global sumud flotilla 4.jpg
Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. (commons.wikimedia.org/Alpha bakemono)

Menurut pihak penyelenggara, proyektil yang menyala mengenai jaket pelampung di atas kapal. Semua penumpang dan awak kapal selamat.

Serangan terjadi sekitar tengah malam saat salah satu awak kapal sedang melakukan siaran langsung. Setelah serangan, para awak kapal terdengar berteriak minta tolong ketika asap mengepul dari titik hantaman.

"Kerusakan akibat kebakaran terjadi di dek utama dan ruang penyimpanan di bawah dek," demikian pernyataan yang dirilis oleh GSF.

"Tindakan agresi yang bertujuan mengintimidasi dan menggagalkan misi kami tidak akan menghalangi kami. Misi damai kami untuk mengakhiri pengepungan di Gaza dan berdiri dalam solidaritas dengan rakyatnya terus berlanjut dengan tekad dan tekad yang kuat," demikian pernyataan tersebut, seperti dikutip dari Euronews, Selasa (9/9).

2. Serangan drone bukan kecelakaan

global sumud flotilla 3.jpg
Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. (commons.wikimedia.org/Alpha bakemono)

Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese memastikan ini adalah serangan drone, bukan sekadar kecelakaan.

"Jika dipastikan bahwa ini adalah serangan pesawat tak berawak, itu akan menjadi serangan, sebuah agresi, terhadap Tunisia dan kedaulatan Tunisia," ujarnya.

"Tentu saja ini harus diverifikasi, tetapi ada riwayat serangan terhadap armada tersebut, ada pernyataan terkini yang menentang armada tersebut, yang mengancam armada tersebut, dari Israel," tambahnya.

Pada Juli 2025, armada Freedom yang tidak bersenjata diserbu oleh pasukan Israel di perairan internasional, saat sedang membawa pasokan penyelamat ke Gaza. Setelah insiden tersebut, kerumunan pendukung berkumpul di pelabuhan untuk mengutuk serangan tersebut.

3. Misi kemanusiaan dunia

global sumud flotilla 2.jpg
Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. (commons.wikimedia.org/Alpha bakemono)

Flotila Global Sumud adalah armada yang dipimpin oleh warga negara, yang bertujuan untuk mematahkan blokade Israel terhadap Gaza dan mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza. Konvoi tersebut terdiri dari sekitar 50 kapal, dan aktivis dari 44 negara.

Pekan lalu, puluhan kapal meninggalkan pelabuhan Barcelona di Spanyol, dan bergabung dengan konvoi lain di Genoa, Italia. Setelah beberapa kali tertunda, konvoi tersebut tiba di perairan Tunisia pada hari Minggu, dan diperkirakan akan berangkat ke Gaza.

Insiden itu terjadi beberapa jam sebelum Israel mendesak evakuasi penuh Kota Gaza di utara Jalur Gaza, seiring dengan perluasan operasi militernya di sana. Adapun perang Israel-Hamas dimulai setelah militan yang dipimpin Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang.

Hamas menyandera 251 orang, dan saat ini menyandera 50 orang, 20 di antaranya diyakini masih hidup. Serangan Israel berikutnya hingga kini telah mengakibatkan kematian lebih dari 64.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, yang datanya tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil.

Sebagian besar wilayah Gaza telah diratakan, dan sebagian besar dari lebih dari 2 juta penduduk wilayah tersebut telah mengungsi. PBB bulan lalu menyatakan bahwa bencana kelaparan sedang terjadi di wilayah kegubernuran Gaza, dan memperkirakan bencana tersebut akan meluas ke Deir al Balah dan Khan Younis pada akhir bulan ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in News

See More

Indonesia Tegaskan Solidaritas untuk Qatar, Kutuk Agresi Israel

10 Sep 2025, 00:10 WIBNews