Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Tentara Taiwan yang Ikut Perang di Ukraina

ilustrasi tentara Taiwan (Twitter.com/Ministry of National Defense, R.O.C. )
ilustrasi tentara Taiwan (Twitter.com/Ministry of National Defense, R.O.C. )

Jakarta, IDN Times - Tahun 2022 dikejutkan dengan invasi Rusia ke Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut invasi itu sebagai operasi militer khusus.

Serangan Rusia ke Ukraina telah membuat dinamika global berubah drastis, khususnya bagi Moskow dengan Uni Eropa (UE) dan negara Barat lainnya. Salah satu sekutu Barat yang akhirnya mendukung perjuangan Ukraina adalah Taiwan.

Pulau yang memiliki pemerintahan independen secara demokratis ini memiliki ancaman invasi dari China. Berkaca pada perang Rusia-Ukraina, tentara Taiwan kemudian berangkat ke Ukraina menjadi sukarelawan asing menghadapi invasi Rusia.

Mereka menunjukkan solidaritas kepada Ukraina, berani mengorbankan hidup demi kebebasan dan kemerdekaan rakyat dari penjajahan. Berikut ini adalah fakta keberadaan tentara Taiwan di medan tempur Ukraina.

1. Sekitar 10 tentara Taiwan berangkat ke Ukraina

ilustrasi tentara Taiwan (Twitter.com/Ministry of National Defense, R.O.C. )
ilustrasi tentara Taiwan (Twitter.com/Ministry of National Defense, R.O.C. )

Banyak analis yang khawatir invasi Rusia ke Ukraina bisa memicu agresi China ke Taiwan. China pun berkali-kali menegaskan keinginannya untuk merebut Taiwan dengan segala cara, termasuk militer. 

"Ada kemungkinan besar bahwa situasi ini (perang Rusia-Ukraina) akan terjadi pada Taiwan. Sebelum kami bisa berharap orang lain membantu, bantuan apa yang bisa kami berikan kepada orang lain? Itulah intinya," kata Yao Kuan Chun, salah satu tentara Taiwan yang berangkat ke Ukraina, dikutip Taiwan News.

Dalam pemberitaan yang terbit pada Juni, sekitar 10 tentara Taiwan dilaporkan berangkat ke Ukraina untuk bergabung dengan legiun asing. Mereka bertempur melawan pasukan Moskow.

2. Mendapat semangat untuk membela tanah air sendiri

ilustrasi tentara Ukraina (Twitter.com/Armed Forces)
ilustrasi tentara Ukraina (Twitter.com/Armed Forces)

Ada ribuan sukarelawan asing yang menjadi legiun internasional di Ukraina. Sepuluh orang dari Taiwan memang jumlahnya kecil, tapi semangat mereka tak perlu diragukan. 

Taiwan memiliki wajib militer. Itu adalah syarat utama yang diperbolehkan Ukraina bagi warga asing yang ingin berjuang di medan tempur.

Salah satu warga Taiwan yang terbilang sangat awal datang ke Ukraina adalah Jack Yao. Dia memutuskan terbang ke Kiev tiga hari usai Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, meminta bantuan sukarelawan asing, kutip BBC.
 
Saat mempertahankan Kiev, Jack Yao mengisahkan percapakannya dengan rekan unitnya di Legiun Asing Georgia.

"Seorang pria telah tinggal di Taiwan selama dua tahun dan mengetahui situasinya. Taiwan dan Ukraina seperti saudara. Itu 100 persen sama. Mereka mengatakan kepada saya bahwa Anda tidak bisa mati di sini karena Anda harus kembali dan melindungi tanah air Anda," kata Yao.

3. Tentara Taiwan pertama yang gugur di Ukraina

Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022 telah menyebabkan ribuan orang menjadi korban. Dampak lainnya adalah kehancuran kota dan jutaan warga mengungsi. 

Salah satu korban yang gugur dalam pertempuran adalah Tseng Sheng Guang dari Taiwan. Sejauh ini, dia diketahui korban pertama yang berasal dari Taiwan. Kematiannya disebut karena kehabisan darah dari luka tembak yang ditimbulkan ketika bertempur di Luhansk. Tseng meninggal pada 2 November 2022.

Dilansir Focus Taiwan, Tseng bergabung dengan salah satu unit legiun asing, yakni Carpathian Sich Battalion. Dia masih muda ketika gugur dalam pertempuran tersebut, yakni baru berusia 25 tahun.

4. Humor gelap tentara Taiwan di Ukraina

ilustrasi (Twitter.com/Defense of Ukraine)
ilustrasi (Twitter.com/Defense of Ukraine)

Salah satu tentara Taiwan yang berpartisipasi dalam misi garis depan Ukraina adalah Yao. Dia yang saat ini telah kembali pulang ke Taiwan, menceritakan bahwa situasi pertemepuran di garis depan berubah dengan cepat dan benteng yang baru direbut bisa saja hilang sekejap mata.

Yao mengatakan bahwa dia berada di lingkungan ekstrem dengan dentum tembakan terus-menerus dan tanah berlindung yang penuh lumpur mengotori wajah.

Rekan seperjuangan Ukraina pernah membuat lelucon untuknya, bahwa tingkat kematian dalam pertempuran di garis depan adalah 95 persen. Beberapa kali dia disebut tidak akan pernah bisa kembali ke negaranya. 

Namun Yao menghadapi lelucon gelap itu dan selalu mengatakan "Ukraina adalah tempat yang baik untuk mati."

Dia juga menyeru agar warga Taiwan tidak abai dengan wajib militer, karena Taipei bisa jadi akan menghadapi kekuatan militer yang jauh lebih besar.

5. China, Taiwan, dan dilema Ukraina

Bendera China (Pixabay.com/glaborde7)
Bendera China (Pixabay.com/glaborde7)

Taiwan memang bukan Ukraina, dan China memang bukan Rusia. Penyederhanaan apa pun yang menyamakan konflik Rusia-Ukraina saat ini dengan ancaman konflik China-Taiwan tentu saja tidak tepat.

Kematian Tseng Sheng Guang dari Taiwan di Ukraina telah dinilai sebagai seorang pahlawan bagi Kiev. Ruslan Andriyko, wakil kepala batalion di mana Tseng bergabung, memberikan rasa hormat besar kepada keluarganya dan untuk Taiwan, dikutip dari Politico.

Namun, hubungan Taiwan-Ukraina juga merupakan dilema. Presiden Zelenskyy sadar bahwa Beijing adalah mitra dagang terbesar Kiev, sedangkan Presiden Xi Jinping memiliki hubungan dekat dengan Rusia.

Zelenskyy tidak bisa mengambil risiko memusuhi China. Bahkan, dalam pemungutan resolusi PBB untuk mengecam perlakuan China terhadap minoritas muslim Uyghur, Ukraina memilih untuk abstain.

Zelenskyy juga telah berusaha menghubungi Xi Jinping sejak awal invasi Rusia terjadi. Namun Beijing tidak memberikan tanggapan. Zelenskyy sampai saat ini masih terus berhati-hati untuk tidak melontarkan komentar yang mengkritik Beijing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us