8 Negara yang Pindah Ibu Kota dengan Sukses!

Sydney dan Melbourne menjadi dua kota yang paling populer di Australia. Bahkan tidak sedikit orang yang berfikir jika salah satu kota ini adalah ibu kota Australia. Pada abad ke 19, kedua kota ini sama-sama ingin menjadi ibu kota bagi Australia.

Agar lebih adil pada tahun 1913, pemerintah Australia memutuskan untuk tidak memilih kedua kota tersebut sebagai ibu kota negara. Sebagai gantinya Australia memilih Canberra sebagai ibu kota Australia. 

Sebelum Indonesia memutuskan rencana pemindahan ibu kota, negara tetangga Myanmar sudah lebih dulu memindahkan ibu kotanya. Sebelum tahun 2005, ibu kota Myanmar adalah Yangoon atau Rangoon. Namun sejak 6 November 2005, pemerintah Myanmar resmi memindahkan ibukota negara dari Rangoon ke sebuah kota bernama Naypyidaw.

Anehnya tidak ada alasan pasti mengapa pemerintah Myanmar tiba-tiba memutuskan untuk memindahkan ibu kota negaranya ke sebuah kota yang sepi dan kurang berkembang. Meski begitu spekulasi mengatakan pemindahan ini disarankan oleh peramal yang kemudian disetujui oleh pemerintah.

Negara yang berbatasan dengan Brazil ini sebelumnya memilih Sucre sebagai ibu kotanya. Hal ini masuk akal karena Sucre merupakan kota bersejarah di mana terjadinya revolusi. Ditambah lagi dengan fasilitas kota yang nyaman plus kehadiran tambang perak membuat orang senang tinggal di Sucre.

Tapi sayangnya pada tahun 1898, perak di negara tersebut mulai hilang dan orang-orang mengusulkan pemerintah memindahkan ibu kota negara ke La Paz, sebuah kota yang juga memiliki pertambangan timah. Pemindahan ini tidak berjalan mulus karena terjadinya perang saudara. Akhirnya agar tetap adil, La Paz menjadi ibukota administratif negara sedangkan Sucre merupakan ibu kota Bolivia secara konstitusi.

Tidak kalah dengan Bolivia, Brazil juga pernah memindahkan ibu kota negaranya. Bukan hanya sekali tapi sampai tiga kali. Ibu kota Brazil yang pertama adalah Salvador yang dikenal sebagai kota perdagangan gula.

Kemudian pada tahun 1763, Brazil memindahkan ibu kotanya ke Rio de Janeiro. Sayangnya keberadaan Rio de Janeiro dianggap terlalu jauh dari kota-kota lain yang ada di Brazil. Keberadaan ibu kota yang terlalu jauh membuat Brazil sulit untuk berkembang.

Alhasil setelah hampir dua abad, pemerintah Brazil kembali memindahkan ibu kota Brazil ke Brasilia pada tahun 1960. Perpindahan negara ini ternyata menuai hasil positif, terbukti Brasilia mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi kota dengan PDB per kapita tertinggi diantara kota-kota yang ada di Amerika Latin.

Next ada Kazakhstan yang juga pernah memindahkan ibu kotanya. Diawal kemerdekaannya dari Uni Soviet pada tahun 1991, Kazakhstan memilih Almaty sebagai ibu kota negaranya. Sayangnya kota ini dianggap sangat sulit berkembang. Alasan lainnya adalah, Almaty sangat rawan akan bencana gempa bumi.

Belum lagi letak kota yang berbatasan dengan negara lain yang baru merdeka yaitu Kirgistan membuat negara ini khawatir akan terjadi turbulensi politik. Karena beberapa pertimbangan tersebut, Kazakhstan memutuskan memindahkan ibu kotanya ke Astana pada Desember 1997.

Sama seperti Kazakhstan, Nigeria juga memindahkan ibu kotanya pada tahun 1991. Awalnya Lagos menjadi ibu kota Nigeria. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan di kota ini jadi terlalu cepat dan membuat kota ini terlalu padat. Pemerintah kemudian memindahkan ibu kota ke Abuja pada tahun 1991. Kota ini dipilih karena lokasinya yang lebih strategis, dan penduduknya yang tidak terlalu padat.

Dar es Salaam menjadi ibu kota pertama Tanzania. Tapi Tanzania kemudian memindahkan ibu kotanya ke Dodoma pada tahun 1970. Selain karena Dodoma terletak di pusat negara, perubahan ini juga dilakukan untuk menciptakan ekonomi baru.

Kota ini juga tidak terlalu padat karena penduduknya hanya 40.000 orang. Belum lagi iklim kota yang menyenangkan membuat kota ini jadi pilihan tepat sebagai ibu kota baru. Namun meski sudah pindah, sebagian besar kantor pemerintahan masih berada di Dar es Salaam hingga saat ini.

Abidjan menjadi ibu kota pertama Pantai Gading atau yang kini dikenal dengan nama Côte d'Ivoire. Abidjan dipilih karena kota ini merupakan kota terbesar di Côte d'Ivoire sekaligus menjadi pusat ekonomi negara tersebut.

Tapi Presiden Felix Houphouet-Boigny menganggap bahwa Abidjan tidak terlalu cocok jadi ibu kota sehingga dia memindahkannya ke kota lain yaitu Yamoussoukro pada tahun 1983. Salah satu alasannya adalah karena di kota inilah sang presiden lahir.

Bahkan meski Presiden Felix Houphouet-Boigny sudah meninggal, pemerintah Côte d'Ivoire tetap menjadikan Yamoussoukro sebagai ibu kota bagi negaranya.