Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Rencana Jual Senjata ke Israel Senilai Rp129 Triliun

ilustrasi bendera AS (Unsplash.com/DAVIDCOHEN)
ilustrasi bendera AS (Unsplash.com/DAVIDCOHEN)
Intinya sih...
  • AS akan menjual senjata ke Israel senilai 8 miliar dolar untuk mendukung keamanan jangka panjang dan pertahanan udara.
  • Penjualan senjata memerlukan persetujuan dari DPR dan komite Senat, meskipun ada kritik terhadap meningkatnya kematian warga sipil Palestina.
  • Senjata yang diusulkan mencakup rudal udara-ke-udara AIM-120C-8 AMRAAM, pesawat nirawak, peluru artileri, dan lainnya untuk membantu Israel melawan militan yang didukung Iran di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) memberitahu Kongres bahwa mereka akan menjual senjata ke Israel senilai 8 miliar dolar (Rp129 triliun). Pemberitahuan itu disampaikan secara informal pada Jumat (3/1/2025).

Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, penjualan itu dimaksudkan untuk mendukung keamanan jangka panjang Israel seperti memasok kembali persediaan amunisi penting dan kemampuan pertahanan udara

Pemerintahan AS yang dipimpin Joe Biden telah menghadapi kritik atas meningkatnya kematian warga sipil Palestina. Upaya untuk memblokir penjualan senjata ofensif telah dilakukan oleh Senator Bernie Sanders dan beberapa tokoh Demokrat, tapi upaya itu gagal.

1. Mendukung sekutu dari serangan militan yang didukung Iran

ilustrasi (Unsplash.com/Jeff Cooper)
ilustrasi (Unsplash.com/Jeff Cooper)

Departemen Luar Negeri sejauh ini belum menanggapi kabar tersebut. Penjualan senjata itu masih memerlukan persetujuan dari DPR dan komite Senat.

Dilansir CNBC, demonstrasi menentang penjualan senjata AS ke Israel telah dilakukan. Akan tetapi, kebijakan AS sebagian besar tetap tidak berubah.

Agustus lalu, Washington DC menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lain kepada Israel senilai 20 miliar dolar (Rp324 triliun).

Pemerintahan Biden beralasan mereka membantu sekutunya untuk mempertahankan diri dari militan yang didukung Iran di Gaza, Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.

2. Rincian senjata yang akan dijual ke Israel

Antara 2019 dan 2023, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mencatat bahwa 99 persen impor senjata Israel berasal dari AS sebanyak 69 persen dan dari Jerman sebanyak 30 persen.

Dilansir CNN, penjualan senjata yang diusulkan AS kali ini mencakup rudal udara-ke-udara AIM-120C-8 AMRAAM. Senjata ini untuk melawan ancaman udara.

Selain itu, usulan penjualan juga termasuk pesawat nirawak, peluru artileri, rudal Hellfire AGM-114, bom diameter kecil, perlengkapan JDAM yang mengubah bom manual jadi berpemandu, serta hulu ledak seberat 226 kilogram.

"Presiden telah menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warga negaranya, sesuai dengan hukum internasional dan hukum humaniter internasional, dan untuk mencegah agresi dari Iran dan organisasi proksinya," kata pejabat AS.

3. Pembicaraan gencatan senjata sedang berlangsung

ilustrasi (Unsplash.com/mohammed al bardawil)
ilustrasi (Unsplash.com/mohammed al bardawil)

Tidak semua senjata yang diusulkan dapat diambil melalui stok AS. Sebagian besar senjata usulan yang akan dijual, akan memakan waktu lebih dari satu tahun atau beberapa tahun untuk pengiriman.

Dilansir Deutsche Welle, di tengah kabar penjualan senjata AS itu, Israel dan Hamas mengonfirmasi pembicaran di Qatar terkait kesepakatan sandera dan gencatan senjata. Meski pembicaraan itu sedang berjalan, tapi serangan udara Israel terus berlanjut.

Serangan Israel ke Gaza telah mengakibatkan kerusakan yang luas, menyebabkan sekitar 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 45.700 orang yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us