AS Serang Kapal Kartel Narkoba Venezuela, Tiga Orang Tewas

- AS serang kapal kartel narkoba Venezuela
- Perang narkoba jadi justifikasi AS
- Serangan dikritik karena langkahi wewenang Kongres
Jakarta, IDN Times - Militer Amerika Serikat (AS) kembali melancarkan serangan terhadap sebuah kapal Venezuela di perairan internasional dan menewaskan tiga orang di dalamnya. Serangan yang terjadi pada Senin (15/9/2025) ini merupakan yang kedua dalam sebulan terakhir dan dilakukan atas perintah Presiden AS, Donald Trump.
Trump mengklaim kapal tersebut dioperasikan oleh teroris yang sedang dalam perjalanan mengangkut kokain dan fentanil. Ia mengumumkan serangan itu melalui unggahan video di media sosial yang menunjukkan sebuah kapal meledak.
“Pagi ini, atas perintah saya, pasukan militer AS melakukan serangan kinetik kedua terhadap kartel perdagangan narkoba dan teroris narkotika yang sangat kejam dan telah teridentifikasi secara positif di wilayah tanggung jawab SOUTHCOM,” ujar Trump dalam sebuah unggahan di media sosial, dilansir Al Jazeera.
1. Perang narkoba jadi justifikasi AS
Serangan ini terjadi setelah AS meningkatkan kehadiran militernya di dekat Venezuela. Washington telah mengerahkan kekuatan besar, termasuk kelompok tempur amfibi Iwo Jima, jet tempur siluman F-35, dan ribuan personel militer.
Pemerintahan Trump membenarkan operasi militer ini dengan Pasal 2 Konstitusi AS. Beberapa kartel narkoba, termasuk Tren de Aragua, juga telah ditetapkan sebagai organisasi teroris global, sehingga memungkinkan tindakan militer terhadap mereka.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengisyaratkan akan ada lebih banyak tindakan militer terhadap kartel. Mereka menegaskan AS akan terus memburu jaringan narkoba yang dianggap mengancam keamanan warga Amerika.
“Kami akan melacak mereka, membunuh mereka, dan membongkar jaringan mereka di seluruh belahan bumi pada waktu dan tempat yang kami pilih,” ujar Hegseth, dilansir NBC.
2. Serangan dikritik karena langkahi wewenang Kongres
Pemerintah Venezuela mengecam agresi militer AS. Presiden Nicolás Maduro menyatakan negaranya akan menggunakan semua haknya untuk membela diri. Ia juga mengklaim bahwa kapal pertama yang diserang AS adalah kapal nelayan biasa yang tidak bersenjata.
Kritik juga datang dari internal AS, di mana sejumlah politisi menentang langkah Trump. Senator Jack Reed menyebut serangan itu dapat menyeret AS ke dalam peperangan dengan Venezuela tanpa izin Kongres.
“Tindakan sembrono ini membahayakan personel militer kita, merusak kepentingan keamanan nasional kita, dan dapat menyulut konflik regional yang lebih luas,” kata Reed, dilansir NBC
Senada dengan Reed, Senator Adam Schiff menyebut serangan itu sebagai pembunuhan ilegal. Ia dilaporkan sedang menyusun resolusi untuk menegaskan kembali wewenang Kongres dalam menyatakan perang, yang menurutnya telah dilangkahi oleh Trump.
3. Venezuela sebut AS sengaja memancing konflik
Beberapa pihak mempertanyakan legalitas serangan AS yang dianggap sebagai eksekusi tanpa proses peradilan yang sah. Selain itu, bukti yang disajikan AS dinilai tidak meyakinkan.
CNN melansir, pejabat Kementerian Pertahanan AS tidak dapat memberikan bukti memadai yang mengaitkan kapal pertama dengan geng narkoba. Sementara itu, Trump mengklaim bukti adanya narkoba dari serangan kedua bisa terlihat dari karung-karung yang tersebar di lautan.
Sebelumnya, AS juga telah mengeluarkan tawaran hadiah 50 juta dolar AS (sekitar Rp819 miliar) untuk penangkapan Maduro. Di sisi lain, Menteri Dalam Negeri Venezuela, Diosdado Cabello, menuduh AS sengaja mencari gara-gara untuk memancing respons militer.
“Mereka berharap kami kehilangan kesabaran, tetapi kami tidak akan jatuh ke dalam provokasi murahan semacam ini,” kata Cabello.