Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Belarusia Blokir Impor Makanan dari Negara Barat

Bendera Belarus di Minsk. (instagram.com/varunupadhyay)
Bendera Belarus di Minsk. (instagram.com/varunupadhyay)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Belarusia pada Senin (6/12/2021) mengungkapkan jika akan melakukan pemblokiran barang impor asal negara-negara Barat. Hal ini dilakukan sebagai balasan kepada kedua pihak itu yang memberikan sanksi kepada pemerintahan Alexander Lukashenko. 

Sebelumnya, hubungan antara Uni Eropa, Inggris dan AS dengan Belarusia telah memanas setelah adanya sanksi yang diberikan kepada Lukashenko. Lantas, Uni Eropa juga menuding Belarusia ada di balik serbuan imigran dari Timur Tengah. 

1. Pemblokiran impor akan dilakukan mulai 1 Januari 2022

Belarusia di bawah Presiden Alexander Lukasheno akan melarang berbagai macam barang impor dari negara-negara Barat. Pemblokiran ini akan berfokus pada impor dari negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Norwegia, Albania, Islandia, Makedonia Utara dan Montenegro. 

Sementara itu, kebijakan ini dilakukan dimulai pada 1 Januari 2022 mendatang dan rencananya akan diberlakukan selama enam bulan. Beberapa barang yang dilarang berupa bahan makanan, meliputi daging, sosis, produk susuk, sayuran, buah-buahan dan garam. 

Meskipun demikian, makanan bayi dan sejumlah alat-alat makan akan tetap diperbolehkan masuk ke Belarusia. Akan tetapi, Pemerintah Belarusia mengatakan bila produk-produk lainnya akan dilarang apabila adanya sanksi lanjutan dari negara Barat, dilansir dari laman RFE/RL

2. Sebagai balasan atas sanksi yang diberikan kepada anggota pemerintahan Belarusia

Dikutip dari TASS, Kementerian Luar Negeri Belarus mengungkapkan bahwa kebijakan ini sebagai balasan atas sanksi baru yang diterapkan negara-negara Barat. 

"Sebagai respon atas sanksi ilegal dari luar negeri yang telah merusak kedaulatan Belarusia dan menghancurkan kesejahteraan warga Belarusia. Demi melindungi kepentingan nasional, Pemerintah Republik Belarusia memutuskan untuk melarang impor sejumlah barang yang berasal dari negara yang menerapkan sanksi kepada Belarusia."

Di sisi lain, aksi ini juga menanggapi restriksi kepada industri penerbangan Belarusia. Hal ini dianggap sebagai bentuk kompetisi yang tidak adil, sehingga pemerintah setempat juga akan melarang masuknya maskapai asal Uni Eropa dan Inggris ke Belarusia. 

Pada 2 Desember lalu, Uni Eropa telah memperbarui paket sanksi kelima kepada Belarusia yang menyasar 17 individu dan 11 organisasi. Sedangkan Amerika Serikat memberikan sanksi kepada 12 individu, 12 perusahaan legal dan tiga maskapai dimasukkan dalam daftar hitam. Inggris dan Kanada juga mengumumkan sanksi ekstra kepada Belarusia. 

3. Lukashenko sebut pemblokiran tidak akan berdampak buruk kepada Belarusia

Presiden Belarus, Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia, Vladimir Putih saat bertemu di Sochi.  (twitter.com/KremlinRussia_E)
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia, Vladimir Putih saat bertemu di Sochi. (twitter.com/KremlinRussia_E)

Presiden Alexander Lukashenko mengatakan bila sanksi tidak akan mengakibatkan dampak buruk nyata kepada Belarusia. "Tentu saja, tidak ada yang baik dari kebijakan ini. Namun, untuk menutup hal ini, tekuk lenganmu ke dada dan mati, tidak adalah alasan untuk itu" ungkap Lukashenko. 

Di samping itu, Lukashenko juga mengatakan Belarusia kini mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Meskipun, ekonomi tengah terkontraksi sebesar 0.9 persen pada tahun lalu, tapi tahun ini diprediksi akan tumbuh hingga 1,2 persen di tahun 2021. 

Rusia juga sudah bersedia memberikan bantuan ekonomi kepada Belarusia dengan menawarkan pinjaman, penjualan minyak dan gas dengan garga domestik. Selain itu, Rusia juga sudah bersedia membuka lebar barang-barang asal Belarusia ke pasar dalam negerinya. 

Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah mendukung penuh Lukashenko ketika terjadinya protes besar anti pemerintahan usai pilpres di Belarusia. Meskipun, negara-negara Barat menduga pilpres itu dipenuhi kecurangan. Namun, Rusia justru menawarkan hutang 1,5 miliar dolar AS (Rp21,5 triliun) dan bantuan militer kepada Belarusia, dilaporkan dari Associated Press

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us