Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bayi Meninggal di Perbatasan Belarusia-Polandia

Pengungsi yang terdampar di perbatasan Belarusia-Polandia. (Twitter.com/António Vitorino)
Pengungsi yang terdampar di perbatasan Belarusia-Polandia. (Twitter.com/António Vitorino)

Jakarta, IDN Times - Krisis di perbatasan Belarusia-Polandia telah menyebabkan belasan korban jiwa. Korban terbaru diketahui adalah seorang bayi berusia satu tahun. Sebab kematian bayi belum diketahui, tapi petugas medis yang menemukan, menjelaskan keluarga korban telah tinggal di dalam hutan sekitar 1,5 bulan.

Bayi yang diidentifikasi berjenis kelamin lelaki itu, ditemukan oleh petugas medis pada Kamis dini hari (19/11/21). Petugas medis darurat Polandia (PCPM) mendapatkan laporan ada orang yang membutuhkan bantuan medis. Dan ketika mereka datang, mereka menemukan bayi yang meninggal dan tiga orang terluka.

Krisis perbatasan Belarusia-Polandia telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Lukashenko, Presiden Belarus, dituduh menggunakan para pengungsi untuk menciptakan krisis dan mendorong pengungsi memasuki negara-negara blok Uni Eropa (UE).

Lukashenko dituduh membawa para pengungsi ke Minsk, dan menjadikan negaranya sebagai jalan masuk ke negara-negara blok UE. Dalam sebuah wawancara terbaru, Lukashenko menyangkal telah mengundang pengungsi tapi mengaku ada kemungkinan pasukannya membantu para pengungsi memasuki negara blok UE.

1. Krisis perbatasan telah menyebabkan 13 orang migran meninggal

Ada ribuan pengungsi yang menjadi migran di Belarusia. Sebagian besar dari mereka berasal dari Timur Tengah seperti Irak dan Suriah. Jumlah para migran tersebut diperkirakan sekitar 5.000 orang.

Lukashenko kemudian dituduh bahwa pemerintahannya telah mendorong para migran untuk menerobos perbatasan negara-negara blok UE seperti Polandia, Latvia atau Lithuania.

Namun situasi yang paling menegangkan adalah perbatasan Belarusia dan Polandia. Di perbatasan tersebut, ribuan migran terdampar antara dua negara. Mereka hidup di alam terbuka dan berkeliaran di hutan.

Menurut The Guardian, sejak krisis perbatasan muncul, sudah ada 13 orang migran yang tewas. Terbaru adalah seorang bayi lelaki berusia satu tahun.

Korban terakhir seorang bayi itu, dilaporkan oleh PCPM, petugas medis darurat Polandia. Selain bayi, para petugas juga menemukan dua orang mengalami luka-luka.

Keduanya adalah seorang lelaki muda dengan sakit perut parah, kelaparan dan dehidrasi. Dan yang terakhir adalah seorang perempuan dengan luka tusukan di bagian bawah kaki.

2. Ribuan orang migran terdampar di perbatasan

Saat ini diperkirakan ada sekitar 7.000 orang migran yang berada di Belarusia. Perkiraan ini berdasar pada proposal pengajuan yang diberikan pemerintah Belarus terhadap Jerman.

Dalam proposal itu, menurut Reuters, Belarus mengajukan rencana bahwa UE akan menerima sekitar 2.000 migran dan sekitar 5.000 migran lainnya akan dipulangkan. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang dari negara konflik di Timur Tengah.

Para migran yang saat ini terdampar di perbatasan Belarus-Polandia tidak dapat dipastikan jumlah pastinya.

PCPM dan LSM yang aktif memantau pergerakan migran tersebut, dalam beberapa hari terakhir telah melihat lebih sedikit permintaan orang-orang yang membutuhkan bantuan medis.

Dilansir Al Jazeera, hal itu menunjukkan melambatnya upaya menerobos perbatasan yang dilakukan oleh migran dari Belarus menuju Polandia. Penyebabnya kemungkinan karena Polandia semakin memperkuat perbatasannya.

Namun kemungkinan lain adalah, orang-orang tersebut telah bersembunyi jauh ke hutan yang lebih dalam dan ketakutan untuk maju menyeberangi perbatasan atau meminta bantuan.

Ada banyak migran pencari suaka yang telah berkeliaran di hutan Polandia selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Banyak di antara mereka tak memiliki akses air bersih, makanan dan tempat tinggal.

Dari beberapa orang yang diselamatkan oleh petugas medis dan berhasil dibawa ke rumah sakit, dokter yang merawatnya menjelaskan "hampir semua pasien yang saya tangani menderita hipotermia, dehidrasi, pneumonia, sakit perut dan luka. Banyak orang memiliki tanda-tanda pemukulan di tubuh mereka."

Penjelasan itu dinyatakan oleh Azzaddin, seorang dokter dari Erbil, Irak, yang telah tinggal di Polandia sejak tahun 1980 lalu.

3. Lukashenko: 'Kami mungkin telah membantu migran masuk ke UE'

Tindakan keras pemerintahan Lukashenko di Belarusia pada Agustus tahun 2020 terhadap rakyat pro-demokrasi, telah menimbulkan kecaman dari blok UE. Blok tersebut kemudian menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi terhadap ratusan entitas dan puluhan individu Belarus.

Menanggapi hal itu, Lukashenko kemudian dituduh menciptakan kekacauan di perbatasan dengan mendorong para migran dari Timur Tengah yang ingin memasuki negara-negara UE. 

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan BBC, Lukashenko menjelaskan bahwa dia tidak akan menahan para migran di perbatasan. "...dan jika mereka terus datang mulai sekarang, saya tetap tidak akan menghentikan mereka, karena mereka tidak akan datang ke negara saya, (melainkan) mereka akan pergi ke negara Anda (blok UE),"ujarnya.

Dia juga menyangkal bahwa dirinya tidak mengundang mereka ke Minsk dan "sejujurnya, saya tidak ingin mereka melewati Belarusia."

Pemimpin otoriter Belarus tersebut juga mengatakan bahwa "sangat mungkin" pasukannya membantu para migran untuk memasuki negara-negara UE. Sebab, pada dasarnya para migran memang ingin datang ke negara-negara tersebut, untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Wawancara Lukashenko dengan BBC dikritik oleh tokoh oposisi Belarusia, Sviatlana Tsikhanouskaya. Timnya menilai bahwa BBC telah "memberi lantai kepada seorang diktator."

Tikhanovskaya kemudian mengatakan kepada BBC bahwa wawancara itu memberi Lukashenko "sebuah platform untuk kebohongan dan propaganda."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us