Cara Zetland Media tetap Dekat dan Personal dengan Audiens

- Zetland mengutamakan cerita personal dan otentik, terutama melalui medium audio, untuk mendekatkan jurnalisme pada audiens muda yang skeptis terhadap institusi besar.
- Zetland memperkuat penggunaan AI dengan fokus pada aspek personal dalam konten mereka, percaya bahwa inovasi teknologi humanis dapat meraih lebih banyak pembaca yang terlibat.
- Zetland mencatat pertumbuhan pendapatan signifikan sebesar 40 persen tahun ini, termasuk dukungan prabayar dari 10.000 orang Finlandia sebelum layanan resmi diluncurkan di sana.
Singapura, IDN Times - Tav Klitgaard, CEO Zetland, media asal Denmark, dalam presentasinya di Asian Media Leaders Summit menegaskan komitmen perusahaan untuk mendekatkan pengalaman jurnalistik pada audiens muda yang semakin skeptis terhadap institusi. Zetland mengadopsi pendekatan baru dalam menyampaikan berita dengan mengutamakan cerita yang personal dan terasa otentik, terutama melalui medium audio, yang dipercaya Klitgaard mampu menciptakan koneksi yang intim antara jurnalis dan audiens.
“Kami berusaha menjadi teman bagi para pendengar kami, bukan sekadar institusi formal yang menyampaikan berita. Kami ingin menjadi sosok yang mengobrol dengan kamu, masuk ke dalam mobilmu, dan membagikan cerita yang relevan dan dekat dengan kehidupanmu,” jelas Klitgaard, Kamis (07/11/2024) di Singapura.
Ia menyatakan bahwa audiens muda saat ini lebih mempercayai figur personal daripada institusi besar. Tren ini mendorong Zetland untuk menciptakan konten yang lebih humanis dan berfokus pada pengalaman individu. Dalam sehari, menurut Tav, Zetland hanya memproduksi empat konten dalam bentuk teks sekaligus audionya.
1. Mengintegrasikan teknologi untuk dekat dengan audiens

Zetland juga sedang memperkuat penggunaan AI dengan fokus pada aspek yang bersifat lebih personal, yang Klitgaard sebut sebagai “batas terakhir” teknologi ini dalam jurnalisme. Menurutnya, AI di Zetland difokuskan untuk menghadirkan pengalaman yang unik dan manusiawi, berbeda dari pendekatan yang kaku dan kurang interaktif di banyak institusi media lainnya.
“Pengalaman personal adalah frontier terakhir bagi AI, dan kami sangat bersemangat mengembangkan potensi ini dalam konten kami,” lanjutnya. Zetland percaya bahwa dengan pendekatan teknologi yang humanis, mereka dapat meraih lebih banyak pembaca yang merasa terlibat dan dihargai.
2. Pertumbuhan pemasukan

Zetland mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan, dengan proyeksi kenaikan sebesar 40 persen tahun ini. Ekspansi ini, selain berkat dukungan dari pembaca di Denmark, juga melibatkan peluncuran layanan di negara tetangga, Finlandia. Klitgaard menyebutkan bahwa Zetland berhasil mengumpulkan dukungan prabayar dari 10.000 orang Finlandia bahkan sebelum layanan resmi mereka diluncurkan di sana, menciptakan dasar kuat untuk pertumbuhan lebih lanjut.
“Ini adalah cerita yang menakjubkan bagi kami; hanya dengan menyampaikan misi Zetland, orang-orang mau mendukung dengan finansial untuk sesuatu yang mereka percayai meskipun belum diluncurkan. Ini menunjukkan besarnya keinginan masyarakat untuk berita yang relevan dan otentik,” katanya.
3. Membangun koneksi lewat keanggotaan dan transparansi

Di Zetland, pembaca disebut sebagai “anggota” dan bukan “pelanggan.” Ini, menurut Klitgaard, adalah keputusan strategis. “Kata-kata itu penting,” ujarnya. “Kami ingin para anggota merasa bahwa mereka adalah bagian dari komunitas kami, berperan serta dalam menciptakan produk ini.”
Melalui strategi keanggotaan ini, Zetland menumbuhkan transparansi dan keterlibatan di antara para anggotanya, yang berkontribusi pada keberlanjutan perusahaan. Di tengah era teknologi yang kian canggih, Zetland percaya bahwa mendekatkan jurnalisme ke audiens dalam bentuk yang lebih manusiawi adalah langkah ke depan yang penting untuk memenuhi kebutuhan generasi baru.