Diduga Mata-mata, 5 Petinju Montenegro Dilarang Masuki Moldova

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Moldova, pada Rabu (15/2/2023), menolak masuknya petinju asal Montenegro ke negaranya. Keputusan ini menyusul informasi dari intelijen Ukraina bahwa sejumlah warga negara asing berusaha masuk ke Moldova untuk melancarkan kudeta.
Sehari sebelumnya, Moldova sudah mengusir 12 warga Serbia yang diketahui sebagai suporter klub Partizan Belgrade. Akibatnya, Asosiasi Sepak Bola Moldova memutuskan pertandingan lanjutan Liga Europa antara Partizan vs Sheriff Tiraspol digelar tanpa penonton.
1. Para petinju dilarang masuk dan diharuskan kembali ke Montenegro
Pengusiran petinju asal Montenegro ini dilakukan di Bandara Chisinau pada Selasa (14/2/2023) petang. Lima petinju dari klub Budva itu mengaku bahwa mereka diharuskan kembali ke negaranya dengan penerbangan pertama pada Rabu.
"Dalam perjalanan kami, tim kami berada dalam situasi yang tidak terduga. Itu ketika berada di Bandara Chisinau. Polisi tidak memberbolehkan tim kami masuk ke Moldova tanpa memberikan keterangan yang jelas. Beberapa jam menunggu, kami diharuskan kembali ke Podgorica dengan penerbangan pertama pada pukul 09.00 waktu setempat," kata klub.
"Kami mengucapkan penyesalan karena partisipasi petinju kami dalam turnamen internasional harus berakhir sebelum acara tersebut dimulai," tambahnya, dilansir The Odessa Journal.
2. Moldova duga suporter sepak bola Serbia akan lakukan sabotase
Sebelumnya, anggota parlemen dari Partai Action and Solidarity, Adrian Keptonar, mengatakan bahwa upaya awal dalam mencegah kudeta ini dengan melarang masuknya suporter sepak bola asal Serbia. Mereka dianggap hendak melangsungkan sabotase di Moldova.
"Akan ada pertandingan sepak bola Serbia dan Moldova yang digelar di Chisinau pada pekan ini. Pertama, kita tidak akan memperbolehkan masuknya suporter tim asal Serbia di negara kami. Terima kasih kepada informasi dari SIS sebelum informasi itu diungkapkan oleh Zelenskyy," kata Keptonar.
"Pertandingan itu akan digelar tanpa penonton karena ini yang sudah mereka rencanakan untuk menyabotase Moldova," terang Keptonar, dikutip Ukrainska Pravda.
3. Moldova dan Serbia sepakat mencegah aktivitas ilegal

Presiden Moldova Maia Sandu sudah berbicara langsung dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada Rabu kemarin. Ia mengungkapkan terkait komentar risiko kudeta di negaranya yang diduga akan dilakukan oleh warga Serbia.
Dilaporkan Reuters, kedua pemimpin mengaku berniat besar berkooperasi mencegah aktivitas ilegal yang melibatkan penduduk kedua negara. Ini menyusul pengusiran suporter Partizan yang tiba di Bandara Chisinau kemarin.
Beberapa hari ini, Moldova juga terus dilanda ketegangan dan kekhawatiran akan rencana kudeta dari Rusia. Bahkan, negara Eropa Timur itu sempat menutup wilayah udaranya sebab ada objek mencurigakan berbentuk mirip balon yang terbang di langitnya.