Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Donald Trump akan Tutup Lembaga Donor USAID, Apa Alasannya?

Donald Trump datangkan Elon Musk (youtube.com/Sky News)
Donald Trump datangkan Elon Musk (youtube.com/Sky News)
Intinya sih...
  • Trump meminta Elon Musk untuk menutup USAID, lembaga bantuan internasional AS
  • Trump mengkritisi pembiayaan ke luar negeri yang tidak mewakili kepentingan warga AS
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan membubarkan lembaga bantuan internasional, USAID, bukan isapan jempol belaka. Sebab, ia ikut menggandeng miliuner Elon Musk terlibat dalam proses pembubaran organisasi tersebut. Selain itu, pendanaan USAID dibekukan dan sejumlah pegawainya diskors. 

Elon Musk sendiri mengklaim Trump sudah sepakat untuk menutup lembaga pembangunan internasional AS (USAID).

"Terkait dengan isu USAID, saya sudah membahasnya dengan (Presiden) secara detail dan dia sepakat bahwa (USAID) harus ditutup," ujar Musk di platform X, Senin, dikutip dari CNN, Rabu (4/2/2025). 

Bahkan, kata Musk, ia sudah menanyakan isu tersebut kepada Trump beberapa kali. Trump juga sudah mengonfirmasi ia akan menutup USAID. 

Sebelumnya, Trump sempat mengatakan kepada para jurnalis bahwa USAID dikelola oleh sekompok orang yang gila dan radikal.

"Kami akan mengeluarkan mereka dan akan kami buat keputusan," kata dia. 

Lalu, apa alasan Trump ingin menutup USAID? 

1. USAID dianggap tak mewakili kepentingan warga AS sebagai pembayar pajak

Kegiatan USAID di Indonesia. (Facebook USAID Indonesia)
Kegiatan USAID di Indonesia. (Facebook USAID Indonesia)

Trump diketahui sudah sejak lama mengkritisi pembiayaan ke luar negeri dalam jumlah besar. Menurutnya, kebijakan tersebut sama sekali tak mewakili kepentingan warga Negeri Paman Sam yang selama ini telah membayar pajak.

Trump secara khusus pernah mengecam USAID dan menyebut seorang pejabat senior di sana sebagai orang gila yang radikal. Di sisi lain, dengan menggaungkan rencana untuk menutup USAID, hal tersebut berdampak pada tingkat popularitas Trump. 

Dilansir dari BBC, 4 Februari, berdasarkan hasil survei, sudah sejak lama warga AS lebih mendukung pemerintah untuk memotong anggaran pemberian bantuan finansial ke luar negeri. Bahkan, mengacu pada data survei Chicago Council on Global Affairs, sejak tahun 1970-an warga AS sudah lebih mendukung kebijakan yang memotong anggaran pemberian bantuan ke luar negeri. 

Hal itu kemudian diwujudkan oleh Trump ketika ia kembali berkantor ke Gedung Putih. Ia meneken perintah eksekutif yang menghentikan semua pengeluaran untuk luar negeri selama 90 hari. Pada saat bersamaan, peninjauan kembali sedang dilakukan terhadap anggaran pemberian bantuan ke luar negeri. 

2. USAID direncanakan akan dilebur Departemen Luar Negeri AS

Ilustrasi bendera USAID. (Dokumentasi Bloomberg)
Ilustrasi bendera USAID. (Dokumentasi Bloomberg)

Hingga saat ini nasib USAID dalam keadaan tidak jelas. Sejumlah pegawai sedang diskors dan pemerintahan Trump berencana untuk meleburkan USAID dengan Departemen Luar Negeri. 

Laporan dari sejumlah media, USAID tetap dibiarkan berdiri tetapi menjadi bagian dari Departemen Luar Negeri. Namun, konsekuensi dari kebijakan itu, yakni adanya pengurangan dalam jumlah signifikan terkait pembiayaan dan jumlah pekerja.

Dampak lainnya yaitu banyak program kemanusiaan yang dikelola oleh USAID, termasuk di Indonesia akan terpengaruh. Program kemanusiaan itu dikhawatirkan bakal terhenti karena tidak lagi didukung oleh USAID. 

3. USAID selama ini jadi donatur besar bagi bantuan kemanusiaan dari PBB

Program kerja sama Kementerian Kesehatan dengan USAID untuk melawan pandemik COVID-19. (Dokumentasi Kedutaan AS di Jakarta)
Program kerja sama Kementerian Kesehatan dengan USAID untuk melawan pandemik COVID-19. (Dokumentasi Kedutaan AS di Jakarta)

USAID adalah donatur terbesar di dunia. Pada tahun fiskal 2023, Washington mencairkan bantuan sebesar 72 miliar dolar AS (Rp1,17 kuadriliun) ke seluruh dunia, mencakup berbagai bidang seperti kesehatan perempuan di zona konflik, akses air bersih, perawatan HIV/AIDS, keamanan energi, dan pekerjaan antikorupsi.

Pada 2024, Negeri Paman Sam menyediakan 42 persen dari seluruh bantuan kemanusiaan yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Situs resmi USAID terlihat masih offline pada Sabtu dan beberapa pengguna juga mengalami kesulitan mengaksesnya pada Minggu kemarin. USAID sendiri diketahui memiliki lebih dari 10 ribu staf. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Deti Mega Purnamasari
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us