Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dua Anak Dilecehkan, Kereta di Maharashtra Diblokir Massa

ilustrasi unjuk rasa (photosmash from Getty Images Signature via Canva Pro)
ilustrasi unjuk rasa (photosmash from Getty Images Signature via Canva Pro)
Intinya sih...
  • Ratusan pengunjuk rasa protes dugaan pelecehan seksual terhadap dua anak di sekolah taman kanak-kanak di Maharashtra.
  • Layanan kereta api di stasiun Badlapur terhenti karena para pengunjuk rasa yang marah memblokir rel, menuntut keadilan bagi anak-anak.
  • Manajemen sekolah mendapat sorotan karena kelalaian keamanan dan lambatnya tindakan pihak berwenang dalam penanganan kasus ini.

Jakarta, IDN Times - Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di sebuah stasiun kereta api di negara bagian barat Maharashtra untuk memprotes dugaan pelecehan seksual terhadap dua anak. Kedua gadis tersebut diduga mengalami pelecehan minggu lalu saat mereka menggunakan toilet di sekolah taman kanak-kanak mereka di kota Badlapur, distrik Thane.

1. Laporan lokal menyebutkan beberapa pengunjuk rasa juga melempari polisi dengan batu

Melansir BBC, polisi telah menangkap seorang karyawan laki-laki sekolah tersebut, tetapi orang tua dari anak-anak itu menuduh adanya keterlambatan dalam tindakan pihak berwenang. Pada hari Selasa, layanan kereta api di stasiun Badlapur terhenti karena para pengunjuk rasa yang marah memblokir rel, menuntut keadilan bagi anak-anak.

Laporan lokal menyebutkan beberapa pengunjuk rasa juga melempari polisi dengan batu. Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan kerumunan besar saling berdesakan di peron kereta.

Layanan di rute Ambernath-Karjat ditangguhkan. Para pengunjuk rasa, termasuk banyak perempuan, memblokir jalur kereta api dan menghentikan lalu lintas, sehingga layanan kereta lokal antara Ambernath dan Karjat dihentikan mulai pukul 10:10 pagi.

2. Manajemen sekolah juga mendapat sorotan setelah orang tua anak-anak itu menuduh adanya berbagai kelalaian keamanan

Menteri Utama negara bagian, Eknath Shinde, mengumumkan bahwa tim investigasi khusus (SIT) telah dibentuk untuk menyelidiki kasus ini dan tindakan akan diambil terhadap sekolah tersebut. "Kami sedang mempercepat penanganan kasus ini, dan tidak akan ada yang dibiarkan jika terbukti bersalah," katanya.

Manajemen sekolah juga mendapat sorotan setelah orang tua anak-anak itu menuduh adanya berbagai kelalaian keamanan, termasuk tidak adanya kamera CCTV yang berfungsi di sekolah. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak, Priyank Kanungo, menyebut sikap sekolah terhadap kasus ini "tidak peka" dan menuduh sekolah mencoba "menutupi kasus ini".

"Polisi setempat tidak segera mendaftarkan FIR [Laporan Informasi Pertama atau pengaduan awal]," tambahnya. Polisi dan manajemen sekolah belum menanggapi tuduhan ini. Namun, menurut surat kabar Times of India, sekolah telah menangguhkan kepala sekolah, seorang guru kelas, dan seorang karyawan perempuan terkait insiden ini.

3. Belum lama ini dokter-dokter di India juga melakukan aksi unjuk rasa terkait kasus pemerkosaan dan pembunuhan salah satu dokter magang

Protes ini terjadi setelah kemarahan besar di seluruh India atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di negara bagian Bengal Barat. Tubuh wanita berusia 31 tahun itu ditemukan awal bulan ini di ruang seminar sebuah rumah sakit milik negara di Kolkata, tempat dia bekerja.

Kasus ini juga memicu perselisihan politik dengan pemerintah negara bagian Bengal Barat, yang dipimpin oleh Kepala Menteri Mamata Banerjee, yang dituduh menangani pasca pembunuhan dengan buruk. Para pemimpin Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa di India, yang berada di posisi oposisi di negara bagian tersebut, menuduh pemerintah Ms. Banerjee menindak tegas protes damai.

Minggu lalu, Pengadilan Tinggi Kolkata mengkritik polisi lokal karena kelalaian dan mengalihkan kasus tersebut ke Biro Investigasi Sentral (CBI).

Orang tua korban, yang menolak kompensasi yang ditawarkan oleh pemerintah negara bagian, mengkritik manajemen perguruan tinggi medis karena gagal memastikan keamanan di tempat kerja.

Mereka mengatakan kepada media lokal bahwa mereka kehilangan kepercayaan pada kepala menteri dan menuduhnya mencoba membungkam kemarahan publik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tamara Rangkuti
EditorTamara Rangkuti
Follow Us