Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ethiopia Laporkan 3 Kematian akibat Kasus Wabah Marburg

ilustrasi virus (unsplash.com/Fusion Medical Animation)
ilustrasi virus (unsplash.com/Fusion Medical Animation)
Intinya sih...
  • Pihak berwenang Ethiopia pertama kali mendeteksi virus Marburg pada Rabu (12/11/2025) di wilayah Jinka setelah menerima laporan mengenai dugaan penyakit hemoragik.
  • Sebanyak 17 orang kemudian diuji, dengan sembilan di antaranya teridentifikasi mengalami infeksi.
  • Ethiopia telah membangun kapasitas pengujian laboratoriumnya sendiri untuk Marburg di lembaga kesehatan masyarakat nasional, yang memungkinkan pihak berwenang melakukan diagnosis secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada dukungan eksternal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya tiga orang telah meninggal dunia akibat virus Marburg di Ethiopia. Kabar ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Mekdes Daba pada Senin (17/11/2025), 3 hari setelah pemerintah secara resmi mengumumkan adanya wabah tersebut di wilayah Omo yang berbatasan dengan Sudan Selatan.

"Sebanyak 17 kasus dugaan telah diuji, dan tiga kematian telah dipastikan disebabkan oleh virus tersebut," kata Daba dalam konferensi pers.

Ia menambahkan bahwa tiga kematian lainnya yang menunjukkan gejala penyakit tersebut masih diselidiki, sementara 129 orang yang melakukan kontak dengan pasien yang terkonfirmasi saat ini berada dalam pemantauan medis.

1. Virus Marbug diidentifikasi pekan lalu

Ilustrasi virus Marburg. (Unsplash.com/CDC)
Ilustrasi virus Marburg. (Unsplash.com/CDC)

Pihak berwenang Ethiopia pertama kali mendeteksi virus Marburg pada Rabu (12/11/2025) di wilayah Jinka setelah menerima laporan mengenai dugaan penyakit hemoragik. Sebanyak 17 orang kemudian diuji, dengan sembilan di antaranya teridentifikasi mengalami infeksi.

Daba mengatakan bahwa upaya untuk mengendalikan wabah tersebut kini sedang berlangsung melalui respons nasional yang terkoordinasi. Pemerintah telah mengaktifkan pusat-pusat tanggap darurat di berbagai tingkat dan mengerahkan tim respons cepat ke wilayah-wilayah yang terdampak. Ia menambahkan bahwa saat ini tidak ada kasus dengan gejala aktif yang sedang dirawat.

2. Sudan Selatan keluarkan imbauan kesehatan

ilustrasi bendera Sudan Selatan
ilustrasi bendera Sudan Selatan (unsplash.com/aboodi_vm)

Dilansir dari Al Jazeera, Ethiopia telah membangun kapasitas pengujian laboratoriumnya sendiri untuk Marburg di lembaga kesehatan masyarakat nasional, yang memungkinkan pihak berwenang melakukan diagnosis secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada dukungan eksternal.

Menteri mengimbau siapa pun yang mengalami gejala untuk segera melakukan tes kesehatan di fasilitas kesehatan.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Sudan Selatan mengeluarkan imbauan kesehatan kepada penduduk di empat wilayah untuk mencegah penyebaran virus Marburg pada Minggu (16/11/2025). Sebelumnya, Direktur Jenderal Africa CDC, Jean Kaseya, menyampaikan kekhawatiran khusus tentang risiko penyebaran virus tersebut ke Sudan Selatan, mengingat lemahnya infrastruktur layanan kesehatan di negara tersebut.

3. Virus Marburg punya tingkat kematian yang tinggi

ilustrasi virus Marburg (commons.wikimedia.org/CDC/ Dr. Erskine Palmer, Russell Regnery, Ph.D.)
ilustrasi virus Marburg (commons.wikimedia.org/CDC/ Dr. Erskine Palmer, Russell Regnery, Ph.D.)

Virus Marburg menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi. Gejala awalnya berupa demam parah, sakit kepala hebat, dan nyeri otot, diikuti dengan muntah dan diare. Dalam kasus yang serius, pasien dapat mengalami pendarahan pada hidung, gusi, dan organ dalam. Sama seperti Ebola, virus ini memiliki tingkat kematian antara 25 hingga 80 persen.

Dilansir dari Arab News, wabah Marburg sebelumnya menewaskan 10 orang di Tanzania pada Januari lalu sebelum berhasil dikendalikan pada Maret. Sementara itu, Rwanda berhasil menanggulangi wabah Marburg pertamanya pada Desember 2024, yang menewaskan 15 orang. Rwanda melakukan uji coba vaksin eksperimental dalam upaya penanggulangan wabah tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Di Balik Panti Sosial, Cek Kesehatan Gratis Sentuh Lansia Terlantar

20 Nov 2025, 06:00 WIBNews