Filipina Lawan Upaya China Pindahkan Pos Militernya di LCS

Jakarta, IDN Times - Filipina tidak akan membiarkan China memindahkan pos militernya di Laut China Selatan (LCS) yang jadi sengketa. Pernyataan itu dikeluarkan pada Rabu (6/3/2024), sehari setelah insiden yang melukai empat personel angkatan laut Manila.
Diplomat China di Manila telah dipanggil. Para pejabat Filipina menyampaikan protes atas konfrontasi yang terjadi di Second Thomas Shoal. Di tempat itu, Filipina menempatkan kontingen kecil angkatan laut yang berjaga di kapal perang BRP Sierra Madre yang telah lama terdampar sejak 1990an dan jadi pos terdepan.
Amerika Serikat (AS) turut memberi peringatan kepada China. Washington merasa berkewajiban membela Filipina yang merupakan sekutu perjanjian tertua di Asia.
1. Manuver berbahaya kapal penjaga pantai China
Sengketa LCS antara Filipina dengan China masih terus berlanjut di atol Second Thomas Shoal. Terbaru, Filipina menuduh China melakukan manuver berbahaya pada Selasa, yang menyebabkan kerusakan terhadap kapal dan melukai personel.
"Tindakan sembrono dan ilegal mereka menyebabkan tabrakan antara MRRV-4407 dan China Coast Guard 21555, yang mengakibatkan kerusakan struktural ringan pada kapal PCG (Penjaga Pantai Filipina)," kata juru bicara Jay Tarriela dikutip dari Al Jazeera.
Di sisi lain, penjaga pantai China mengatakan, pihaknya mengambil tindakan terhadap Filipina karena menuduh kapal Filipina memasuki perairan secara ilegal.
Atol tersebut terletak sekitar 200 km dari Pulau Palawan di Filipina barat dan lebih dari 1.000 km dari Pulau Hainan di Tiongkok selatan.
2. Garis merah bagi Filipina
Roy Trinidad, komodor Angkatan Laut Filipina, mengatakan pasukannya tidak akan mengizinkan bangunan apa pun didirikan di kawasan LCS lain yang diperebutkan, yaitu Scarborough Shoal.
"Ini adalah garis merah bagi Filipina, bagi angkatan bersenjata," katanya dikutip dari Associated Press.
Dia juga mengatakan bahwa pemerintahan sebelumnya, yang dipimpin oleh Presiden Rodrigo Duterte, telah menetapkan garis merah yang menggambarkan tindakan Beijing akan memicu perlawanan sengit Filipina di LCS yang jadi sengketa.
3. Filipina sering menuduh kapal China bertindak agresif

China mengklaim hampir seluruh LCS sebagai miliknya. Pada 2015, pengadilan internasional Den Haag memutuskan klaim tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Meski begitu, sampai saat ini ketegangan antara China dengan negara-negara di kawasan LCS masih terjadi, khususnya dengan FIlipina.
Dilansir The Guardian, Manila sering menuduh kapal-kapal Beijing melakukan upaya agresif dan berbahaya untuk menghalangi misi pasokan ke perairan dangkal tempat BRP Sierra Madre terdampar.
Para analis telah memperingatkan jika insiden sering terjadi, ada risiko kesalahan perhitungan dapat menggeret AS untuk berkonfrontasi dengan China.