Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Iran-AS Segera Gelar Perundingan Nuklir untuk Redakan Ketegangan

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell. (twitter.com/Josep Borrell Fontelles)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, menyatakan pada Sabtu (25/6/2022), Iran siap untuk memulai kembali perundingan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai program nuklir Teheran dalam beberapa hari kedepan.

Perundingan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali pakta nuklir pada 2015 yang dikenal sebagai Program Aksi Komprehensif Gabungan (JCPoA). Pakta yang mengatur program pengembangan nuklir Iran ini rusak setelah Mantan Presiden AS, Donald Trump, memutuskan untuk meninggalkannya dan menjatuhkan sanksi bagi Iran.

Pernyataan ini dikeluarkan setelah Amirabdollahian melakukan pertemuan dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell.

"Kami siap untuk melanjutkan pembicaraan dalam beberapa hari mendatang. Yang penting bagi Iran adalah untuk sepenuhnya menerima manfaat ekonomi dari kesepakatan 2015," kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, dilansir dari Reuters.

1. AS menilai perundingan sebagai jalan terbaik

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, menegaskan bahwa AS akan tetap pada posisinya untuk mendukung perundingan dengan Iran. Menurutnya, perundingan adalah jalan terbaik untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

"Tetapi tidak ada yang berubah tentang posisi kami bahwa kesepakatan nuklir adalah cara terbaik untuk mencegah Iran mencapai status senjata nuklir. Kami ingin membuat mereka kembali patuh," kata Kirby kepada wartawan saat bepergian dengan Air Force One. 

Menurut Kepala Kebijakan Uni Eropa, Joseph Borell, perundingan ini sangat penting untuk mendinginkan ketegangan dan mencegah perlombaan nuklir di kawasan Timur Tengah. Akhir-akhir ini, ketegangan antara Iran dengan negara-negara Barat meningkat setelah PBB menemukan adanya fasilitas nuklir Iran yang tak terdaftar.

AS dan sekutunya kemudian merumuskan resolusi yang mengecam tindakan Iran tersebut. Sebagai balasan, Iran memutuskan untuk mencabut kamera pengawas yang dipasang Badan Atom PBB di fasilitas nuklirnya. 

2. Perundingan tidak akan dilakukan di Wina

Joseph Borell mengatakan, pembicaraan Iran-AS tidak akan dilakukan di Kota Wina, Austria, yang merupakan tempat pakta nuklir JCPoA pertama kali dirumuskan. Pembicaraan rencananya akan dilakukan di salah satu negara Teluk dan akan melibatkan Uni Eropa, Rusia dan China, dilansir dari The Guardian.

Namun, Borell memprediksi, pembicaraan ini tidak akan menghasilkan kesepakatan dengan cepat. 

"Pembicaraan antara Iran, AS, dan UE tidak akan berlangsung di Wina karena tidak akan dalam format 4+1 mereka mungkin akan berlangsung di suatu tempat yang lebih dekat ke Teluk Persia dan lebih khusus lagi di negara Teluk Persia, kata Borell, dilansir dari Reuters.

Borell tak menyebut negara mana yang akan jadi tuan rumah pembicaraan. Namun, tugas itu diprediksi akan diemban oleh Oman atau Qatar.

3. Perang Rusia-Ukraina perlambat proses negosiasi

Menurut Borell, pembicaraan Iran-AS ini sempat tertunda akibat Perang Rusia-Ukraina dan juga resolusi dari Badan Atom PBB. Pembicaraan kali ini, menurut Borell, tidak boleh sampai tertunda lagi.

Seorang pejabat Uni Eropa, Enrique Mora, mengungkap bahwa negosiasi ini akan dilanjutkan pekan depan. Negosiasi akan berfokus untuk menyelesaikan perbedaan pendapat yang tersisa antara Iran-AS, Tehran Times.

Sebelumnya, negosiasi ini hampir mencapai kesepakatan pada Maret lalu. Kedua belah pihak telah menyetujui hampir seluruh poin yang didiskusikan. Namun, perundingan kemudian menemui kebuntuan ketika Presiden AS, Joe Biden, menolak permintaan Iran untuk mencabut sanksi dan label teroris atas Garda Revolusi, dilansir dari The Guardian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us