Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jelang Ketua Gereja Dilantik, Protes Terjadi di Montenegro

Warga Montenegro yanag menentang pelantikan pemimpin Gereja Ortodoks Serbia pada 4 September 2021. (Twitter.com/Ivan Stradner)

Jakarta, IDN Times - Warga Montenegro yang melakukan unjuk rasa menentang pelantikan pemimpin baru Gereja Ortodoks Serbia terlibat bentrokan dengan polisi pada hari Sabtu (4/9/2021), sehari menjelang pelantikan. Joanikije II, yang akan dilantik sebagai pemimpin gereja Serbia dikenal sebagai Metropolitan Montenegro.

Protes dilakukan karena menganggap kehadiran gereja Serbia di Montenegro akan merusak kemerdekaan dari Serbia pada 2006. Kehadiran Gereja Ortodoks Serbia dianggap bukan hanya sebagai tujuan agama, tapi oleh para penentangnya dianggap sebagai alat yang melayani kepentingan Serbia.

1. Pengunjuk rasa memblokir jalan

Warga Montenegro yanag menentang pelantikan pemimpin Gereja Ortodoks Serbia pada 4 September 2021. (Twitter.com/Dečani Monastery)

Melansir dari France 24, dalam bentrokan di kota Cetinje, yang merupakan wilayah tempat pelantikan ritusan pengunjuk rasa memaksa melewati barisan polisi dan memasang barikade yang menghalangi akses ke kota tersebut. Pada Sabtu malam semua jalan di kota Cetinje diblokir massa.

Dalam protes ini massa di jalan utama yang menghubungkan Cetinje ke ibu kota Podgorica, berteriak, "Ini bukan Serbia!" dan "Hidup Montenegro!". Demonstran yang berkumpul di sekitar area gereja tempat pelantikan melemparkan batu ke arah polisi dan merobohkan pagar keamanan.

Untuk mencegah terjadinya kekerasan yang parah polisi dan pasukan khusus dikerahkan di sekitar gereja, tetapi untuk saat ini tidak melakukan intervensi.

Joanikije II yang akan dilantik pada hari Minggu ini menggantikan pendahulunya Amfilohije, yang meninggal pada Oktober 2020 setelah terpapar COVID-19. Pelantikan diawali dengan kedatangan kepala Gereja Ortodoks Serbia, Patriark Porfirije, di Podgorica, ibu kota Montenegro, Sabtu malam, dia akan menghadiri pelantikan pada hari Minggu.

2. Presiden mendukung protes

Presiden Montenegro, Milo Djukanovic. (Twitter.com/Milo Đukanović)

Melansir dari BBC, Presiden Montenegro Milo Djukanovic dikabarkan ikut hadir dalam unjuk rasa dan memberikan dukungan kepada demonstran untuk menganggu upacara pelantikan. Djukanovic yang hadir mendukung protes dianggap masih belum pulih setelah partainya Sosialis Demokrat kalah dalam pemilu parlemen tahun lalu.

Kekalahan Sosialis Demokrat terjadi setelah presiden mendorong undang-undang yang akan memungkinkan negara untuk mengklaim properti Gereja. Dia sangat ingin mengekang pengaruh Gereja Ortodoks Serbia dan membangun sebuah gereja yang tidak terkait dengan Serbia.

Pihak yang menang dalam pemilu parlemen tahun lalu dianggap terlalu dekat dengan pihak Gereja Ortodoks Serbia dan telah mengamandemen undang-undang tersebut, yang memicu ribuan orang melakukan unjuk rasa menentang amandemen.

Perdana Menteri Zdravko Krivokapic, yang memiliki kedekatan dengan pihak gereja Serbia menuduh Djukanovic sengaja menciptkan protes yang terjadi baru-baru ini.

3. Sekitar 30 persen orang Montenegro menganggap diri mereka orang Serbia

Bendera Montenegro. (Unsplash.com/Blake Dunn)

Melansir dari Associated Press, kemerdekaan Montenegro pada 2006 dari Serbia orang-orang Montenegro tetap terpecah atas hubungan negara mereka dengan negara tetangga Serbia dan Gereja Ortodoks Serbia, yang merupakan lembaga keagamaan yang dominan di negara kecil Balkan itu. Dari 620 ribu warga Montenegro sekitar 30 persen menganggap diri mereka bagian dari Serbia.

Sejak Montenegro berpisah dari Serbia, orang-orang Montenegro yang mendukung kemerdekaan telah mengadvokasi gereja Kristen Ortodoks yang diakui terpisah dari gereja Serbia.

Pihak Gereja Ortodoks Serbia telah nemainkan peran penting dalam demonstrasi tahun lalu yang membantu mengalahkan pemerintah yang pro-Barat. Pemerintah baru sekarang dianggap mencakup partai-partai yang pro-Serbia dan pro-Rusia.

Setelah merdeka pemerintah sebelumnya telah menantang Rusia dengan memberitahu akan bergabung dengan NATO pada 2017. Montenegro juga berusaha menjadi anggota Uni Eropa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us