Jepang Minta 1,2 Juta Warga Hemat Air Demi Evakuasi Sopir Truk

Jakarta, IDN Times – Jepang meminta 1,2 juta warga di Prefektur Saitama untuk mengurangi penggunaan air guna mendukung penyelamatan seorang sopir truk yang terjebak di lubang runtuhan di Kota Yashio. Lubang itu tiba-tiba terbuka saat jam sibuk pada Selasa (28/1/2025) pagi dan langsung menelan truk yang melintas.
Upaya evakuasi terkendala oleh tanah yang masih labil serta munculnya lubang kedua yang lebih besar. Selain itu, kebocoran air limbah semakin memperumit situasi. Pemerintah setempat mengimbau warga untuk membatasi penggunaan air guna mencegah sistem pembuangan semakin terbebani.
1. Evakuasi tertunda karena lubang runtuhan makin besar
Dilansir dari CNA, lubang pertama yang terbentuk memiliki lebar sekitar 10 meter dan kedalaman 6 meter.
Gubernur Saitama, Motohiro Ono, menjelaskan bahwa peristiwa ini diduga disebabkan oleh retakan pada pipa pembuangan di Cekungan Sungai Nakagawa. Akibatnya, tanah di atasnya ambles dan menelan kendaraan yang melintas.
Beberapa jam setelah insiden pertama, muncul lubang kedua akibat limpasan air limbah dari pipa yang pecah.
“Diperkirakan ini terjadi karena retakan pada pipa utama,” kata Ono, dikutip AFP.
Pada Kamis (30/1/2025) dini hari, kedua lubang tersebut menyatu dan membentuk kawah berdiameter 20 meter, memperumit proses evakuasi.
Selain membahayakan tim penyelamat, longsoran tanah juga menyebabkan robohnya tiang listrik dan papan reklame di sekitar lokasi. Kondisi ini membuat penggunaan alat berat menjadi berisiko tinggi.
2. Warga dievakuasi karena ancaman kebocoran gas
Selain tanah yang tidak stabil, tim penyelamat juga menghadapi potensi kebocoran gas dari pipa yang berada di dalam lubang. Untuk mengantisipasi risiko ledakan, pemerintah mengevakuasi sekitar 200 rumah di sekitar lokasi kejadian.
Petugas mencoba mengangkat truk menggunakan derek, tetapi hanya bagian bak muatan yang berhasil diangkat. Kabin, tempat sopir, diperkirakan masih berada dan belum bisa dievakuasi.
“Kami masih mencari cara terbaik untuk menjangkau bagian kabin,” ujar seorang pejabat pemadam kebakaran.
Drone juga dikerahkan untuk menilai kondisi di dalam lubang, tetapi hasilnya belum memungkinkan penyelamat turun langsung.
3. Pemerintah imbau warga batasi pemakaian air
Untuk mempercepat penyelamatan, pemerintah meminta warga di 12 kota dan distrik di Saitama mengurangi penggunaan air.
“Prioritas utama kami adalah menyelamatkan korban. Kami meminta warga menahan penggunaan air untuk keperluan yang tidak mendesak,” kata seorang pejabat Prefektur Saitama.
Sebagai langkah darurat, sebagian air limbah dialirkan ke sungai terdekat guna mengurangi tekanan pada sistem pembuangan.
Di saat yang sama, petugas terus memasok oksigen ke dalam lubang untuk memastikan sopir truk tetap bisa bertahan. Namun, menurut laporan media lokal, korban terakhir kali merespons pada Selasa siang, dan sejak itu belum ada tanda-tanda kehidupan.
Hingga kini, tim penyelamat terus bekerja tanpa henti meskipun menghadapi tantangan besar. Insiden ini menambah daftar panjang kejadian serupa di Jepang dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kasus amblesnya jalan di Hiroshima pada 2024 dan lubang raksasa di Fukuoka pada 2016.