Angka Bunuh Diri Anak di Jepang Rekor Tertinggi 2024

- Jumlah kematian akibat bunuh diri pelajar di Jepang mencapai 527 kasus pada tahun 2024.
- Jumlah tersebut naik 14 kasus dari tahun sebelumnya dan melampaui angka tertinggi sebelumnya, yaitu 514 kasus pada 2022.
- Alasan bunuh diri di kalangan anak usia muda termasuk masalah sekolah, kesehatan, keluarga, dan media sosial. Kementerian akan menganalisis data lebih lanjut.
Jakarta, IDN Times - Jepang mencatat rekor jumlah kasus bunuh diri di kalangan pelajar pada 2024. Menurut data awal yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan pada Rabu (29/1/2025), terdapat 527 anak yang bersekolah di sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) yang meninggal karena bunuh diri pada tahun lalu.
Jumlah tersebut naik 14 kasus dari tahun 2023 dan melampaui angka tertinggi sebelumnya, yaitu 514 kasus pada 2022.
"Situasi ini serius. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor penyebabnya dengan lebih baik," kata seorang pejabat di kementerian tersebut, dikutip dari Kyodo News.
1. Berikut data kasus bunuh diri yang terjadi pada remaja di Jepang
Laporan Kementerian Kesehatan tersebut didasarkan pada statistik Badan Kepolisian Nasional Jepang yang mengungkapkan bahwa jumlah pelajar SMA yang bunuh diri berjumlah 349 orang, naik 2 orang dari tahun sebelumnya. Lalu, disusul pelajar SMP sebanyak 163 orang, naik 10 orang, dan pelajar SD sebanyak 15 orang, naik 2 orang.
Sementara, berdasarkan jenis kelamin, 239 adalah laki-laki, turun 20 orang, dan 288 adalah perempuan, naik 34.
Di sisi lain, jumlah keseluruhan orang yang bunuh diri di Jepang turun menjadi 1.569 kasus dari tahun 2023, menjadi 20.268 kasus. Angka tersebut terendah kedua sejak pencatatan dimulai pada 1978.
Angka bunuh diri pria turun menjadi 13.763 kasus, turun 1.099, menandai penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu, angka bunuh diri wanita juga menurun 470 kasus, menjadi 6.505 selama dua tahun berturut-turut.
2. Apa yang menjadi motif kasus bunuh diri di Jepang?

Alasan pasti di balik banyaknya kasus bunuh diri pelajar masih belum diketahui. Analisis masa lalu menunjukkan, alasan atau motif bunuh diri di kalangan orang berusia 19 tahun atau lebih muda meliputi masalah terkait sekolah seperti nilai buruk dan ketidakmampuan memutuskan mata kuliah masa depan. Serta, masalah kesehatan seperti depresi dan masalah keluarga seperti hubungan buruk dengan orang tua, NHK News melaporkan.
Berdasarkan persentase data terbaru, masalah kesehatan menjadi alasan paling umum di balik kasus bunuh diri, yakni sebanyak 11.986 kasus, diikuti masalah terkait ekonomi dan kehidupan sebanyak 5.075 kasus, dan masalah keluarga sebanyak 4.334 kasus.
Disebutkan, masalah yang berkaitan dengan sekolah menyumbang 578 kasus, sementara 42 kasus bunuh diri dikaitkan dengan masalah yang melibatkan media sosial atau interaksi online.
3. Jumlah kasus bunuh diri meningkat pada akhir liburan musim panas

Pejabat kementerian mengatakan mereka menanggapi dengan serius fakta bahwa angka bunuh diri di kalangan anak di bawah umur mencapai rekor tertinggi. Mereka mengatakan akan menganalisis faktor-faktor dibaliknya dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok terkait untuk mengatasi masalah tersebut.
Kementerian Kesehatan diperkirakan akan menerbitkan analisisnya terhadap data tersebut pada Maret mendatang, setelah lebih banyak angka tersedia.
Di Jepang, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah kasus bunuh diri remaja pada akhir liburan musim panas di akhir Agustus hingga awal September. Hal ini mendorong pemerintah dan media untuk meningkatkan seruan publik agar para remaja yang sedang berjuang mencari bantuan, dilansir The Straits Times.