Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jimmy Carter: Presiden AS dengan Banyak Capaian Diplomatik

Presiden Jimmy Carter menyambut Presiden Mesir Anwar Sadat di Gedung Putih, Washington, DC. Diambil pada tanggal 8 April 1980. (commons.wikimedia.org/Library of Congress)
Presiden Jimmy Carter menyambut Presiden Mesir Anwar Sadat di Gedung Putih, Washington, DC. Diambil pada tanggal 8 April 1980. (commons.wikimedia.org/Library of Congress)
Intinya sih...
  • Mantan Presiden AS Jimmy Carter wafat pada usia 100 tahun di Georgia.
  • Carter adalah presiden tertua dan aktif dalam kegiatan sosial hingga akhir hayatnya.
  • Terobosan terkenalnya termasuk Camp David, Terusan Panama, dan pengakuan Republik Rakyat China.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Warga negara Amerika Serikat (AS) pada Minggu (29/12/2024) berduka setelah berpulangnya seorang mantan presiden, Jimmy Carter. Carter yang merupakan Presiden AS ke-39 meninggal pada usia 100 tahun di rumahnya di Plains, Georgia.

"Ayah saya adalah pahlawan, tidak hanya bagi saya tetapi juga bagi semua orang yang percaya pada perdamaian, hak asasi manusia, dan cinta tanpa pamrih," kata Chip Carter, putra dari sang mantan presiden itu, dilansir Anadolu.

Kepergian Carter menyimpan sejumlah memori di masa kepemimpinannya. Selama masa pemerintahannya yang berlangsung pada 1977-1981, ia membuat sejumlah terobosan. Berikut adalah fakta-fakta Jimmy Carter hingga terobosan yang telah ia lakukan.

1. Menjadi presiden tertua yang aktif dalam kegiatan sosial

Lahir pada 1 Oktober 1924, Carter mencatat sejarah sebagai presiden AS tertua. Pada 2024, ia merayakan ulang tahunnya yang ke-100.

Meski sudah sangat lanjut usia, Carter tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia sering tampil di acara-acara komunitas dan memberikan pandangan moral tentang isu-isu penting, termasuk perdamaian dan keadilan sosial.

Ketahanan fisiknya yang luar biasa dan semangat hidupnya menjadi teladan bagi banyak orang.

2. Mantan petani kacang tanah yang sukses jadi politikus

Sebelum memasuki dunia politik, Carter menjalani kehidupan sebagai petani kacang tanah di Plains, Georgia. Pengalaman ini tidak hanya membentuk pandangan hidupnya, tetapi juga memengaruhi kebijakan-kebijakan agraris selama masa jabatannya.

Carter baru terlibat dalam dunia politik sejak 1962, di mana ia memutuskan untuk ikut dalam pencalonan senat Georgia. Saat itu, ia terpilih menjadi perwakilan negara bagian AS itu.

Carter sering berbicara tentang pentingnya mendukung petani kecil dan melindungi lingkungan. Latar belakangnya sebagai petani membuatnya lebih dekat dengan masyarakat pedesaan dan memahami kebutuhan mereka.

3. Peraih Nobel Perdamaian pada 2002

Presiden Jimmy Carter menyambut Presiden Mesir Anwar Sadat di Gedung Putih, Washington, DC. Diambil pada tanggal 8 April 1980. (commons.wikimedia.org/Library of Congress)
Presiden Jimmy Carter menyambut Presiden Mesir Anwar Sadat di Gedung Putih, Washington, DC. Diambil pada tanggal 8 April 1980. (commons.wikimedia.org/Library of Congress)

Setelah masa kepresidenannya, Carter terus bekerja untuk perdamaian dunia dan pengembangan manusia melalui Carter Center. Organisasi nirlaba ini didirikan oleh Carter dan istrinya pada 1982.

Dilansir laman resminya, melalui organisasi itu, Carter berusaha membantu meningkatkan kehidupan masyarakat dengan menyelesaikan konflik, memajukan demokrasi, dan mencegah penyakit.

Atas dedikasinya, ia dianugerahi Nobel Perdamaian pada 2002. Penghargaan ini mengakui upayanya dalam mempromosikan demokrasi, memediasi konflik internasional, dan memperjuangkan hak asasi manusia.

Salah satu kontribusi pentingnya adalah mediasi konflik antara Eritrea dan Ethiopia serta program pemberantasan penyakit di negara-negara berkembang.

4. Berbagai terobosan dalam kebijakan luar negeri

Dalam kepemimpinannya, Carter berhasil meraih serangkaian pencapaian, khususnya terkait hubungan luar negeri. Salah satu terobosannya adalah tercapainya perjanjian Camp David yang mendamaikan Israel dan Mesir pada 1978.

Dilansir CNN, kesepakatan itu tidak menyelesaikan masalah Yerusalem Timur dan kekerasan serta kerusuhan politik berikutnya antara Israel dan Palestina. Meski demikian, perdamaian abadi antara Israel dan Mesir tetap menjadi inti diplomasi AS di kawasan itu.

Terobosan lainnya adalah penyelesaian sengketa Terusan Panama. Ia menginisiasi upaya penyelesaian perjanjian Terusan Panama yang baru diselesaikan secara total pada 1999.

Saat itu ada kekhawatiran bahwa Panama akan menutup terusan karena kebencian mereka terhadap AS. Sebagai upaya untuk menekan hal tersebut, terusan itu akhirnya diberikan kepada Panama.

Di masa Carter pula AS mengakui kedaulatan Republik Rakyat China. Keputusan itu merupakan keputusan yang sulit bagi Carter dan mengharuskan dia memutuskan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan.

5. Krisis membuatnya hilang kepercayaan

Gedung Putih di Amerika Serikat (Unsplash.com/Louis Velazquez)
Gedung Putih di Amerika Serikat (Unsplash.com/Louis Velazquez)

Karir politik Carter akhirnya mandek saat memasuki dekade 1980-an. Saat itu berbagai masalah dalam dan luar negeri membuatnya hilang kepercayaan oleh para pendukungnya.

Penyanderaan oleh mahasiswa pro revolusi Iran di Kedutaan AS di Teheran membuatnya membuatnya tak dapat lagi dipercaya. Di saat yang sama, perang dingin dengan Uni Soviet yang semakin kritis membuat posisi Carter terisolasi.

Carter akhirnya kalah dalam pemilihan presiden 1980 melawan Ronald Reagan, di mana ia meraih 489 suara elektoral. Sepanjang kampanye, Reagan mencaci maki Carter sebagai pemimpin yang tidak efektif dan menyebabkan AS mengalami kemunduran abadi.

Bentuk penghinaan terakhir diterima dari Iran, di mana saat itu 20 menit setelah Reagen dilantik, semua sandera AS dinyatakan bebas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us