Jurnalis Saleh Aljafarawi Tewas Ditembak dalam Bentrokan di Gaza

- Bentrokan terjadi antara pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata Klan Doghmush di Gaza.
- Aljafarawi sering menerima ancaman dari Israel karena liputannya tentang situasi di Gaza.
- Trump akan hadiri KTT Gaza di Mesir, meskipun Israel dan Hamas tidak mengirimkan perwakilan mereka.
Jakarta, IDN Times - Jurnalis Palestina, Saleh Aljafarawi, tewas dalam bentrokan di Kota Gaza pada Minggu (12/10/2025). Insiden tersebut terjadi hanya beberapa hari setelah Israel dan Hamas menyepakati kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dilansir dari Al Jazeera, pria berusia 28 tahun itu ditembak mati oleh anggota milisi bersenjata saat meliput bentrokan di kawasan Sabra. Ia telah dilaporkan hilang sejak Minggu pagi. Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan jenazahnya, dengan rompi anti peluru bertuliskan “press”, dikerumuni oleh warga dan rekan-rekannya.
1. Bentrokan melibatkan pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata dari Klan Doghmush
Menurut sumber Palestina, bentrokan terjadi pada Minggu antara pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata dari Klan Doghmush, yang dituduh berafiliasi dengan Israel, di kawasan Sabra.
Seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan bahwa pasukan keamanan mengepung milisi tersebut dan terlibat dalam baku tembak sengit saat berusaha menangkap mereka. Ia menambahkan bahwa serangan milisi itu menewaskan sejumlah pengungsi yang baru kembali ke Kota Gaza.
Dilansir dari BBC, saksi mata menuturkan bahwa bentrokan pecah setelah lebih dari 300 pasukan Hamas menyerbu sebuah blok perumahan tempat anggota Klan Doghmush bersembunyi. Suara tembakan memicu kepanikan, dengan puluhan keluarga berlarian meninggalkan rumah mereka.
“Kali ini orang-orang tidak melarikan diri dari serangan Israel. Mereka melarikan diri dari sesama rakyatnya sendiri," kata seorang warga.
Meski gencatan senjata telah diberlakukan, otoritas setempat berulang kali memperingatkan bahwa situasi keamanan di Gaza masih rapuh. Klan Dughmush sendiri telah lama bersitegang dengan Hamas, dan keduanya beberapa kali terlibat bentrokan di masa lalu.
2. Aljafarawi kerap terima ancaman dari Israel karena liputannya
Aljafarawi merupakan salah satu jurnalis Palestina yang paling dikenal selama perang Israel di Gaza. Melalui kamera dan akun Instagram pribadinya, ia mendokumentasikan kehancuran dan penderitaan warga sipil selama dua tahun terakhir. Beberapa hari lalu, sebuah video yang menampilkan dirinya dengan penuh sukacita mengumumkan tercapainya gencatan senjata antara Hamas dan Israel viral di media sosial.
Sebelum kematiannya, Aljafarawi mengaku menerima banyak ancaman dari Israel karena liputannya mengenai situasi di Gaza. Dilansir dari The New Arab, otoritas Israel telah memasukkan namanya ke dalam daftar “red notice”, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap jurnalis Palestina lainnya yang menjadi target, termasuk jurnalis Anas al-Sharif yang terbunuh pada Agustus lalu.
"Sejujurnya, saya hidup dalam ketakutan setiap detiknya, terutama setelah mendengar apa yang dikatakan pendudukan Israel tentang saya. Saya menjalani hidup dari detik ke detik, tidak tahu apa yang akan terjadi pada detik berikutnya," kata jurnalis tersebut.
Lebih dari 270 jurnalis dan pekerja media tewas di Gaza sejak perang Israel dimulai pada Oktober 2023, menjadikannya konflik paling mematikan bagi kalangan pekerja media.
3. Trump terbang ke Mesir untuk hadiri KTT Gaza
Kematian Aljafarawi terjadi ketika gencatan senjata di Gaza memasuki hari ketiga, menjelang pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin dunia lainnya pada Senin (13/10/2025) di kota resor Sharm el-Sheikh, Mesir, untuk menghadiri KTT Gaza yang diselenggarakan bersama oleh Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi.
"Pertemuan ini bertujuan mengakhiri perang di Jalur Gaza, meningkatkan upaya untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dan mengantarkan era baru keamanan dan stabilitas regional," kata kantor kepresidenan Mesir.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa dokumen untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza juga akan ditandatangani dalam pertemuan tersebut. Namun, baik Israel maupun Hamas tidak akan mengirimkan perwakilan mereka ke acara itu.