Kanselir Scholz: Putin Yakin Invasinya ke Ukraina Bukan Kesalahan

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman Olaf Scholz, pada Rabu (14/9/2022), mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak merasa invasinya ke Ukraina sebagai kesalahan. Scholz mengatakan hal itu setelah berbicara lewat sambungan telepon dengan Putin beberapa hari sebelumnya.
Dalam komunikasi selama sekitar 90 menit, Scholz menyampaikan beberapa hal kepada Putin, seperti mendesak penarikan pasukan Moskow seluruhnya dari Ukraina.
Kanselir juga menegaskan Berlin akan melanjutkan sanksi kepada Rusia dan tetap memasok senjata untuk Ukraina jika perang terus berlanjut.
1. Scholz ingin Rusia-Ukraina mencari solusi diplomatik atas konflik yang terjadi

Kanselir Scholz telah menjalin hubungan komunikasi dengan Presiden Putin. Dalam penggilan tersebut, Scholz mendesak Putin untuk menemukan solusi diplomatik dari konflik di Ukraina.
Melansir Reuters, Scholz berharap solusi tersebut dibuat berdasarkan gencatan senjata dan penarikan seluruh pasukan Rusia dari wilayah Ukraina sesegera mungkin.
Komunikasi antara Scholz dan Putin terjadi ketika Ukraina melancarkan serangan balik kilat. Saat ini, pasukan Kiev disebut telah berhasil mendorong mundur hampir seluruh pasukan Moskow dari wilayah Kharkiv.
2. Putin menilai invasinya ke Ukraina bukan kesalahan
Seusai berkomunikasi, Scholz dapat mengetahui bagaimana pandangan Putin soal operasi militer khususnya di Ukraina. Scholz mengatakan bahwa Putin masih memiliki pemahaman bahwa invasi ke Ukraina bukan sebuah kesalahan, dilansir BBC.
Scholz kembali menekankan kepada Rusia untuk menghormati kedaulatan Ukraina. Dia juga mengatakan bahwa penarikan pasukan Rusia dari Ukraina akan menjadi satu-satunya cara agar perdamaian terwujud di kawasan tersebut.
Di sisi sebaliknya, mengomentari panggilan telepon Scholz dengan Putin, Kremlin menyalahkan Ukraina atas kekerasan yang terus berlanjut.
3. Prospek perdamaian Ukraina-Rusia kecil

Kanselir Jerman menilai bahwa posisi Presiden Rusia saat ini tidak berubah dari sejak awal invasi. Namun, Scholz menegaskan perlunya untuk tetap berbicara dengan pemimpin Rusia itu.
"Adalah hak untuk berbicara satu sama lain dan mengatakan apa yang harus dikatakan tentang hal ini," kata Scholz, dikutip dari Al Jazeera.
Selain Scholz, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres juga berbicara dengan Putin lewat sambungan telepon pada Rabu. Keduanya membahas cara mengatasi hambatan terkait ekspor makanan dan pupuk dari Rusia.
Terkait prospek perdamaian di Ukraina, Guterres menilai prospek itu sangat kecil. Dia mengaku akan menjadi naif untuk percaya bahwa ada kemajuan untuk menuju akhir perang yang cepat.
"Saya merasa kita masih jauh dari perdamaian. Saya akan berbohong jika saya mengatakan itu (perdamaian) bisa terjadi segera," kata Guterres.