Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kaum Syiah Jadi Kelompok Paling Rentan dalam Perang di Lebanon

pemandangan ibu kota Lebanon, Beirut (unsplash.com/Sara Calado)

Jakarta, IDN Times - Muslim Syiah di Lebanon menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perang Israel-Hizbullah. Mereka percaya bahwa penderitaan yang mereka alami disebabkan oleh kesamaan identitas agama dengan kelompok bersenjata tersebut.

Selain itu, sebagian besar dari mereka tinggal juga di wilayah yang sama dengan pejuang Hizbullah.

Sejak September 2024, Israel telah memusatkan serangannya terhadap desa-desa di Lebanon selatan dan timur laut serta kawasan permukiman di selatan Beirut, tempat basis operasi pejuang Hizbullah. Banyak warga sipil Syiah juga tinggal di sana.

Israel menyatakan bahwa mereka hanya menargetkan Hizbullah, bukan rakyat Lebanon atau kelompok Syiah. Namun, lebih dari 3.500 orang, termasuk warga sipil, telah tewas dan 15 ribu lainnya terluka akibat serangan Israel di Lebanon selama setahun terakhir.

1. Israel tuding rumah warga sebagai tempat persembunyian pejuang Hizbullah

Wael Murtada, seorang pemuda Syiah, menuturkan bahwa kerabatnya melarikan diri dari pinggiran selatan Beirut pada akhir September 2024 setelah daerah tempat tinggal mereka dihujani serangan udara. Mereka pindah sejauh 22 kilometer ke timur kota, ke desa Baalchmay yang mayoritas dihuni oleh komunitas Druze, untuk tinggal di rumah paman Murtada.

Pada 12 November, serangan udara menghantam rumah tempat mereka berlindung tanpa  peringatan sebelumnya. Sedikitnya 9 kerabatnya Murtada, termasuk nenek dan bibinya, dan seorang pekerja rumah tangga tewas dalam serangan itu.

“Ini jelas. Siapa lagi yang diserang?” kata Murtada, saat menyaksikan paramedis mencari korban di bawah puing-puing bangunan tersebut.

Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa rumah itu digunakan oleh Hizbullah. Namun, Murtada mengungkapkan bahwa tidak ada seorang pun di rumah itu yang memiliki hubungan dengan kelompok tersebut.

2. Warga Syiah di Lebanon dihukum secara kolektif

Selain memakan korban jiwa, serangan Israel juga meluluhlantakkan wilayah tempat tinggal kaum Syiah di Lebanon. Seluruh kota pesisir Tirus kini telah rata dengan tanah, sementara sebagian besar pasar bersejarah di kota Nabatiyeh, yang dibangun pada era Ottoman, hancur. Di Baalbek, bom merusak Hotel Palmyra, yang dibuka pada akhir abad ke-19, dan sebuah rumah yang juga berasal dari era Ottoman.

“Syiah Lebanon dihukum secara kolektif. Daerah perkotaan mereka dihancurkan, dan monumen budaya serta bangunan mereka dihancurkan,” kata Mohanad Hage Ali, peneliti senior di Carnegie Middle East Center di Beirut, dilansir dari Associated Press.

Beberapa warga Syiah berpendapat bahwa komunitas mereka secara dijadikan sasaran sebagai cara untuk menekan Hizbullah. Video yang dirilis oleh militer Israel bulan lalu dianggap sebagai bukti lebih lanjut bahwa mereka tidak membedakan antara pejuang Hizbullah dan warga sipil Syiah.

Dalam video tersebut, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, menyebut desa di selatan Lebanon, tempat ia berada saat itu, sebagai basis teror.

"Ini adalah desa di Lebanon, desa Syiah yang dibangun oleh Hizbullah," ujar Hagari, tanpa menyebutkan nama desa tersebut.

Ia kemudian masuk ke sebuah rumah dan menunjukkan sejumlah peralatan militer yang ditemukan di dalamnya, termasuk granat dan senapan.

“Setiap rumah adalah basis teror," tambahnya.

3. Israel dan Lebanon telah sepakati gencatan senjata

Sementara itu, gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada Rabu (27/11/2024) pukul 04.00 waktu setempat di Lebanon. Gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis ini diharapkan akan mengakhiri konflik di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon yang telah berlangsung sejak tahun lalu.

Presiden AS, Joe Biden, mengatakan bahwa Israel akan menarik pasukannya dari Lebanon dalam waktu 60 hari, sementara militer Lebanon mengambil alih wilayah selatan negara itu untuk memastikan Hizbullah tidak membangun kembali kekuatannya di sana.

Hizbullah belum secara resmi mengomentari gencatan senjata tersebut, namun pejabat seniornya, Hassan Fadlallah, mengatakan bahwa meskipun mereka mendukung perluasan kewenangan negara Lebanon, kelompok tersebut akan menjadi lebih kuat setelah perang ini.

“Ribuan orang akan bergabung dengan perlawanan. Melucuti senjata perlawanan adalah usulan Israel yang gagal,” kata Fadlallah, yang juga anggota parlemen Lebanon.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa ia siap menerapkan kesepakatan gencatan senjata dan akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Hizbullah.

Menurutnya, gencatan senjata tersebut akan memungkinkan Israel untuk fokus pada ancaman dari Iran, mengisi kembali pasokan senjata yang menipis, memberikan waktu istirahat bagi tentara, dan mengisolasi kelompok Hamas, yang menjadi sasaran operasi militer mereka di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us