Kemlu: 74 WNI dari Nepal Sudah Dipulangkan, 4 Lagi Pekan Ini

- Nepal berangsur pulih
- Jam malam dicabut dan transportasi umum kembali normal
- Pembicaraan untuk pemimpin interim dilanjutkan
- Tentara Nepal tetap berjaga di jalan-jalan Kathmandu
- PM baru Nepal telah ditunjuk
- Sushila Karki menjadi perdana menteri interim pertama perempuan di Nepal
- Karki menyerukan ketenangan dan kerja sama untuk membangun kembali Nepal
- Ia menjanjikan kompensasi bagi keluarga korban protes besar-besaran pekan lalu
- 72 Orang tewas
Jakarta, IDN Times - Sebanyak 74 warga negara Indonesia (WNI) dari Nepal berhasil pulang ke Indonesia dengan penerbangan komersial. Mereka tiba di tanah air pada Minggu (14/9).
Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha mengatakan, hari ini gelombang WNI lainnya akan tiba di Jakarta.
“Pada Senin hari ini (15/9), 2 WNI lainnya akan kembali diterbangkan dengan pesawat komersial dan 2 WNI pada tanggal 18 September,” ucap Judha dalam pernyataannya, Senin (15/9/2025).
Dengan demikian, kata Judha, hingga Kamis mendatang, diharapkan total 78 WNI yang melakukan kunjungan singkat ke Nepal dapat dipulangkan ke Indonesia. Mereka pergi ke Nepal dalam rangka konferensi internasional dan wisata.
1. Nepal berangsur pulih

Sementara itu, saat ini kondisi di Nepal telah berangsur pulih. Jam malam telah dicabut dan transportasi umum telah berjalan kembali.
“Kemlu dan KBRI Dhaka akan terus memonitor perkembangan situasi keamanan di Nepal dan mempersiapkan rencana kontingensi untuk antisipasi jika terjadi eskalasi kembali,” kata Judha.
Tentara Nepal pada Kamis (11/9) mengonfirmasi bahwa pembicaraan dengan perwakilan demonstran akan dilanjutkan untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin interim negara Himalaya tersebut. "Pembicaraan awal sudah dilakukan dan akan berlanjut hari ini. Kami berusaha menormalkan situasi secara perlahan," kata juru bicara militer, Raja Ram Basnet.
Tentara juga memastikan pasukannya tetap berjaga di jalan-jalan Kathmandu yang kini relatif tenang setelah kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
2. PM baru Nepal telah ditunjuk

Di sisi lain, usai mundurnya KP Sharma Oli di kursi kepemimpinan, Nepal melantik Perdana Menteri interim, Sushila Karki. Ia menjadi perempuan pertama yang menduduki posisi tersebut.
Dalam pidatonya pada Minggu (14/9), Karki menyerukan ketenangan dan kerja sama untuk membangun kembali Nepal setelah protes besar-besaran pekan lalu menewaskan 72 orang dan menghancurkan sejumlah fasilitas pemerintah serta rumah politisi.
Menurut laporan televisi pemerintah, Karki, perdana menteri perempuan pertama Nepal, berjanji bahwa setiap keluarga pengunjuk rasa yang tewas akan menerima kompensasi sebesar satu juta rupee atau sekitar Rp116 miliar). Ia juga memastikan para korban luka akan mendapatkan perawatan.
“Kita semua harus bersatu untuk membangun kembali negara ini. Saya akan bekerja keras agar Nepal kembali ke jalur yang benar,” kata Karki, seperti dikutip PBS News.
Karki, 73 tahun, ditunjuk sebagai perdana menteri baru pada 12 September. Ia dikenal sebagai figur populer saat sebagai satu-satunya ketua hakim perempuan di Mahkamah Agung pada 2016–2017, serta vokal dalam sikapnya menentang korupsi.
Pemilu parlemen baru Nepal dijadwalkan berlangsung pada 5 Maret 2026.
3. Sebanyak 72 Orang tewas dalam demo

Korban tewas akibat protes pekan lalu di Nepal, yang secara luas dijuluki sebagai "revolusi Gen Z", telah mencapai 72 orang. Hal ini diungkapkan Kepala Sekretaris Pemerintah Nepal Eaknarayan Aryal.
"Dari total korban tewas, 59 orang adalah pengunjuk rasa, 10 narapidana, dan tiga adalah petugas keamanan," ujar Aryal.
Aryal menambahkan bahwa 134 pengunjuk rasa dan 57 petugas polisi terluka dalam bentrokan tersebut.