Korea Utara dan Selatan Percikkan 'Asmara' Lama, Haruskah Dunia Khawatir?

Korea Utara meluncurkan tiga misil jenis balistik ke perairan timur kepulauan besar Korea. Namun, target misil tersebut juga diketahui dekat dengan kota tepian Korea Selatan, Busan. Hal tersebut menurut tentara Korea Selatan, dikutip dari BBC, berjarak sekitar 500 atau 600 kilometer dari lepas pantai.
Tentara Korea Selatan yang mendapat bantuan dari Amerika Serikat menduga kalau tembakan ini sebagai 'tanda' bahwa Korea Utara melakukan ancaman pada mereka. Menurut kepala pasukan gabungan, Hwangju, tiga misil dilakukan pada dua hari yang berbeda yakni dua pada Senin (18/7) dan satu lagi keesokan harinya (19/7).
"Asmara" lama Korea Utara dan Selatan kembali berkecamuk.

Menurut Hwangju, dua misil pertama berjenis Scuds, yang secara orisinil merupakan roket nuklir buatan Uni Soviet pada masa perang. Sementara misil satu lagi berjenis Rodong atau Nodong yang merupakan roket berisi cairan berbahaya atau racun. Ketiga misil itu dianggap berbahaya dan ancaman oleh tentara gabung Amerika-Korea Selatan.
Sejak Januari 2016, Korea Utara telah menjadi perbincangan setelah tes rudal nuklir mereka ternyata telah dilarang PBB. Meski begitu, tes terus dilakukan dan roket masih ditembakkan oleh negara yang dipimpin Kim Jon-un itu. Hal tersebut membuat tensi kedua negara tersebut kembali meningkat. Pemerintah dan ahli di Korea Selatan berkesimpulan kalau misil yang ditembakkan semakin dekat dengan negaranya.
Kekhawatiran tersebut juga dinyatakan Perdana Menteri Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn. Kyo-ahn menjelaskan kalau fenomena uji coba misil ini sangat jarang sejak mereka lakukan gencatan senjata pada 1953. Namun justru 2016 ini, menurut Kyo-ahn, Korea Utara semakin gencar 'mengundang' untuk perang.
Korea Selatan siap 'melawan' dengan sistem anti-misil mereka.

Roket berjenis Terminal High Altitude Area Defense System (THAAD). Sistem anti-misil ini merupakan pendanaan dari Amerika Serikat. Seperti dilansir Business Insider, Amerika sendiri telah membantu Korea Selatan selama dan setelah perang berakhir. Sistem anti-misil ini dijelaskan sebagai rudal penangkal misil dari Korea Utara. Terutama rudal nuklir dan misil berisi cairan berbahaya seperti Rodong.
Apa itu THAAD? Roket ini berjarak pendek dan medium untuk melakukan perlawanan di udara. Dengan kata lain, roket ini menghancurkan misil lain secara langsung sebelum menyentuh tanah. Istilah yang digunakan adalah hit-to-kill dan menggunakan energi kinetis dengan jarak 200 kilometer serta ketinggian 150.000 meter di atas permukaan laut.

Jenis roket ini sendiri sudah sering digunakan Amerika di Guam dan Hawaii. Menurut mereka, cara ini ampuh untuk menghentikan tujuan 'jahat' Korea Utara. Sistem ini pertama kali direkomendasikan oleh Komandan Pasukan Amerika di Korea, Curtis Scaparrotti pada 2014. Kemudian, Oktober 2015, Presiden Park Geun-hye telah bertemu Barack Obama mengenai suplai roket tersebut untuk Korea Selatan.
Haruskah dunia khawatir dengan lanjutan perang mereka?

Kekhawatiran mulai bermunculan berbagai kalangan di Korea Selatan. Namun, bagaimana dengan dunia? Menurut Menteri Pertahanan Jepang, Gen Nakatani jika keduanya kembali berperang justru akan berdampak pada negaranya. Radiasi atau 'sisa' senjata mereka justru akan menyebar ke negara terdekat dengan kepulauan Korea. Jepang adalah satu satu negara atau pulau yang terdekat.
Nakatani mengaku kalau tembakan misil Korea Utara ini merupakan provokasi yang semakin jelas. Hal ini bukan cuma mengancam Korea, tapi juga Jepang dan negara lain di dunia ini. Menurut Nakatani, pihaknya juga telah mempersiapkan segala kemungkinan dan respons untuk mengatasi situasi yang berbahaya.
Pihak Tiongkok juga merespons tindakan Korea Utara dengan menyebutnya sebagai provokasi. Sementara Amerika Serikat mengaku pasukan gabungan mereka juga mempersiapkan segala hal jika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sampai saat ini Korea Utara diduga masih terus lakukan uji coba terhadap roket nuklir mereka. Meski begitu, perwakilan Kim Jong-un mengaku hal tersebut hanyalah latihan dan tidak ada maksud lain. Na, menurutmu, apa jadinya jika Korea Utara dan Selatan 'lanjutkan' perang mereka?