Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kunjungi Ukraina, Sekjen PBB Kutuk Absurditas Perang

Sekjen PBB Antonio Guterres dalam kunjungannya ke Ukraina (Twitter.com/Antonio Guterres)

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres melakukan kunjungan ke Ukraina pada Kamis (28/4/22). Dia memiliki agenda misi perdamaian, meminta dibukanya koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil.

Dalam kunjungan tersebut, Guterres juga pergi ke kota Borodyanka dan Bucha dekat ibu kota Kiev. Kota itu rusak parah dan Guterres mengecam absurditas perang yang terjadi. Dia juga menilai bahwa perang itu jahat.

Awal pekan ini, Sekjen PBB telah berkunjung ke Moskow, bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam kunjungannya, dia meminta kesepakatan untuk membuka koridor kemanusiaan dan Putin kabarnya sepakat dengan gagasan keterlibatan PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

1. Guterres desak Rusia untuk kerja sama dalam penyelidikan dugaan kejahatan perang

Antonio Guterres dalam kunjungan di Ukraina (Twitter.com/UN Spokesperson)

Banyak pemimpin dunia dan pejabat tinggi negara yang telah mengunjungi Kiev dan kota-kota di sekitarnya. Mereka menyaksikan kerusakan perang yang timbul atas invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari.

Sekjen PBB Antonio Guterres adalah pemimpin dunia terbaru yang melakukan kunjungan tersebut. Dia melakukan perjalanan ke kota Bucha, di mana Rusia telah dituduh membunuh ratusan warga sipil dan melakukan kejahatan perang.

Dikutip dari Deutsche Welle, Guterres mendesak Rusia untuk bekerja sama dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dalam penyelidikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan selama invasi.

"Saya sepenuhnya mendukung ICC dan saya meminta Federasi Rusia untuk menerima, bekerja sama dengan ICC. Tetapi ketika kita berbicara tentang kejahatan perang, kita tidak dapat melupakan bahwa kejahatan terburuk adalah perang itu sendiri," ucap Guterres setelah dari Bucha.

2. Perang itu jahat

Kunjungan Sekjen PBB Antonio Guterres ke Ukraina pada Kamis dimulai dengan melihat kota-kota di sekitar ibu kota Kiev. Kota-kota tersebut telah ditinggalkan pasukan Rusia yang mundur dan kini fokus menyerang Donbass, Ukraina timur. Guterres berada di tengah pengawalan pasukan keamanan ketika berjalan di tengah-tengah bangunan yang rusak dan hancur akibat peluru dan bom di kota Borodyanka, barat laut ibu kota Kiev.

Dilansir Al Jazeera, kepada wartawan Guterres mengatakan "ketika saya melihat bangunan yang hancur itu, saya membayangkan keluarga saya di salah satu rumah yang sekarang hancur dan hitam. Saya melihat cucu perempuan saya berlari dengan panik."

"Perang adalah absurditas di abad ke-21. Perang itu jahat dan ketika Anda melihat situasi ini, hati kami tentu saja tetap bersama para korban, belasungkawa kami untuk keluarga mereka. Tapi emosi kami, tidak mungkin perang bisa diterima di abad ke-21."

Antonio Guterres telah mencoba mencari tahu gambaran yang sesungguhnya dari perang di Ukraina sebelum bertemu dengan Presiden Zelenskyy. Dia juga berkonsentrasi mengupayakan bantuan kemanusiaan yang bisa dilakukan oleh PBB, sebab opsi gencatan senjata saat ini belum ada di atas meja.

3. PBB siap dimobilisasi untuk mengevakuasi warga sipil Ukraina

Warga Ukraina mengungsi (Twitter.com/ICRC)

Antonio Guterres sebelumnya telah bertemu dengan Presiden Putin di Moskow. Dia mengulangi seruan agar Rusia dan Ukraina bisa bekerja sama untuk mendirikan koridor kemanusiaan yang aman dan efektif demi evakuasi warga sipil.

Koordinator Kemanusiaan PBB di Ukraina Osnat Lubrani mengatakan dia sedang mempersiapkan evakuasi dari kota Mariupol yang sebagian besar telah dikuasai Rusia, dikutip dari The Moscow Times.

"PBB sepenuhnya dimobilisasi untuk membantu menyelamatkan nyawa warga Ukraina dan membantu mereka yang membutuhkan," katanya.

Saat Guterres akan bertemu dengan Presiden Zelenskyy, pasukan angkatan bersenjata Rusia di Donbass terus meningkatkan serangannya. Bahkan otoritas Ukraina sendiri juga mengatakan pasukan Rusia telah menunjukkan kemajuan dengan menguasai beberapa desa wilayah Ukraina.

Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov, mengakui negaranya menghadapi "minggu-minggu yang sangat sulit ketika Rusia mencoba menimbulkan rasa sakit sebanyak mungkin."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us