Lee Jae Myung, Mantan Buruh Pabrik Kini Jadi Presiden Korea Selatan

- Lee Jae Myung terpilih sebagai presiden Korea Selatan dengan suara hampir 50 persen.
- Lee mengalahkan Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa setelah krisis konstitusional.
- Lee merupakan sosok yang berjuang dari bawah, lulus ujian pengacara pada 1986 dan terjun ke dunia politik pada tahun 2005.
Jakarta, IDN Times - Lee Jae Myung menjadi harapan baru Korea Selatan usai dipilih dan dilantik sebagai presiden. Dengan suara hampir 50 persen, Lee Jae Myung menamakan dirinya sebagai presiden seluruh rakyat.
Lee mengalahkan Kim Moon-soo, kandidat dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa. Krisis konstitusional yang dipicu setelah deklarasi kekuasaan militer pada 3 Desember membalikkan nasib Lee karena ia tampak sebagai tokoh utama yang menentang darurat militer yang berlaku singkat.
Berusia 61 tahun, Lee merupakan sosok yang berjuang dari bawah. Ia langsung memangku jabatan tanpa masa transisi, karena pemilihan umum dilakukan 'dadakan' untuk menggantikan Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan.
1. Mantan pekerja pabrik dan pembela hak asasi manusia

Lahir pada 1963 di sebuah desa pegunungan di Andong, provinsi Gyeongsang Utara, mantan pemimpin DP ini bekerja di sebuah pabrik di Seongnam setelah menamatkan sekolah dasar untuk menghidupi keluarganya.
Pada usia 13 tahun, Lee mengalami cedera permanen pada lengannya setelah pergelangan tangannya tertimpa mesin press di pabrik tempat ia bekerja.
Anak kelima dari lima bersaudara dan dua bersaudara, Lee lulus ujian sekolah menengah dan universitas masing-masing pada 1978 dan 1980. Ia belajar hukum di Universitas Chung-Ang dengan beasiswa penuh dan lulus ujian pengacara pada 1986.
Lee menikahi istrinya Kim Hye-kyung pada 1992, dan memiliki dua orang anak dengannya. Ia bekerja sebagai pengacara hak asasi manusia selama hampir dua dekade sebelum terjun ke dunia politik pada tahun 2005.
2. Selamat dari percobaan pembunuhan

Lee bergabung dengan Partai Uri yang beraliran sosial-liberal, pendahulu DP, dan partai yang berkuasa saat itu. Ia menjabat sebagai wali kota Seongnam, provinsi Gyeonggi antara tahun 2010 dan 2018, dan gubernur provinsi dari tahun 2018–2021.
Kemudian, ia terpilih sebagai anggota Majelis Nasional dari kota Incheon pada Juni 2022.
Lee pertama kali mencoba mengikuti pemilihan presiden sebagai kandidat DP pada tahun 2017, tetapi kalah dalam pemilihan pendahuluan dari mantan Presiden Moon Jae-in. Ia berhasil mengamankan pencalonan partai untuk pemilihan presiden tahun 2022, tetapi kalah dari Yoon dengan selisih tipis 0,73 persen.
Pada Januari 2024, Lee selamat dari percobaan pembunuhan, ketika ia ditikam di leher saat acara publik. Menurut pihak berwenang, percobaan pembunuhan tersebut bertujuan untuk menghentikannya menjadi presiden.
3. Dicemooh tapi bangkit lagi

Dalam memoar baru-baru ini, Lee menggambarkan masa kecilnya menyedihkan. Hal ini dikarenakan pendidikannya yang buruk telah mengundang cemoohan dari anggota kelas atas Korea Selatan.
Namun, karier politiknya yang tidak menentu dipadukan dengan gaya politiknya yang agresif telah membuatnya memperoleh dukungan dari para pemilih kelas menengah dan pekerja. Lee adalah presiden pertama dari DP yang memiliki parlemen yang bersahabat, yang memiliki kewenangan untuk memveto kebijakan kepala eksekutif.
Selama kepemimpinannya di DP, partai tersebut memenangkan mayoritas di parlemen yang beranggotakan 300 orang tahun lalu.