Menkeu AS: Trump Ciptakan Ketidakpastian Ekonomi yang Strategis

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Scott Bessent, membela kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang penuh gejolak. Dia menyebut langkah Trump sebagai cara untuk menciptakan "ketidakpastian strategis" yang memberi Washington keunggulan.
Sejak kembali menjabat sebagai presiden pada Januari, Trump telah mengenakan tarif sebesar 10 persen pada sebagian besar mitra dagang AS dan pungutan terpisah sebesar 145 persen pada banyak produk dari China.
Beijing telah menanggapi dengan tarif sebesar 125 persen atas barang-barang AS. Puluhan negara menghadapi tenggat waktu 90 hari yang berakhir pada Juli untuk mencapai kesepakatan dengan Washington dan menghindari tarif yang lebih tinggi dan khusus untuk negara tertentu.
1. Trump dianggap sebagai ahli dalam negosiasi

Menurut Bessent, apa yang dilakukan AS sudah sesuai dengan teori ekonomi. Ini sekaligus menjadi bantahan terhadap banyak analis yang menyebut keputusan Trump dengan berlandaskan ilmu ekonomi.
“Dalam teori permainan, ini disebut ketidakpastian strategis, jadi Anda tidak akan memberi tahu orang di sisi lain negosiasi di mana Anda akan berakhir,” kata Bessent pada Minggu (27/4/2025) kepada ABC, dikutip dari The Straits Times.
“Tidak ada yang lebih baik dalam menciptakan pengaruh ini selain Presiden Trump. Ia telah menunjukkan tarif yang tinggi, dan inilah tongkatnya. Di sinilah tarif dapat digunakan. Dan ganjarannya adalah, datanglah kepada kami. Cabut tarif Anda. Cabut hambatan perdagangan non-tarif Anda. Hentikan subsidi tenaga kerja dan modal, dan baru kita bisa bicara,” jelas dia.
2. AS klaim sudah ada negosiasi dengan negara lain tanpa ungkap detailnya

Meski Trump mengatakan bahwa ada banyak kesepakatan yang sedang dibahas, rinciannya masih sedikit. Ketika didesak untuk klarifikasi, Bessent mengelak, dan hanya mengatakan beberapa negosiasi berjalan dengan sangat baik, terutama dengan negara-negara Asia.
Untuk saat ini, Washington telah memprioritaskan diskusi dengan sekutu utama seperti Jepang, Korea Selatan, dan Swiss.
Trump mengatakan kepada majalah Time baru-baru ini, bahwa Presiden China Xi Jinping meneleponnya untuk membahas perdagangan antara dua ekonomi teratas dunia, meskipun Beijing kembali mengatakan pada 26 April bahwa tidak ada pembicaraan perdagangan yang diadakan.
3. Jepang dan China mulai ambil langkah atasi kebijakan tarif AS

Di tengah gejolak imbas perang tarif, pemimpin raksasa Asia sudah mulai melawat ke sejumlah negara sebagai langkah pencegahan. Pekan ini, Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, berkunjung ke Vietnam dan Filipina untuk mengatasi dampak dari perang tarif. Menurutnya, penting untuk mendengar masukan dari sejumlah perusahaan Jepang yang berbasis di Asia Tenggara.
Kami ingin mendengarkan dengan saksama pendapat dan kekhawatiran perusahaan-perusahaan Jepang di wilayah tersebut dan memanfaatkannya dalam cara kami menangani tindakan tarif," katanya, dikutip dari CNA.
Sebelumnya, Presiden Xi Jinping yang bepergian ke Asia Tenggara. Kehadiran Xi dianggap banyak analis sebagai cara Beijing untuk membangun kekuatan alternatif di kawasan. Dia pun menyatakan bahwa tidak akan ada yang keluar sebagai pemenang dari kebijakan tarif ini.