Penembakan Brutal Terjadi di Sydney, 100 Peluru Ditembakkan

- Pelaku bersembunyi di unit apartemen sebelum ditangkap
- Belum diketahui motif, polisi pastikan bukan aksi teror
Jakarta, IDN Times - Warga Sydney, Australia, diguncang aksi penembakan brutal pada Minggu (5/10/2025) malam waktu setempat. Seorang pria berusia 60 tahun ditangkap setelah diduga menembakkan hingga 100 peluru ke arah orang-orang dan kendaraan yang melintas di kawasan Croydon Park, Inner West, Sydney.
Polisi New South Wales (NSW) mengatakan, mereka menerima laporan sekitar pukul 19.45 waktu setempat dan setibanya di lokasi menemukan situasi yang kacau. Pelaku disebut melepaskan tembakan secara acak ke arah mobil, bus, dan bahkan polisi yang mencoba mendekat.
Sedikitnya 20 orang mengalami luka-luka, termasuk seorang pria yang tertembak dan kini dalam kondisi serius di rumah sakit. Sementara itu, 19 korban lainnya menderita luka ringan akibat pecahan kaca dan serpihan logam.
Aksi penembakan itu berlangsung selama hampir dua jam, membuat warga sekitar panik dan berlarian mencari tempat aman. Suasana malam yang biasanya tenang mendadak berubah menjadi zona bahaya dengan suara tembakan bertubi-tubi.
1. Pelaku bersembunyi di unit apartemen sebelum ditangkap

Setelah menerima laporan, polisi segera mengepung lokasi kejadian dengan kekuatan besar. Jalan di sekitar Croydon Park langsung ditutup total. Petugas bersenjata lengkap melakukan pencarian di setiap gedung di kawasan tersebut.
Pelaku akhirnya ditemukan bersembunyi di sebuah unit apartemen di atas toko dan berhasil ditangkap tanpa adanya korban jiwa tambahan. Polisi menyita dua senapan dari lokasi kejadian yang diduga digunakan dalam aksi penembakan tersebut.
Menurut keterangan kepolisian, dikutip dari CBS News, Senin (6/10/2025), pelaku juga mengalami luka saat proses penangkapan berlangsung. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan sebelum diperiksa lebih lanjut oleh penyidik.
Hingga Senin pagi, belum ada dakwaan resmi yang diajukan terhadap pelaku. Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan kesehatan dan forensik untuk menentukan langkah hukum berikutnya.
2. Belum diketahui motif, polisi pastikan bukan aksi teror

Meski belum diketahui apa motif di balik aksi brutal ini, Polisi New South Wales menegaskan, penembakan tersebut tidak terkait terorisme atau geng kriminal. Komisioner Polisi Mal Lanyon menyebut insiden ini sebagai serangan yang sangat serius dan menakutkan bagi masyarakat.
Dalam wawancaranya dengan radio lokal 2GB, Lanyon mengatakan, penyelidikan akan difokuskan pada latar belakang pelaku, termasuk riwayat kesehatan mental dan kepemilikan senjata api.
“Kami ingin memastikan masyarakat tahu bahwa tidak ada ancaman lanjutan,” ujar dia.
Saksi mata, Joe Azar, yang bekerja di seberang jalan lokasi kejadian, mengaku sempat mengira suara tembakan itu adalah kembang api.
“Tiba-tiba kaca mobil seseorang pecah, lalu kaca halte bus juga hancur. Saat itu saya baru sadar, ini bukan suara petasan,” katanya kepada Sydney Morning Herald.
Azar menggambarkan suasana yang kacau dan sulit dipercaya. Dalam hitungan menit, area yang biasanya ramai menjadi zona ketakutan dengan warga berlarian mencari perlindungan.
3. Penembakan massal langka di Australia

Aksi penembakan massal seperti ini jarang terjadi di Australia, negara yang dikenal memiliki undang-undang senjata api paling ketat di dunia. Sejak tragedi Port Arthur tahun 1996 yang menewaskan 35 orang, Australia memberlakukan larangan total terhadap senjata otomatis dan semi-otomatis.
Meski begitu, beberapa insiden penembakan tetap terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, enam orang tewas dalam aksi penembakan di kota kecil Wieambilla, termasuk dua petugas polisi.
Sementara pada Agustus tahun ini, tersangka penembakan bernama Dezi Freeman masih buron setelah diduga membunuh dua petugas polisi di pedalaman Queensland.
Kejadian di Croydon Park kini menambah daftar insiden kekerasan bersenjata yang mengguncang negeri tersebut. Pemerintah dan masyarakat berharap insiden ini menjadi peringatan penting agar sistem pengawasan senjata di Australia terus diperketat.