Penyintas Bom Nuklir Jepang Kecam Serangan Israel terhadap Fasilitas Nuklir Iran

Jakarta, IDN Times - Kelompok penyintas bom nuklir Jepang, Nihon Hidankyo, mengecam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran. Mereka menyerukan kedua negara agar segera mengakhiri permusuhan.
“Kami sangat marah dan cemas atas serangan tersebut. Serangan terhadap fasilitas nuklir tidak dapat ditoleransi, dan para penyintas bom atom hibakusha menyerukan gencatan senjata,” kata Nihon Hidankyo dalam sebuah pernyataan pada Selasa (17/6/2025), dilansir dari Jiji Press.
Kelompok tersebut menggambarkan senjata nuklir sebagai sesuatu yang tidak rasional dan dirancang untuk kehancuran massal. Oleh sebab itu, mereka meminta dunia untuk tidak mengulangi lagi tragedi Hiroshima dan Nagasaki, dua kota di Jepang yang luluh lantak akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) pada Perang Dunia II.
1. Kampanyekan penghapusan senjata nuklir di seluruh dunia
Nihon Hidankyo adalah organisasi yang mewakili para penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, atau yang dikenal sebagai Hibakusha.
Didirikan pada 1956, organisasi ini aktif mengampanyekan pencegahan perang nuklir dan penghapusan total senjata nuklir di seluruh dunia. Atas usahanya tersebut, Nihon Hidankyo dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2024
Pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima dan menewaskan sekitar 140 ribu orang. Tiga hari kemudian, bom kedua menghantam Nagasaki dan menyebabkan sekitar 70 ribu kematian tambahan. Jepang akhirnya menyerah pada 15 Agustus 1945, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II.
2. Israel berencana hancurkan fasilitas nuklir Fordow milik Iran secara mandiri
Pada Rabu (18/6/2025), seorang pejabat senior militer Israel mengungkapkan bahwa Tel Aviv berencana menghancurkan fasilitas nuklir Fordow milik Iran secara mandiri. Fordow merupakan salah satu situs nuklir paling sensitif di Iran. Lokasinya yang berada jauh di dalam pegunungan Qom membuatnya sangat sulit dijangkau oleh serangan udara konvensional.
“Israel memiliki rencana untuk Fordow dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu kepada The Wall Street Journal. Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Sementara itu, Ehud Eilam, mantan peneliti di Kementerian Pertahanan Israel, mengatakan bahwa Tel Aviv dapat menggunakan sejumlah besar bom penetrator kecil yang mampu menembus sasaran yang keras. Ia merujuk pada taktik Israel sebelumnya, seperti pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada September 2024 di sebuah bungker bawah tanah di Beirut, sebagai model serangan yang bisa diterapkan terhadap Fordow.
“Israel juga bisa mencoba serangan komando berisiko tinggi atau menggunakan cara-cara yang lebih terselubung seperti serangan siber dan pembunuhan tertarget,” tambahnya, dikutip dari Anadolu.
3. Iran peringatkan AS agar tidak ikut campur
Konflik terbaru di Timur Tengah ini dimulai pada Jumat (13/6/2025), ketika Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan berbagai lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Sedikitnya 585 orang, termasuk berapa komandan militer dan ilmuwan nuklir, tewas dan lebih dari 1.300 lainnya terluka.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal balistik secara besar-besaran terhadap Israel, yang telah menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai ratusan lainnya.
Presiden AS Donald Trump, yang awalnya menjaga jarak dari serangan Israel, belakangan mulai mengisyaratkan kemungkinan keterlibatan AS dalam konflik tersebut. Ia sebelumnya juga telah mendesak Iran untuk menyerah.
Namun, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memperingatkan bahwa setiap bentuk intervensi AS akan menimbulkan kerugian yang tak dapat diperbaiki. Ia juga menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerah.
“Orang bijak yang mengenal Iran, rakyatnya, dan sejarahnya tidak pernah berbicara kepada bangsa ini dengan bahasa ancaman, karena Iran bukanlah orang yang menyerah," kata Khamenei, dikutip dari BBC.