PM Spanyol Sebut Israel Negara Pelaku Genosida

- Perdana Menteri Spanyol menyebut Israel sebagai negara genosida dan menegaskan bahwa Spanyol tidak akan berbisnis dengan negara tersebut.
- Sanchez menggunakan istilah "negara genosida" untuk pertama kalinya secara terbuka, memicu pemanggilan duta besar Spanyol untuk Israel.
- Spanyol telah lama mengkritik kebijakan Israel terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat, bahkan membatalkan kontrak pembelian amunisi senilai 7,5 juta dolar AS dari Israel pada April 2025.
Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, menyebut Israel sebagai negara genosida dalam sesi tanya jawab parlemen di Madrid pada Rabu (14/5/2025). Ia juga mengatakan bahwa Spanyol tidak berbisnis dengan negara seperti itu.
Pernyataan ini disampaikan Sanchez saat menanggapi kritik dari Gabriel Rufian, anggota parlemen dari Catalunya, yang menuduh pemimpin Sosialis tersebut tetap mempertahankan hubungan dagang dengan Israel meskipun perang di Gaza masih berlangsung.
"Saya ingin memperjelas satu hal di sini, Tuan Rufian. Kami tidak berbisnis dengan negara yang melakukan genosida. Saya yakin beberapa hari yang lalu, dari mimbar ini, saya sudah menjelaskan dengan tepat apa yang kami bicarakan, ketika disebutkan beberapa hal yang tidak sesuai dengan kenyataan,” kata Sanchez, dilansir dari Anadolu.
1. Israel panggil duta besar Spanyol untuk pertemuan di Kementerian Luar Negeri
Menurut media lokal, ini adalah pertama kalinya Sanchez secara terbuka menggunakan istilah “negara genosida”, sebuah frasa yang sering digunakan oleh mitra koalisi sayap kirinya, Sumar. Pemimpin Sumar sekaligus Wakil Perdana Menteri Kedua, Yolanda Diaz, telah berulang kali menuduh Israel melakukan genosida dan menyerukan pembekuan hubungan dagang dengan negara Yahudi tersebut.
Sebagai tanggapan atas pernyataan Sanchez, Tel Aviv memanggil duta besar Spanyol untuk Israel, Ana Solomon, pada Rabu.
“Menanggapi pernyataan serius yang disampaikan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, Duta Besar Spanyol untuk Israel telah dipanggil untuk menghadiri pertemuan teguran di Kementerian Luar Negeri di Yerusalem besok,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir dari The Times of Israel.
2. Spanyol termasuk negara yang kritik kebijakan Israel terhadap warga Palestina
Spanyol telah lama mengkritik kebijakan Israel terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Negara Eropa ini, bersama dengan Norwegia dan Irlandia, sempat memicu kemarahan Tel Aviv karena mengakui negara Palestina pada Mei 2024.
Pada April 2025, pemerintahan Sanchez membatalkan kontrak pembelian amunisi senilai 7,5 juta dolar AS (sekitar Rp123 miliar) dari Israel akibat tekanan dari Sumar, yang mengancam akan menarik diri dari koalisi pemerintahan. Pemerintahan Sanchez juga berjanji untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel setelah perang di Gaza meletus pada Oktober 2023, yang telah menewaskan hampir 53 ribu warga Palestina.
3. Perdana Menteri Italia minta Israel hormati hukum internasional
Serangan Israel dan blokade bantuan yang masih berlangsung di Gaza telah meningkatkan kritik dari komunitas internasional, termasuk dari negara-negara yang awalnya mendukung Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang
Pada Rabu, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mendesak Israel untuk menghormati hukum internasional dalam operasi militernya di Gaza. Ia menyebut situasi di wilayah Palestina tersebut semakin mengkhawatirkan dan tidak dapat dibenarkan.
“Saya selalu mengingatkan kembali pentingnya menemukan cara untuk mengakhiri permusuhan serta menghormati hukum internasional dan hukum humaniter internasional. Permintaan yang saya perbarui hari ini,” kata Meloni dalam sesi tanya jawab di majelis rendah parlemen Italia, dikutip dari Arab News.
Kanselir Jerman Friedrich Merz juga mengeluarkan pernyataan tentang Gaza pada Rabu, yang mendesak semua pihak untuk mecegah terjadinya kelaparan parah di wilayah tersebut.
Pada Selasa (13/5/2025), Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengkritik kebijakan Israel di Gaza sebagai tindakan yang memalukan. Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Macron berpihak pada Hamas.