Bencana Kelaparan Hantui Gaza Akibat Blokade Israel

- Setengah juta penduduk Gaza mengalami kelaparan akibat blokade Israel sejak Maret.
- Sebanyak 71 ribu anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan mengalami malnutrisi akut hingga April 2026.
- Harga pangan melonjak drastis, infrastruktur pangan lumpuh total, dan pasokan bantuan tertahan di perbatasan Gaza.
Jakarta, IDN Times - Seluruh penduduk Gaza sebanyak 2,1 juta jiwa kini berada dalam risiko kelaparan parah. Menurut laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis Senin (12/5/2025), setengah juta orang atau seperlima penduduk Gaza bahkan sudah menghadapi kelaparan akibat blokade Israel sejak awal Maret, dilansir Al Jazeera.
Sebanyak 93 persen penduduk Gaza atau 1,95 juta orang kini kekurangan pangan. Dari jumlah tersebut, 244 ribu orang berada dalam kategori bencana.
Angka ini diprediksi naik hingga 470 ribu orang antara Mei sampai September 2025. Persediaan barang kebutuhan pokok telah habis atau akan habis dalam beberapa minggu ke depan.
Situasi Gaza saat ini jauh lebih buruk dibanding laporan IPC sebelumnya pada Oktober 2024. Gaza kini menjadi wilayah dengan jumlah penduduk kelaparan terbesar di dunia.
1. Anak-anak terancam malnutrisi akut
Anak-anak menjadi kelompok paling rentan dalam krisis kemanusiaan di Gaza. Sekitar 71 ribu anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan mengalami malnutrisi akut hingga April 2026. Tingkat malnutrisi di Gaza Utara, Gaza, dan Rafah diprediksi mencapai level kritis antara Mei dan akhir September 2025.
"Kelaparan dan malnutrisi akut sudah menjadi kenyataan sehari-hari bagi anak-anak di seluruh Jalur Gaza. UNICEF telah menangani 11 ribu anak penderita malnutrisi akut sejak awal 2025," tutur Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF, dilansir Middle East Eye.
Organisasi Save the Children melaporkan lebih dari 93 persen anak Gaza (sekitar 930 ribu anak) berada pada risiko kelaparan kritis. Otoritas kesehatan Gaza menyatakan setidaknya 57 orang telah meninggal akibat kelaparan.
2. Blokade sebabkan lonjakan harga pangan
Blokade Israel sejak Maret lalu mengakibatkan Gaza masuk situasi krisis pangan parah. Israel melarang semua bantuan masuk dengan alasan untuk menekan Hamas membebaskan sandera yang tersisa.
Harga pangan di Gaza melonjak drastis akibat blokade. Laporan IPC mencatat kenaikan harga tepung terigu mencapai 3 ribu persen sejak Februari lalu. Harga tepung kini berkisar antara 235 dolar AS (sekitar Rp3,8 juta) hingga 520 dolar AS (sekitar Rp8,5 juta) per 25 kg, dilansir Relief Web.
"Kelaparan ini disenangaja dan dibiarkan terjadi. Kami melihat anak-anak kekurangan gizi yang bahkan terlalu lemah untuk menangis. Di salah satu kamp, hanya 5 dari 500 keluarga yang punya tepung tersisa," ujar Mahmoud Alsaqqa, koordinator ketahanan pangan Oxfam, dilansir Middle East Eye.
Infrastruktur pangan Gaza kini lumpuh total. Semua tempat pembuatan roti yang didukung WFP tutup sejak April karena kekurangan bahan. Pasokan untuk 177 dapur umum juga habis. Banyak keluarga terpaksa mengumpulkan sampah untuk dijual demi membeli makanan, dilansir BBC.
3. IPC desak pembukaan akses bantuan kemanusiaan
Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan lebih dari 116 ribu ton pangan tertahan di perbatasan Gaza. Jumlah itu cukup untuk memberi makan satu juta orang selama empat bulan. WFP sendiri telah kehabisan stok pangan sejak April lalu.
"Keluarga di Gaza kelaparan sementara makanan yang mereka butuhkan tertahan di perbatasan. Jika kita menunggu sampai kelaparan terkonfirmasi, itu sudah terlambat bagi banyak orang," kata Cindy McCain, Direktur Eksekutif WFP.
Rencana distribusi bantuan yang diumumkan Israel pada 5 Mei dinilai tidak memadai oleh IPC. Badan-badan kemanusiaan menolak rencana tersebut karena dianggap menjadikan bantuan sebagai alat kontrol politik.
IPC mendesak tindakan segera untuk mencegah kematian dan malnutrisi akut lebih lanjut. Langkah yang diusulkan meliputi penghentian konflik, pembukaan akses bantuan tanpa hambatan, pemulihan layanan penting, dan penyediaan bantuan bagi semua yang membutuhkan.