Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden Terancam Pembunuhan, Ekuador Umumkan Darurat Nasional

Presiden Ekuador, Daniel Noboa Azin. (flickr.com/presidenciaecuador)

Jakarta, IDN Times - Ekuador menetapkan situasi darurat menyusul rencana pembunuhan kepada Presiden terpilih, Daniel Noboa Azin, dan anggota kabinetnya. 

"Kami mengecam segala bentuk intensi untuk merencanakan pembunuhan kepada Presiden Republik Ekuador dan pejabat pemerintahan. Peringatan darurat maksimum sudah diterapkan," terangnya pada Sabtu (19/4/2025), dikutip dari Le Monde

Pekan lalu, Noboa kembali terpilih sebagai presiden di Ekuador untuk periode kedua. Namun, lawannya, Luisa Gonzalez mengklaim terdapat kecurangan dalam penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres). 

1. Tuduh oposisi bekerja sama dengan organisasi kriminal di Ekuador

Pemerintah Ekuador menyebut bahwa organisasi kriminal bekerja sama dengan pihak yang kalah dalam pilpres untuk melancarkan aksi kekerasan dan terorisme di Ekuador. 

"Kelompok kriminal akan bekerja sama dengan politikus yang kalah dalam pilpres untuk menciptakan kekerasan, ketakutan, dan teror di Ekuador. Aksi ini tidak hanya merusak stabilitas pemerintahan, tapi juga berniat melanggar demokrasi, kedaulatan, dan perdamaian di Ekuador," tuturnya, dikutip EFE

Pemerintah setempat memastikan aparat keamanan akan merespons segala bentuk serangan dengan kekuatan penuh dan cepat. Pihaknya mengklaim bahwa ancaman ini adalah sebuah ujian untuk ketahanan negara. 

Sementara itu, Noboa yang sedang berada di Florida, Amerika Serikat (AS), diperkirakan kembali ke Ekuador Selasa pekan depan. 

2. Meksiko tepis tuduhan terlibat dalam rencana terorisme di Ekuador

Kementerian Luar Negeri Meksiko menepis tuduhan memiliki kaitan dengan rencana terorisme dan pembunuhan kepada Daniel Noboa dan pejabat pemerintahan Ekuador.

"Kami menolak tuduhan bertubi-tubi dan penciptaan narasi dari pejabat publik dan kebocoran dokumen yang menghubungkan dengan Meksiko dengan terduga pelaku kriminalitas dan perusak keamanan di dalam Ekuador," tuturnya. 

Komentar ini berdasarkan dugaan dari militer Ekuador yang menyebut Meksiko dan beberapa negara lain mengirimkan pembunuh bayaran ke Ekuador untuk melakukan pembunuhan kepada Noboa. 

Meksiko menambahkan, pemutusan hubungan diplomatik dengan Ekuador disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan otoritas Ekuador di Kantor Kedutaan Besar Meksiko pada April 2024. 

3. Venezuela tolak terlibat dalam pencurian dokumen pilpres Ekuador

Bendera Venezuela. (Johanna Itriago, CC BY-SA 3.0 , via Wikimedia Commons)

Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil, menampik tudingan dari Ekuador terkait pengambilan dokumen pilpres di Ekuador yang dilakukan oleh agen Badan Intelijen Nasional Venezuela (Sebin).

"Sekarang terlihat bahwa dalam pengungkapan mafia di Ekuador ini terlihat bahwa mereka berusaha mencuri demokrasi dan mempersekusi seseorang dan menjual kedaulatan negara. Ini sangat disayangkan dan pernyataan ini hanya berfungsi mengalihkan isu," ungkapnya. 

Sebelumnya, Ekuador menuduh insiden pencurian tujuh dokumen pilpres ini dilakukan oleh salah seorang anggota Sebin. Mereka mencuri dokumen dari kendaraan perusahaan DHL dan berencana mengirimkannya ke Kedutaan Besar Swiss. 

Melansir CNN, DHL mengungkapkan bahwa keamanan pekerjanya dan pelanggannya adalah prioritas utama. Pihak perusahaan menolak memberikan informasi pelanggan dan pengiriman untuk mengamankan privasi pelanggan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us