Sapi Brasil Akan Dipasangi Chip untuk Lindungi Hutan Amazon

- Jutaan sapi di Para akan dipasangi chip pelacak
- Program berjalan lambat dan mengancam peternak kecil
- Peternakan sapi jadi penyebab utama deforestasi Amazon
Jakarta, IDN Times - Peternak Brasil berjuluk 'Raja Sapi', Roque Quangliato, mendukung upaya perbaikan peternakan sapi di Amazon yang selama ini menjadi salah satu faktor kuat penggundulan hutan. Peternakan miliknya pernah lekat dengan isu deforestasi.
Brasil punya rencana ambisius untuk menghentikan perusakan Amazon dengan memasang chip pada jutaan sapi dan mengubah citra buruk mereka akibat para peternak nakal yang mengubah hutan menjadi padang rumput.
Kebijakan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan peternakan saat ini yang berada di bawah tekanan pasar ekspor global. Banyak negara maju, seperti Eropa dan Amerika Serikat, sangat memperhatikan isu lingkungan sehingga tidak mau membeli daging dari hasil penggundulan hutan.
1. Jutaan sapi di Para akan dipasangi chip pelacak
Negara bagian Para, yang menjadi lumbung ternak Brasil, menargetkan seluruh hewan ternaknya akan ditandai dengan chip di bagian telinga pada 2027. Chip ini akan berfungsi sebagai alat pelacak yang krusial bagi pemerintah Brasil dalam mengekspor daging sapi.
Dengan teknologi ini, penegak hukum dapat memverifikasi asal-usul ternak dan memastikan rantai pasokan daging benar-benar bersih dari peternakan yang dibuka di atas lahan hasil penebangan liar.
Quagliato menjadi salah satu pelopor yang menerapkan program ini pada ternaknya. Ia berharap upaya ini akan menaikkan harga jual di pasar internasional.
Analis pasar senior di S&P Global, Renan Araujo, mengatakan bahwa sistem keterlacakan ini akan menjadi langkah kunci bagi Brasil untuk membuka pasar seperti Jepang dan Korea Selatan. Namun, program ambisius ini menghadapi tantangan berat.
2. Program berjalan lambat dan mengancam peternak kecil
Meskipun berpotensi membuka peluang besar, kebijakan ini menimbulkan kecemasan di kalangan peternak kecil. Salah satunya adalah Alaion Lacerda, peternak kecil dengan 50 sapi, yang takut aturan baru ini akan mempersulit menjual hewan ternaknya.
"Itu membuat kami takut. Kami tinggal di wilayah yang hampir semua produsennya menanggung kewajiban," katanya.
Sementara itu, peternak besar juga dapat terkena imbasnya. Banyak yang menunda menjalankan kebijakan tersebut karena takut terkena hukuman akibat membeli anak sapi muda dari pemasok kecil yang menebang hutan secara ilegal.
Situasi semakin rumit karena sekitar setengah hewan ternak di Para diperkirakan merumput di area hutan hujan yang ditebang secara ilegal.
Semenara itu, hingga kini baru sekitar 12 ribu ekor sapi yang telah ditandai di Para, angka yang jauh dari total hewan ternak di Para. Banyak peternak lokal juga menolak kebijakan tersebut karena khawatir bangkrut, serta skeptis target pemerintah akan tercapai.
3. Peternakan sapi jadi penyebab utama deforestasi Amazon
Brasil berada di posisi teratas sebagai pengekspor daging sapi terbesar di dunia, dengan mengirim ke lebih dari 150 negara. Namun, tingginya permintaan itu juga berhubungan dengan tingginya penggundulan hutan di Amazon, yang kini telah mencapai titik kritis dan mengkhawatirkan.
Dilansir The Guardian, dilaporkan pada 2023 lebih dari 800 juta pohon ditebang dalam enam tahun terakhir hanya untuk memenuhi permintaan daging sapi global. Terdapat 1,7 juta hektare hutan Amazon yang hancur, yang letaknya berada di dekat pabrik daging yang mengirim daging sapi ke seluruh dunia.
Marcel Gomes, sekretaris eksekutif Repórter Brasil, mengatakan sekitar 65 persen penggundulan hutan di wilayah Amazon disebabkan oleh peternakan sapi. Penggundulan itu bertujuan untuk membuka lahan ladang rumput untuk hewan ternak.