Ketika Seskab Teddy Sensi Tanggapi Isu Status Bencana Nasional Sumatra

- Teddy merespons kritik terkait penanganan bencana di Sumatra dengan menjelaskan bahwa pemerintah sudah menangani bencana dengan skala nasional sejak awal.
- Presiden Prabowo menginstruksikan Menko PMK untuk memobilisasi kemampuan pemerintah semaksimal mungkin, termasuk pengiriman helikopter dan pesawat ke Sumatra.
- Presiden Prabowo telah berkunjung beberapa kali ke Sumatra dan memastikan bahwa pemerintah bersama warga sudah berjuang keras mengevakuasi warga dan memulihkan daerah terdampak.
Jakarta, IDN Times - Bencana di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, telah memakan lebih dari seribu korban jiwa dan ratusan ribu lainnya terdampak. Lebih dari tiga pekan bencana berlalu, tapi status sebagai bencana nasional di pulau Sumatra belum juga diumumkan. Masyarakat berharap pemerintah menetapkan bencana Sumatra sebagai bencana nasional.
Pemerintah beralasan, mereka sudah menanggulangi bencana Sumatra dengan sekala nasional. Kementerian dan lembaga sudah dikerahkan semaksimal mungkin, untuk mengatasi bencana ini. Alih-alih memenuhi harapan masyarakat, pemerintah justru 'marah' ketika dipertanyakan soal status tersebut.
Seperti terlihat pada sikap Sekretaris Kabinet (Seskab), Teddy Indra Wijaya, dalam jumpa pers di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025. Dia merespons berbagai kritik kepada pemerintah yang dianggap lambat dalam menangani bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Termasuk soal tuntutan agar bencana Sumatra berstatus menjadi bencana nasional.
Didampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Menteri Pekerjaan Umum Doddy Hanggodo, KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak, Teddy menanggapi terkait beberapa isu yang berkembang terkait penanganan bencana Sumatra. Suasana menjadi tegang dan hening.
1. Wajah Teddy tampak memerah saat menjawab pertanyaan jurnalis

Teddy yang mendapat giliran berbicara paling buncit, setelah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kapolri, dan beberapa menteri, menyampaikan perihal penanganan bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar, dengan nada tegas dan sedikit parau.
"Ini masih live, ya? Masih," ujar Teddy, seraya menoleh ke arah Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi yang duduk di samping kananya, serta mengetuk miks dengan jari telunjuk kanannya, sebelum memulai berbicara.
"Izin Pak Menko (Menko PMK Pratikno) dan bapak-bapak sekalian," sambungnya.
"Saya ingin menyampaikan beberapa poin, dan sekaligus menjawab beberapa pertanyaan tadi," ujar Teddy.
Pertama, kata Teddy, mengenai anggapan pemerintah lambat dalam menangani bencana di Sumatra. "Saya mau cerita begini, sejak tanggal 24, 25, 26 November itu hujan, di tiga lokasi, ya. Kemudian puncaknya di 25 dan 26. Pak Kepala BNPB langsung ke lokasi, saat itu beliau posisisnya sedang di Lumajang (Jawa Timur). Kenapa? Karena kita ada bencana juga, saudara-saudara kita di Lumajang. Erupsi Semeru, ok."
Teddy melanjutkan, seluruh petugas yang di lapangan seperti Basarnas, prajurit TNI, Polri, BNPB, BPBD (Badan Penanggulan Bencana Daerah), langsung ke lokasi bencana Sumatra. Mereka bekerja tanpa disorot kamera.
"Kemudian Bapak Presiden, kami langsung menghubungi Bapak Gubernur Sumatra Utara, dengan sambungan telepon, Beliau saat itu lagi di bandara mau ke Silangit. Kemudian menelpon Bupati Tapanuli Selatan Gus Irawan, tersambung juga. Kemudian menghubungi juga Bupati Tapanuli Tengah Pak Masinton, dia tidak tersambung, tapi via WA (WhatsApp) tersambung, dan kepala daerah lainnya," ujar Teddy.
2. Presiden menginstruksikan Menko PMK maksimalkan penanganan di Sumatra

Pada hari yang sama, Teddy melanjutkan, Presiden Prabowo menginstruksikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, untuk mengkoordinasikan dan memobilisasi kemampuan pemerintah semaksimal mungkin.
"Langsung ke sana, ok," ujar Teddy bernada ketus.
Kemudian, pada 27 November 2025, seluruh helikopter yang ada di pulau Sumatra bergerak ke Padang, Medan, dan Aceh. Begitu juga seluruh pesawat dan helikopter yang ada di Pulau Jawa, juga dikerahkan ke Sumatra.
"Dari Jawa, helikopter butuh 13 sampai 15 jam terbangnya. Kemudian di tanggal 27 juga beberapa heli sampai ke Aceh. Angkat genset PLN, angkat logistik. Sama, tidak ada media di situ, tidak ada kamera. Kemudian di tanggal itu juga, semua kekuatan TNI-Polri, warga, mungkin ada sekitar 7 ribu pasukan di situ, semua sudah bergerak di situ, evakuasi warga, penanganan, di hari kedua bencana," ujar Teddy.
Kemudian pada 28 November 2025, kata Teddy, ada pelepasan 4 pesawat dan 15 helikopter ke Sumatra. Barulan, kata dia, pemerintah mengundang media.
"Jadi itu sejak hari pertama, saya pastikan sudah berjuang keras, secepat mungkin di sana, ya," kata dia.
"Dan sampai sekarang totalnya sudah sekitar 80 helikopter, pesawat, gabungan TNI, Polri, swasta, dibantu Susi Air, dibantu rekan-rekan semua. Sampai sekarang, setiap harinya," lanjut Teddy.
3. Presiden berkunjung berkali-kali ke Sumatra

Dalam pemaparan yang cukup panjang itu, Teddy juga menyebut, Presiden Prabowo pada hari kelima atau keenam mengunjungi korban terdampak bencana Sumatra.
"Diikuti Bapak Wapres, dan menteri-menteri lainnya," ujar Teddy.
"Pak Mendagri ke Pidie, Pak Menhan ke Pidie. Pak Panglima, Pak Kapolri tentu saja. Pak Menkes ke Sumbar, dan lain sebagainya," ujar Teddy, kembali menundukan kepala melihat catatan.
Kemudian pada 30 November 2025, hampir seluruh daerah terdampak yakni 52 kabupaten, jalurnya terputus. Listriknya padam.
"Nah, dari tanggal 30 itu dari 52 kabupaten sedikit demi sedikit jalannya tersambung, nyalalah listrik. Gimana bisa nyambung? Gimana bisa nyala? Ya semuanya kita ini, termasuk warga setempat sama-sama menyambung jalan, petugas PLN mengangkut di tengah gunung, di tengah hujan, tanpa kamera," ujar Teddy dengan suara berat.
"Jadi yang mau saya tekankan di sini, ayo sama-sama bantu, saling dukung, ya. Di hari kelima Bapak Presiden sudah ke sana, dan saat ini Bapak Presiden sudah tiga kali ke Aceh, ke enam kabupaten. Ke Sumatra Utara dua kali, Sumatra Barat dua kali. Masing-masing empat kabupaten, Bapak Wapres juga demikian, sudah dua kali ke sana, masih aja, Bapak Presiden ke Aceh tenggara, langsung menijau jembatan yang putus, ke pengungsian," sambung menteri yang mengenakan kemeja putih itu.
"Orang bilang, jangan ke sana Pak, jangan ke pengungsian aja, bikin jembatan pak. Bapak Presiden ke Bireun, bikin jembatan di sana, dalam seminggu tersambung. Udah jembatan jadi, orang bilang, rapat pak di sana, rapat di sana Bapak Presiden di Banda Aceh, bawa seluruh menteri, hampir 15, dan perangkatnya," lanjut Teddy.
Kemudian, kata Teddy, ada pihak yang meminta Presiden mendatangi daerah terdampak terparah agar terbuka jalur daratnya. Datang lagi Prabowo ke Aceh Tamiang. Kemudian, mendengar lagi masukan agar Presiden mendatangi Aceh tengah yang tidak bisa ditembus jalur darat.
"Bapak Presiden datang lagi ke Bener Meriah dan ke Takengon. Jadi yang mau saya sampaikan di sini, sejak hari pertama, detik pertama, pemerintah bersama warga sudah berjuang keras mengevakuasi warga dan bagaimana caranya agar ini segera pulih. Itu yang pertama," tegas Teddy.
4. Teddy menegaskan soal status bencana nasional di Sumatra

Penjelasan Teddy belum tuntas. Dia melanjutkan pemaparannya di hadapan puluhan jurnalis itu. Utamanya perihal status bencana nasional di Sumatra, yang selama ini ditunggu-tunggu masyarakat. Dia menegaskan pemerintah sejak hari pertama penanganan, sudah menerapkan penanganan dengan skala nasional.
"Jadi begini, bencana ini ada di tiga provinsi. Ketinganya itu terdampak. Tapi mungkin satu dua minggu ini, semua fokusnya hanya ke Aceh, sejak hari pertama tanggal 26 (November 2025), pemerintah sudah melakukan penanganan dengan skala nasional di tiga provinsi, langsung mobilisasi nasional," kata dia.
"Mari langsung ke substansinya. Sudah ada 50 ribu lebih di sana TNI, Polri, Basarnas, dan relawan-relawan banyak sekali, di minggu minggu pertama ada 26 ribu seperti yang disebut Pak KSAD," sambung Teddy.
Teddy juga menanggapi soal isu jika tidak ditetapkan status bencana nasional tidak mendapat anggaran dari pemerintah pusat. Dia menegaskan, Presiden Prabowo sejak awal sudah menjawab isu ini, bahwa pemerintah pusat akan mengeluarkan anggaran Rp60 triliun secara berangsur, untuk membangun kembali wilayah terdampak bencana Sumatra.
"Rumah sementara, rumah tetap, fasilitas semua, gedung DPRD, kecamatan juga, dan juga 52 bupati, wali kota juga diberikan uang cahs di hari itu, gitu. Bula ada kebutuhan lain, disampaikan, pasti dikasih juga. Dan tentunya bantuan segala macem sudah masuk ke kabupaten itu," ujar Teddy, dengan mulut berbusa-busa.
Selain itu, Teddy juga menanggapi isu jika tidak berstatus bencana nasional, daerah terdampak tidak akan mendapat sarana dan prasarana dari pemerintah pusat.
"Sudah dijawab juga di lapangan, 100 lebih pesawat, kapal, helikopter, sudah ke sana. Ada alat berat dari PU (Pekerjaan Umut) mungkin totalnya 1000, di angkut dari Indonesia di mana pun ke sana," ujar Teddy dengan tangan kirinya bergetar.
"Kemudian kalau tidak bencana nasional, pemulihan semua infrastruktur hanya di daerah. Semua sudah digerakkan ke sana, perlu waktu, makanya kita sama-sama, jembatan banyak putus, jalan banyak putus, berangsur-angsur disambung. Sudah dibuktikan dalam seminggu, satu sampai 10 sudah jadi," sambungnya.
Semua pihak, kata Teddy, terlibat. Bahu-membahu memulihkan daerah terdampak. Dia berharap semua saling mendukung untuk pemulihan di Sumatra.
Teddy mengakui memang belum semua daerah pulih atau menerima bantuan. "Makanya ayok sama-sama, bahu membahu, kalau niat bantu, ayo."
"Kalau Anda ke sana, ke lokasi, belum ada yang mendapat logistik, sampaikan ke petugas. Sampaikan ke TNI, Polri, Basarnas, pak ini belum dapat logistik, pasti langsung dikerjakan, ya," lanjut dia.
Teddy menyebut masyarakat yang ingin menyampaikan informasi bisa disampaikan kepada aparat atau pejabat pemerintah daerah setempat, mulai bupati, wali kota, hingga gubernur.
Terakhir, Teddy menyampaikan, semua aparat pemerintah baik yang di lapangan maupun di pemerintah pusat, serta relawan terus bekerja keras menangani pemulihan bencana di Sumatra.
"Baik yang terlihat di depan kamera maupun tidak, dan juga mungkin yang tidak lagi terlihat sekarang," ujar dia.
"Semuanya berjuang keras, secepat mungkin sejak hari pertama, bagaimana caranya agar ini segera pulih. Jadi kalau ada saudara-saudara dianugerahkan Tuhan punya pengaruh besar atau kecil, punya kemampuan berbicara dengan panjang lebar, gunakanlah dengan bijak," kata Teddy, dengan wajah sinis.
"Bukan sebaliknya, memperumit," kata dia.
Teddy mengingatkan kepada semua pihak agar menyampaikan pernyataan maupun pertanyaan dengan bijak terkait masukan untuk pemulihan Sumatra. Dia meminta agar tidak menggiring seolah pemerintah tidak kerja. Petugas-petugas di lapangan tidak kerja.
"Di sini semua butuh kerja sama dan kekompakkan, energi positif. Banyak kok yang datang ke lokasi, betul-betul membantu, pak di sana kurang, sampaikan kepada petugas, yuk sama-sama pak, saya ada ini. Ya itu. Kalau niat bantu, ayo sama-sama," kata Teddy, dengan mulut semakin berbusa.
"Timbulkan tertawa, senyum, timbulkan keyakinan, ok. Saya rasa itu. Sekali lagi, ayo bantu, saling jaga, saling dukung, sebarkan energi positif. Terima kasih. Waassalaamualaikum warahmatullahiwabarakatuh," tutup Teddy.
Prasetyo menutup acara jumpa pers ini dengan mengajak semua pihak untuk sama-sama mendukung pemulihan di Sumatra. Tak lupa, dia juga mengucapkan terima kasih kepada awak media dan semua masyarakat yang telah mendukung pemulihan Sumatra.


















