Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribuan Warga Gaza Tidur di Luar karena Kehilangan Tempat Tinggal

reruntuhan di Kota Gaza. (unsplash.com/mhmedbardawil)

Jakarta, IDN Times - Kantor Media Pemerintah Gaza pada Senin (3/2/2025) menyerukan kepada para donor dan lembaga bantuan internasional agar memprioritaskan pengiriman tenda serta tempat penampungan sementara. Ribuan keluarga Palestina dilaporkan terpaksa tidur di ruang terbuka di tengah suhu dingin karena kehilangan tempat tinggal.

Melansir TRT World, Palestina memperkirakan kebutuhan dana darurat sebesar 6,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp106 triliun. Dana ini dibutuhkan untuk menyediakan tempat tinggal sementara bagi lebih dari 2 juta penduduk Gaza.

Perjanjian gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir mensyaratkan masuknya 60 ribu hunian sementara dan 200 ribu tenda ke Gaza. 

1. Israel dituduh menghambat distribusi bantuan

Otoritas Gaza menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan membatasi arus bantuan yang masuk ke wilayah tersebut. Laporan pada 23 Januari menunjukkan hanya 861 dari 1.200 truk bantuan yang direncanakan berhasil mencapai Gaza utara sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari.

Melansir Anadolu Agency, protokol kemanusiaan dalam kesepakatan gencatan senjata mewajibkan Israel mengizinkan masuknya 600 truk bantuan setiap hari. Sebanyak 50 di antaranya membawa bahan bakar dan gas serta peralatan medis untuk memulihkan layanan dasar di Gaza.

"Israel menghalangi dan menunda pelaksanaan perjanjian, memperburuk krisis kemanusiaan dan penderitaan warga sipil di Jalur Gaza," ujar Kantor Media Pemerintah Gaza, dilansir Al Jazeera.

Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan lonjakan bantuan pangan ke Gaza mencapai tiga kali lipat dibandingkan sebelum gencatan senjata. Namun, pembatasan Israel masih berlaku terhadap barang-barang yang dianggap memiliki potensi penggunaan ganda untuk keperluan sipil dan militer, termasuk tenda.

2. Warga Palestina pulang ke rumah yang sudah jadi reruntuhan

Lebih dari setengah juta warga Palestina telah kembali ke Gaza utara setelah gencatan senjata tercapai bulan lalu. Mayoritas dari mereka hanya bisa membawa barang seadanya yang bisa dibawa dengan berjalan kaki.

Salah satunya Imad Turk, seorang pengusaha Gaza, menemukan rumah dan pabrik kayunya di Gaza rata dengan tanah akibat serangan udara Israel.

"Saya kembali ke Gaza dan menemukan rumah saya hancur, tidak ada tempat lain untuk tinggal, tidak ada tenda, tidak ada karavan, bahkan tidak ada tempat yang bisa kami sewa karena sebagian besar kota sudah hancur," kata Turk. 

Pembersihan puing-puing dinilai menjadi prioritas mendesak karena diperkirakan lebih dari 10 ribu jenazah masih terkubur di bawahnya. Utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, memperkirakan pembangunan kembali Gaza bisa memakan waktu 10 hingga 15 tahun.

Sementara itu, Hamas telah bergerak cepat mengambil kendali Gaza setelah gencatan senjata mulai berlaku bulan lalu.

3. Dukungan internasional mengalir untuk Gaza

sudut Kota Gaza. (unsplash.com/emad_el_bayed)

Alat berat dilaporkan sudah siap sedia di perbatasan Gaza-Mesir mulai Selasa (4/2/2025). Peralatan tersebut akan digunakan untuk membersihkan jutaan ton puing-puing yang tersisa akibat perang.

Beberapa negara seperti Mesir, Qatar, Yordania, Turki, dan China menyatakan kesiapan membantu Gaza. Namun, pejabat Palestina menilai Israel masih menjadi penghalang utama masuknya bantuan ke wilayah tersebut.

Gencatan senjata tahap pertama yang berlangsung 42 hari akan berakhir pada 1 Maret. Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan 33 sandera Israel dan hampir 2 ribu tahanan Palestina.

Kesepakatan tahap kedua gencatan senjata masih dalam proses negosiasi. Tahap ini akan mencakup penarikan tentara Israel dari Gaza dan pembebasan seluruh sandera yang tersisa. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us