Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Puji Strategi Keamanan AS yang Baru, Mulai Akur?

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Strategi AS dinilai selaras dengan visi Rusia
  • Rusia menyambut baik penyesuaian kebijakan AS yang dianggap positif untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
  • Namun, Kremlin memperingatkan adanya risiko sabotase dari dalam AS.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Rusia menyambut baik dokumen Strategi Keamanan Nasional (NSS) terbaru yang dirilis Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Perubahan kebijakan Washington tersebut dinilai selaras dengan visi Rusia dalam memandang tatanan global saat ini.

Dokumen setebal 33 halaman itu tidak lagi menempatkan Rusia sebagai ancaman utama AS. Sementara itu, AS memperingatkan peradaban Eropa tengah mengalami kemunduran.

1. Strategi AS dinilai selaras dengan visi Rusia

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menilai penyesuaian kebijakan AS selaras dengan sebagian pandangan Rusia. Pihaknya menganggap perubahan strategi ini sebagai langkah positif untuk memperbaiki hubungan kedua negara.

Peskov juga menyoroti poin penting dalam strategi itu yang mengakhiri persepsi NATO sebagai aliansi yang terus berekspansi. Selama ini, Rusia selalu menentang perluasan keanggotaan NATO ke wilayah timur Eropa dengan alasan keamanan nasional.

Namun, Kremlin memperingatkan adanya risiko sabotase dari dalam AS. Peskov menilai akan ada kelompok di AS yang akan mencoba menjegal visi Trump tersebut.

"Penyesuaian yang kami lihat sesuai dengan visi kami dalam banyak hal. Namun, kami sadar bahwa posisi 'deep state' di AS mungkin berbeda dengan strategi keamanan baru Presiden Trump," ujar Peskov pada Minggu (7/12/2025), dilansir The Guardian.

2. AS sebut peradaban Eropa semakin tergerus

Dokumen NSS tersebut memuat kritik tajam terhadap sekutu tradisional AS di Eropa. Washington menyebut peradaban Eropa sedang tergerus akibat kebijakan migrasi dan regulasi yang mencekik. AS bahkan memprediksi Eropa akan menjadi wilayah yang tidak bisa dikenali dalam kurun waktu 20 tahun atau kurang.

Pemerintahan Trump juga menuding Uni Eropa melakukan pembungkaman terhadap kebebasan berbicara. AS menilai beberapa negara Eropa telah mengabaikan keinginan rakyatnya akan perdamaian.

Lebih lanjut, AS mendorong sekutu politiknya di Eropa untuk mempromosikan kebangkitan semangat identitas Barat. Dokumen itu secara terbuka menyampaikan dukungan terhadap partai-partai patriotik Eropa yang sering kali terasosiasi gerakan sayap kanan.

Beberapa pejabat Eropa mengecam isi dokumen ini karena dinilai mengadopsi narasi-narasi Kremlin. Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, menilai isu kebebasan berekspresi dan organisasi masyarakat tidak seharusnya masuk dalam strategi keamanan aliansi.

3. AS tuduh Uni Eropa menghambat perdamaian di Ukraina

Perilisan strategi ini terjadi di tengah upaya AS untuk mendorong kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Dokumen tersebut menegaskan bahwa AS memiliki kepentingan untuk mengakhiri konflik dan menyalahkan Uni Eropa karena dianggap menghambat upaya perdamaian.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dinlai sedang berada dalam posisi sulit dan telah menjadwalkan pertemuan dengan pemimpin Inggris, Prancis, dan Jerman. Zelenskyy berupaya mencari jaminan keamanan dari sekutu Eropa di saat AS mulai menekan Kiev untuk merelakan wilayahnya yang direbut Rusia.

Selain isu Eropa, strategi baru ini juga menandai pergeseran fokus AS kembali ke dominasi di Belahan Bumi Barat. Trump ingin memperkuat Doktrin Monroe untuk mencegah pengaruh asing, memerangi perdagangan narkoba, dan mengamankan aset strategis di kawasan Amerika Latin.

"Hari-hari di mana Timur Tengah mendominasi kebijakan luar negeri Amerika, baik dalam perencanaan jangka panjang maupun eksekusi sehari-hari, untungnya telah berakhi," bunyi dokumen tersebut, dilansir Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Kunjungi Pidie Jaya Aceh, Cucun Dorong Percepatan Hunian Sementara

11 Des 2025, 08:15 WIBNews