Rusia Tolak Upaya Perdamaian yang Diinisiasi Swiss

Jakarta, IDN Times – Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gennady Gatilov, menganggap Swiss tidak layak untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi perdamaian Rusia dan Ukraina. Gatilov menganggap Swiss kini tidak lagi netral.
”Rusia tidak melihat adanya kemungkinan bahwa Swiss akan memimpin dan menyelenggarakan pertemuan puncak perdamaian,” kata Gatilov pada pertemuan di Jenewa, Selasa (26/3/2024), dilansir Anadolu.
Kendati demikian, Dubes Rusia itu tidak menolak segala upaya perdamaian. Hanya saja, Rusia tidak akan ambil bagian dalam pertemuan tersebut.
1. Mengupayakan perdamaian Rusia-Ukraina

Awal tahun ini, Swiss mengatakan pihaknya bisa menjadi tuan rumah untuk pertemuan puncak perdamaian perang Rusia dan Ukraina di Jenewa.
Pada pertemuan itu, Swiss juga berencana untuk mengikutsertakan negara-negara anggota BRICS dan negara-negara dari dunia selatan.
Menteri Luar Negeri Swiss, Ignazio Cassis, mengatakan rincian usulan konferensi perdamaian Ukraina, yang rencananya akan berlangsung pada musim panas, masih belum jelas.
2. Swiss jatuhkan sanksi ke Rusia

Pertemuan yang diinisiasi Swiss itu ditolak oleh Rusia, sebab kini negara itu dilihat tidak lagi netral. Ketidaknetralan Swiss terlihat dari tindakan negara itu dalam mengadopsi sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.
Swiss diketahui ikut membekukan 8,52 miliar dolar AS aset keuangan milik Rusia. Mereka bahkan menyebut aset tersebut sebagai "uang curian".
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Selasa mengatakan ketidakikutsertaan Rusia dalam pertemuan itu tidak akan menyelesaikan masalah kedua pihak.
“Dapatkah masalah Ukraina diselesaikan tanpa partisipasi Rusia? Jawabannya jelas, tidak bisa,” kata Peskov, dilansir Reuters.
3. Putin sebut Ukraina sebagai antek Barat

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan bahwa Ukraina selama ini hanya mengikuti perintah negara Barat dalam menjalankan perangnya bersama Rusia.
”Anda hanya perlu mengikuti perintah kurator Barat Anda, berjuang sampai Ukraina terakhir, mematuhi perintah dari Washington dan mengadopsi undang-undang baru tentang mobilisasi,” ungkapnya.
Perang Rusia dan Ukraina kini telah memasuki tahun ke dua sejak konflik dimulai. Belum ada tanda-tanda konflik akan berakhir.