Ukraina Sebut Rusia Manfaatkan Teritori Dudukan untuk Campuri Pilpres

- Zelenskyy minta keamanan pilpres Ukraina harus terjamin
- Ukraina mau adakan referendum jika Rusia setuju gencatan senjata selama 60 hari
- Rusia menganalisis proposal rencana perdamaian di Ukraina
Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyebut bahwa Moskow berencana mengakses suara lewat warga Ukraina yang berada di teritori dudukan Rusia. Menurutnya, Rusia akan mempertanyakan legitimasi pemilihan presiden (pilpres) di Ukraina.
“Rusia akan sengaja mengangkat isu banyaknya warga yang tinggal di area dudukan dan punya hak untuk memilih. Mereka kemudian akan mengklaim pilpres tidak sah dan tidak mau mengakuinya,” tuturnya, dikutip dari United24, Minggu (28/12/2025).
Presiden Ukraina itu menyampaikan bahwa Ukraina memiliki garis merah untuk mengakhiri perang. Kiev mengaku tidak akan mengakui teritori Ukraina di bawah dudukan Rusia dalam kondisi apapun.
1. Zelenskyy minta keamanan pilpres Ukraina harus terjamin
Zelenskyy mengungkapkan bahwa pilpres di Ukraina harus dilakukan dengan jaminan keamanan. Menurutnya, kondisi saat ini belum memungkinkan karena rentetan serangan Rusia ke Ukraina.
“Harus ada perlindungan terhadap udara dan keamanan di seluruh teritori Ukraina. Setidaknya, keamanan harus dipastikan selama berlangsungnya pilpres dan referendum di Ukraina,” paparnya.
Presiden keenam Ukraina itu mengatakan pilpres tak bisa diselenggarakan tanpa adanya jaminan keamanan. Ia menyebut, Rusia harus setuju untuk menciptakan infrastruktur yang aman saat pilpres dan referendum.
2. Ukraina mau adakan referendum jika Rusia setuju gencatan senjata selama 60 hari
Pada saat yang sama, Zelenskyy mengaku berharap dapat menyetujui kerangka perdamaian dengan Presiden Amerika Serikat (AS). Ia mengaku Rusia mau adakan referendum di Donbas jika Rusia menyetujui gencatan senjata selama 60 hari.
Menurutnya, proposal perdamaian dari AS saat ini mengenai pakta pembaruan selama 15 tahun saat ini tidak cukup. Zelenskyy mengaku, Ukraina membutuhkan tambahan 15 tahun lagi dan berharap Trump menyetujuinya.
3. Rusia menganalisis proposal rencana perdamaian di Ukraina
Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov mengatakan bahwa masih menganalisis proposal perdamaian di Ukraina. Moskow akan menunjukkan sikapnya setelah analisis sudah diselesaikan.
“Kami menganalisis seperti yang sudah disampaikan Wakil Khusus Rusia, Kirill Dmitriev kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kami menguji material dan bergantung pada keputusan dari kepala negara. Kemudian kami akan melanjutkan komunikasi dengan Amerika,” tuturnya, dilansir Anadolu Agency.
Namun, hingga kini belum ada rencana lanjutan dialog antara AS dan Rusia soal masalah negosiasi damai. Pada akhir pekan ini, lanjutan negosiasi perdamaian di Ukraina akan dilanjutkan di Miami, Florida.

















.jpg)
