Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan Berubah

Biden pendukung kuat Israel

Jakarta, IDN Times – Setelah Presiden terpilih AS, Joe Biden deklarasi menang Pilpres 2020, sejumlah kepala pemerintahan menyampaikan ucapan selamat. Mulai dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, PM Inggris Boris Johnson, Kanselir Jerman Angela Merkel sampai Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

PM Israel Netanyahu tergolong terlambat mengakui kemenangan Biden. Sebelum mengunggah ucapan selamat untuk Biden, Bibi Netanyahu lebih dulu mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja sama Presiden Donald J Trump. “Dari saya dan semua warga Israel, saya berterima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas persahabatan yang hebat yang dia tunjukkan kepada Israel dan saya pribadi,” demikian cuitan Bibi di akun Twitter @IsraeliPM, (8/11/2020).

Sikap skeptis atas kemenangan Biden juga ditunjukkan pihak Palestina, yang selama ini berhadap-hadapan dengan Israel. Selama kepemimpinan Trump, Palestina praktis tidak berharap apa pun dari Gedung Putih berkaitan konflik antara mereka dengan Israel. Pemimpin Palestina, Presiden Mahmoud Abbas, sampai Minggu malam, belum menyampaikan ucapan selamat kepada Biden.

Bagaimana masa depan penyelesaian konflik Palestina-Israel di era Biden?

Baca Juga: Palestina Marah Melihat UEA dan Israel Semakin Mesra

1. Palestina memutus kontak dengan Trump, menuding Gedung Putih pro-Israel

Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan BerubahANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman

Tiga tahun lalu, Presiden Abbas memutus kontak dengan Presiden Trump. Pihak Palestina menuduh administrasi Trump bias, pro-Israel. Terutama setelah keputusan Trump yang mengakui pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem. Trump kemudian memindahkan kantor kedutaan besar AS ke Yerusalem.

“Kami tidak berharap ada transformasi keajaiban, tetapi setidaknya kami berharap kebijakan yang destruktif berbahaya di era Trump, disetop secara total," kata anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hanan Ashrawi, sebagaimana dikutip Reuters (8/11/2020).

Menurut Hanan Ashrawi, pihak AS perlu mengubah posisinya dan membahas isu Palestina berdasarkan legalitas, kesetaraan dan keadilan, dan bukan berdasarkan kepentingan pelobi pro-Israel.

2. Warga di Ramallah senang kekuasaan Trump bakal berakhir

Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan BerubahANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman

Haji Muhammad Imad (57 tahun), pengrajin sepatu di Ramallah, kota utama di Tepi Barat Palestina, menyatakan senang melihat kekalahan Trump. Padahal, selama ini, dia menjual sepatu dengan merek “Trump”, sebuah tanda tidak respek dalam budaya Arab, melihat “nama diinjak-injak”.

Tapi Haji Muhammad juga menyimpan keraguan terhadap pemerintahan Biden. “Kami berharap administrasi AS yang baru akan mengubah kebijakannya berkaitan dengan Palestina. Jangan mendukung okupasi,” kata dia.

PM Netanyahu lewat akun Twitter-nya, secara khusus menyebutkan apresiasi atas pengakuan Trump atas Yerusalem dan dataran tinggi Golan, dukungan AS dalam soal Iran, juga kesepakatan damai yang membawa aliansi Amerika-Israel menguat.

3. Biden mengatakan dia akan mengaktifkan kembali dana untuk Tepi Barat dan Gaza

Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan BerubahPasukan Pertahanan Israel di Perbatasan Israel-Gaza. twitter.com/IDF

Keputusan lain dari Trump yang bikin Palestina kesal adalah memangkas dana, mengurangi anggaran untuk badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berkaitan dengan pengungsi Palestina, juga menutup misi diplomatik Palestina di Washington DC.

Pada Januari 2020, Trump juga publikasi cetak biru Timur-Tengah yang menggambarkan kekuasaan Israel termasuk di Tepi Barat yang saat ini diokupasi Israel. Palestina memperjuangkan wilayah ini menjadi bagian dari negara Palestina merdeka. Hal yang belum terwujud.

Saat kampanye, Biden mengatakan dia akan mengaktifkan kembali pendanaan untuk Tepi Barat dan Gaza.

Sebelumnya, Biden juga pernah menyatakan menentang penyelesaian konstruksi Israel di Tepi Barat dan mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, sebuah formula yang membuka jalan bagi negara Palestina merdeka, berdampingan dengan Israel.

Namun, besar kemungkinan Biden tidak akan mengubah keputusan Trump memindahkan kedubes AS dari Yerusalem balik ke Tel Aviv.

Baca Juga: Menlu Retno: Mendiamkan Israel Berarti Mendukung Penjajahan Palestina

4. Biden mendukung normalisasi hubungan Israel dengan tiga negara Arab

Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan BerubahANTARA FOTO/Andrew Caballero-Reynolds/Pool via Reuters

Palestina juga ragu soal Biden yang mendukung normalisasi hubungan antara Israel dengan tiga negara Arab, yaitu Uni Emirate Arab, Bahrain, dan Sudan. Palestina mengutuk keputusan ini.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mendesak Biden agar, “mengoreksi kebijakan AS yang tidak adil, yang membuat AS jadi mitra dalam ketidakadilan dan agresi.” Hamas adalah organisasi Islam yang mengontrol wilayah Gaza.

Sikap Presiden Abbas yang memilih diam, menambah ketidakjelasan, apakah otoritas Palestina akan kembali menjalin hubungan dengan Gedung Putih atau dengan Israel di era Biden. Analis politik Palestina, Hani al-Masri, mengatakan akan sulit bagi Palestina meneruskan boikot hubungan dengan AS, meskipun ekspektasi terhadap Biden masih rendah.

“Kebijakan Biden mungkin menarik bagi Palestina, tapi dia tidak akan serta merta masuk ke konflik yang ada melihat situasi saat ini, di bawah pemerintahan sayap kanan di Israel, yang bakal jadi hambatan buat dia. Dia (Biden) tidak akan memberikan tekanan ekstra ke Israel,” kata Hani a-Masri.

5. Biden memiliki rekam jejak mendukung Israel

Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan BerubahCalon presiden Amerika Serikat dari Demokrat Joe Biden melambaikan tangan kepada wartawan sebelum masuk ke pesawat kampanye menjelang perjalanan menuju North Carolina, di Bandara Newscastle di Newcastle, Delaware, Amerika Serikat, Minggu (18/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Pada Oktober 1973, Biden yang baru dipilih sebagai senator dari Delaware, berkunjung ke Israel dalam kunjungan ke luar negerinya yang pertama. Dia bertemu PM Golda Meir. 

Laman Aljazeera memuat betapa senator muda ini sangat terkesan dengan penjelasan PM Meir, bahwa Israel dalam posisi bahaya karena dikepung oleh “negara-negara musuh”. PM Meir juga mengatakan kepada Biden, bahwa “Israel tidak bisa pergi ke mana-mana”.

Biden menceritakan pertemuan itu berkali-kali, dan menggambarkan percakapan dengan Meir sebagai, “salah satu pertemuan paling penting yang pernah saya alami selama hidup.”

Sejak itu, Biden selalu mendukung Israel dan menjalin hubungan dekat dengan para pemimpin negara itu.

Baca Juga: PM Palestina: Tuhan, Tolong Bantu Kami Bila Trump Terpilih Lagi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya